Kesahajaan sang Khalifah Pembebas Baitulmaqdis

"Uskup Sophronius pun kaget. Ia lihat dirinya sendiri hanya seorang penguasa satu kota, namun berdandan dengan penuh kemewahan, berbalut baju yang bersulam emas dan sutra. Sementara di hadapannya, ada orang yang menguasai separuh Asia dan separuh Eropa berpakaian sangat sederhana. Ia pun malu pada dirinya sendiri."

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Setelah pasukan Islam memenangkan pertempuran Yarmuk, pasukan Islam kemudian bergerak menaklukkan Damaskus dan Baitulmaqdis pada tahun 637 Masehi. Pasukan Islam berhasil mengepung Baitulmaqdis, namun Baitulmaqdis masih bertahan dan enggan untuk menyerah. Akan tetapi bukan umat Islam namanya, jika hanya karena musuh bersembunyi di balik benteng kemudian mereka harus menyerah dan pulang. Penaklukkan benteng Damaskus buktinya. Benteng sekuat apa pun pasti punya celah untuk mengalahkannya. Dan pada akhirnya Jendral Arthafon dan Uskup atau Patriarch Sophronius mau tak mau harus menyerahkan Baitulmaqdis kepada kaum muslimin dengan syarat bahwa yang harus datang menerima kunci Baitulmaqdis adalah Khalifah Umar bin Khattab sendiri, tidak boleh diwakili oleh siapa pun.

Dalam sumber klasik, A History of Science yang ditulis oleh Henry Smith Williams disebutkan bahwa, sepeninggal Kaisar Konstantin, terjadilah perbedaan pendapat yang tajam antara Jendral Arthafon dengan Patriarch Sophronius. Sang Jenderal bersikeras akan mempertahankan Yerusalem sampai titik darah penghabisan. Dengan mengerahkan kekuatan seluruh penduduk untuk melakukan perlawanan. Sementara Sang Uskup Agung lebih memilih jalan damai, mengingat musuh mereka yaitu kaum muslimin terlalu kuat, dan kondisi rakyat yang sudah tidak memiliki nyali lagi untuk berperang. Arthafon, dengan sisa pasukannya yang sedemikian kecil pada akhirnya kalah suara dan harus mengikuti pendapat Sang Uskup Agung, tulis Joesoef Sou'yb dalam Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin. Maka menjelang musim semi, dikirimlah seorang utusan untuk menemui pimpinan pasukan Islam di Damaskus, yaitu Abu Ubaidah.

Pihak Sophronius bersedia menyerahkan Baitulmaqdis dengan syarat jaminan keamanan, jaminan tidak diusir dari Baitulmaqdis, dan jaminan hak keyakinan masing-masing. Maka dikirimkanlah sebuah surat agar Khalifah Umar bin Khattab datang secara pribadi untuk mengambil kunci Baitulmaqdis dan menandatangani perjanjian damai antara kedua belah pihak. Sang khalifah langsung menyetujui dan segera berangkat menuju Baitulmaqdis. Dalam The Historians of the World Volume Age, Henry Smith Williams melukiskan kesahajaan sang khalifah, saat berjalan menuju pintu gerbang kota. Penakluk Persia dan Syiria itu datang ke Yerusalem hanya bersama seorang hamba sahaya dengan menunggang seekor unta merah.

Umar bin Khattab, seorang khalifah dengan luas kekuasaan hampir separuh benua Asia dan benua Eropa. Beliau berangkat menuju Palestina dengan hanya mengendarai satu unta yang bergantian bersama pembantunya. Khalifah Umar hanya membawa bekal air, roti kering, kurma, serta selembar tikar untuk salat. Jangan bayangkan roti kering yang dibawanya itu seperti roti Jiggly atau spongecake yang lembut. Roti kering di zaman itu adalah adonan tepung gandum yang dikeraskan sekeras batu bata, bahkan jika dipakai untuk melempar pasti akan terasa sakit. Jika mau disantap, roti ini harus dipecah dengan pedang atau batu, yang harus direndam di dalam air selama setengah jam untuk bisa dimakan.

Amirulmukminin dan pembantunya, bersepakat untuk berjalan bergantian dengan batas waktunya adalah pembacaan surah Yasin. Ketika Khalifah Umar naik unta, pembantunya akan berjalan sembari membaca surah Yasin, dan ketika selesai membaca surah tersebut maka Khalifah Umar akan turun dan pembantunya naik unta dan Khalifah Umar akan berjalan dan memegang tali kekang unta. Ketika Khalifah Umar dan pembantunya telah dekat dengan Baitulmaqdis, pada saat itu jatah amirulmukminin untuk turun jalan kaki dan pembantunya yang naik unta. Pada saat sang khalifah hendak turun dari untanya sang pembantu menolak hal itu, ia membujuknya untuk tetap di atas unta, dan dia tetap memegang tali unta sambil berjalan. Akan tetapi Khalifah Umar menolaknya, beliau tidak mau menzalimi pembantunya. Kesepakatan yang telah dibuat dari awal adalah janji Khalifah Umar, dan khalifah pantang mengingkari janjinya. Maka naiklah sang pembantu ke atas unta, dan khalifah berjalan kaki memegang tali kekang.

Sampailah dua orang ini di depan gerbang Baitulmaqdis, maka tercenganglah semua orang. Di sana Uskup Agung Sophronius telah berdiri gagah dengan pakaiannya yang mewah, dan penduduk Baitulmaqdis telah berbaris rapi menyambut sang khalifah penguasa adidaya paling dihormati di masa itu. Mereka membayangkan bahwa penguasa adidaya itu berjalan dengan iring-iringan besar, dikawal dengan prajurit-prajurit terbaik, serta berpenampilan layaknya dewa. Ternyata yang datang adalah dua orang berpakaian kumuh, yang di atas unta pakaiannya sedikit lebih bagus, sementara yang jalan kaki ada 17 tambalan pada pakaiannya. Mereka menyangka yang di atas unta Itulah sang amirulmukminin. Ternyata mereka salah, orang yang berdebu dengan baju 17 tambalan itulah Khalifah Umar, sang penguasa separuh dunia.

Uskup Sophronius pun kaget. Ia lihat dirinya sendiri hanya seorang penguasa satu kota, namun berdandan dengan penuh kemewahan, berbalut baju yang bersulam emas dan sutra. Sementara di hadapannya, ada orang yang menguasai separuh Asia dan separuh Eropa berpakaian sangat sederhana. Ia pun malu pada dirinya sendiri. Dia pun berteriak kepada khalayak dalam bahasa Yunani, seperti yang dikutip oleh sejarawan Philip K. Hitti dalam History of the Arab, "Sungguh seperti Inilah penampilan Daniel, sang nabi saat dia mengabarkan kesederhanaan dan kegetiran hidup di kota suci ini" Ia juga tanpa sadar berucap pada dirinya sendiri, "Orang ini akan mempunyai negara yang tidak akan pernah terkalahkan."

Uskup itu membandingkan Khalifah Umar dengan penguasa-penguasa dahulu yang datang untuk menaklukkan Baitulmaqdis. Mereka adalah para raja yang sombong dan suka pamer kekuasaan. Sedangkan Umar sendiri sangat sulit digambarkan seperti apa kesederhanaannya. Umar bin Khattab dihormati karena kebijaksanaannya dan sifat mulia pada dirinya, dan itu lebih mewah dari pakaian bersulam intan permata sekalipun. Siapa pun yang bertatapan mata dengan Khalifah Umar, niscaya mereka akan paham bahwa jika iman telah menjadi pakaian, maka dunia seperti tidak ada harganya.

Uskup Sophronius kemudian mengajak Khalifah Umar untuk berkeliling Baitulmaqdis serta berunding tentang jaminan keamanannya jika mereka tunduk kepada Khalifah Umar dan kaum muslim. Poin demi poin ditimbang demi kebaikan bersama. Dan saat tiba waktu salat Uskup Sophronius mengajak Umar ke sebuah gereja yang dianggap sebagai makam suci yaitu gereja Gereja Sepulchre. Ia kemudian mempersilahkan Umar salat di sana, namun Khalifah Umar menolak. Beliau khawatir nantinya akan menimbulkan fitnah maka beliau salat di luar gereja.

Adapun isi perjanjian yang telah dibuat antara Amirulmukminin Umar bin Khattab radhiyallahu anhu dengan Uskup Sophronius adalah sebagai berikut, "Bismillahirrahmanirrahim, ini adalah jaminan keamanan dari hamba Allah, Umar Amirulmukminin kepada penduduk Yerusalem. Umar menjamin jiwa mereka, harta, gereja, salib, kaum yang lemah, dan mereka pun tidak dipaksa meninggalkan agamanya, tidak ada seorang pun dari mereka yang terancam dan terusir dari Yerusalem. Kaum Yahudi tidak akan tinggal bersama mereka di Yerusalem. Wajib bagi penduduk Yerusalem membayar pajak sebagaimana penduduk kota-kota lainnya. Mereka harus mengeluarkan orang-orang Bizantium dan para perampok. Penduduk Yerusalem yang ingin tetap tinggal di wilayah Bizantium, mereka boleh membawa harta dan salib-salib mereka. Mereka dijamin aman hingga mereka tiba di wilayah Bizantium. Setelah itu pun mereka masih diperbolehkan kembali ke Yerusalem apabila ingin berkumpul dengan keluarganya, namun mereka diwajibkan membayar pajak sebagaimana penduduk yang lainnya. Apabila mereka membayar pajak sesuai dengan ketentuan, maka persyaratan yang tertulis di dalam surat ini adalah di bawah perjanjian Allah, rasul-Nya, khalifah, dan umat Islam."

Sungguh Baitulmaqdis adalah tanah kaum muslimin, maka mari pertahankan dan jangan pernah lepaskan lagi.

"Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Firaun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. (QS. Al-A’raaf : 137)

Wallahu a'lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Serunya Ujian KBBI & EYD serta Bedah Naskah Bersama NP
Next
Mengukir Jejak Literasi di NarasiPost.Com
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Ima khusi
Ima khusi
1 year ago

MasyaAllah, keren ulasannya, Mbak Aya.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram