Menjaga Anak dari Arus Moderasi Beragama

"Anak adalah aset bangsa dan agama. Di tangan merekalah ritme dakwah Islam akan terus dijalankan. Begitu juga keluarga. Sebagai fondasi yang pertama dan utama, maka kondisi keluarga yang penuh ketakwaan merupakan modal untuk melindungi anak dari arus moderasi beragama."

Oleh. Firda Umayah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Moderasi beragama kian masif digaungkan. Semua elemen masyarakat mulai diajarkan dan ditanamkan konsep moderasi beragama. Tak terkecuali anak. Di Indonesia, moderasi beragama diartikan sebagai cara hidup untuk rukun, saling menghormati, menjaga, dan bertoleransi tanpa harus menimbulkan konflik karena perbedaan yang ada (kesbangpol.kulonprogokab.go.id).

Sekilas, tak ada yang salah dari arti moderasi beragama. Namun, jika dipahami lebih dalam, moderasi beragama lebih merujuk kepada pluralisme agama yang merupakan bagian dari proyek deradikalisasi. Tentu saja hal ini akan membahayakan anak, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Lalu, bagaimana cara menjaga anak dari arus moderasi beragama?

Memahami Konsep Moderasi Beragama

Sejak Presiden Amerika menyerukan program perang melawan teroris pada tahun 2001, Barat membagi muslim menjadi beberapa kelompok. Seperti Islam radikal, Islam moderat, Islam tradisional, dll. Islam moderat sendiri berasal dari epistemologi Barat di mana ia dimaknai dengan pengakuan untuk membenarkan semua agama termasuk keyakinan dan ajarannya. Tak hanya itu, Islam moderat juga mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan. Sehingga terjadi pengaburan pada hakikat Islam.

Oleh karena itu, moderasi beragama merupakan bagian dari proyek deradikalisasi. Yaitu sebuah upaya untuk menetralkan segala pemikiran yang dianggap radikal. Padahal, dalam agama Islam, Islam mengakui adanya pluralitas atau keberagaman tapi tidak pada pembenaran semua agama (pluralisme). Islam juga memiliki konsep toleransi antarumat beragama dengan cara membiarkan agama lain untuk menjalankan ibadahnya. Tidak menghalanginya dan juga tidak mendukung pemeluknya untuk tetap berada di agamanya. Sehingga, tuduhan bahwa Islam adalah agama radikal dan antikeragaman jelas tuduhan yang tidak berdasar.

Menjaga Anak dari Moderasi Beragama

Anak adalah aset bangsa dan agama. Di tangan merekalah ritme dakwah Islam akan terus dijalankan. Begitu juga keluarga. Sebagai fondasi yang pertama dan utama, maka kondisi keluarga yang penuh ketakwaan merupakan modal untuk melindungi anak dari arus moderasi beragama. Untuk menjaga anak dari arus moderasi beragama, dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut:

Pertama, membangun keluarga dengan fondasi keimanan yang benar dan kokoh. Keyakinan bahwa Islam satu-satunya agama yang diridai Allah harus tertancap dalam benak anak dan keluarga.

Sebagaimana firman Allah Swt.,

اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ

"Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Dan tidaklah berselisih orang-orang yang mereka telah diberi kitab kecuali setelah datang kepada mereka ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Dan barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya." (QS. Ali Imran : 19)

Kedua, memahamkan anak tentang kesalahan konsep moderasi beragama sesuai dengan taraf berpikir anak. Termasuk juga memahamkan batasan apa saja yang boleh dilakukan dalam toleransi beragama. Misalnya, anak membiarkan temannya yang nonmuslim untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya. Tapi anak tidak boleh turut serta masuk ke dalam tempat ibadah nonmuslim, merayakan perayaan, dan mengucapkan selamat atas perayaan agama lain.

Ketiga, menanamkan dalam diri anak bahwa segala perbuatan terikat dengan hukum syarak. Hanya Allah saja yang berhak menetapkan semua hukum.

Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Al-An'am ayat 57.
اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ ۗيَقُصُّ الْحَقَّ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِيْنَ

"Menetapkan (hukum itu) hanyalah hak Allah. Dia (Allah) menerangkan kebenaran dan Dia pemberi keputusan yang terbaik.”

Keempat, memahamkan kepada anak bahwa ketaatan totalitas kepada Allah Swt. hanya bisa dilakukan dengan menerapkan syariat Islam secara keseluruhan. Sebagaimana firman Allah Swt.,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

"Hai orang-orang yang beriman. Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia (setan) musuh yang nyata bagi kamu." (QS. Al-Baqarah: 208)

Kelima, senantiasa mendampingi dan mendoakan anak agar dijauhkan dari segala pemikiran yang rusak dan merusak. Yaitu pemikiran yang berasal di luar ajaran Islam.

Firman Allah Swt.,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

"Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu'. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina." (QS. Ghafir: 60)

Penutup

Menjadi Islam moderat atau mengikuti moderasi beragama adalah cara yang salah dalam memahami Islam. Karena moderasi beragama sejatinya merupakan cara Barat untuk menjauhkan umat Islam dari hakikat Islam. Oleh karena itu, perlu pemahaman mendalam dan proses pembinaan yang intensif dan berkelanjutan agar anak tidak mudah terbawa arus moderasi beragama.

Selain itu, perlu adanya dakwah atau upaya menyeru kepada Islam yang benar di tengah-tengah masyarakat. Karena moderasi beragama adalah bagian dari perang pemikiran yang harus dilawan dengan pemikiran pula. Bukan dengan kekerasan atau malah tidak dilawan dan dibiarkan begitu saja. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Firda Umayah Tim Penulis Inti NarasiPost.Com Salah satu Penulis Inti NarasiPost.Com. Seorang pembelajar sejati sehingga menghasilkan banyak naskah-naskahnya dari berbagai rubrik yang disediakan oleh NarasiPost.Com
Previous
Kisahku dan NarasiPost.Com
Next
Menebar Inspirasi Melalui Karya Fiksi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram