Syakban, Bulan yang Dilalaikan

“Itu bulan yang dilalaikan manusia yang berada di antara bulan Rajab dan bulan Ramadan. Maka aku senang jika amalanku tidak diangkat melainkan aku sedang berpuasa, (HR. Ahmad)

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kita sedang berbicara tentang bulan yang seakan dianaktirikan dan dilalaikan oleh umat Islam, yaitu bulan Syakban. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang menyatakan dalam hadis yang dikeluarkan oleh Imam At-Tirmidzi, Imam Ahmad, dan lainnya, bahwa bulan Syakban adalah bulan di mana manusia lalai tentangnya, yaitu bulan yang berada di antara bulan Rajab dan Ramadan.

Ya, Syakban sering dilalaikan oleh manusia. Karena ia berada di tengah-tengah antara bulan haram yaitu Rajab dan bulan yang diberkahi yaitu Ramadan, sehingga mata-mata manusia tertuju hanya pada Rajab dan Ramadan saja. Rajab satu dari bulan haram, yang manusia habis-habisan beribadah di bulan ini, otomatis sedang menghirup udara untuk rehat sebelum masuk bulan Ramadan. Atau sebaliknya sudah langsung menyibukkan diri dengan hal-hal yang terkait Ramadan. Materi-materi yang diangkat pun mayoritas tentang targhib Ramadan atau persiapan menuju Ramadan.

Salahkah? Tentu tidak. Namun para ulama mengatakan bahwa "Anda itu menjadi manusia di hari ini, besok belum tentu. Persiapan untuk hari esok itu bagus, tapi jangan sampai melupakan amalan hari ini." Targhib Ramadan harus, tapi ketika kita lupa tentang Syakban karena kita terlalu konsentrasi ke Ramadan inilah arti dari hadis beliau shallallahu alaihi wasallam bahwa kita melalaikan Syakban. Padahal Allah telah mengingatkan kita dalam surah Al-A'raf ayat 205 ketika banyak manusia lalai terhadap hak bulan Syakban janganlah kalian termasuk dari mereka. "Janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai."

Di antara peristiwa penting yang terjadi di bulan Syakban adalah diangkat atau dilaporkannya amalan hamba kepada Allah Azza wa Jalla. Karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyak amal saleh, terutama berpuasa. Harapan beliau agar pada saat amalnya sedang dilaporkan, beliau sedang berpuasa. Demikian seperti yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i dan Imam Ahmad dari Usamah ibn Zaid, dalam riwayatnya, Usamah bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, aku tidak melihat anda berpuasa pada suatu bulan sebagaimana pada bulan Syakban.” Jawab beliau:

فَذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ، بَيْنَ شَهْرِ رَجَبٍ وَشَهْرِ رَمَضَانَ، تُرْفَعُ فِيهِ أَعْمَالُ النَّاسِ، فَأُحِبّ أَنْ لَا يُرْفَعَ عَمَلِي إِلَّا وَأَنَا صَائِمٌ

“Itu bulan yang dilalaikan manusia yang berada di antara bulan Rajab dan bulan Ramadan. Maka aku senang jika amalanku tidak diangkat melainkan aku sedang berpuasa,”

Mari kita merenung sejenak. Satu tahun ini apa amalan terbaik kita? Berapa kali khatam Al-Qur'an? Berapa kali kita lalai berzikir pagi petang? Bagaimana murajaah hafalan Qur'an kita? Berapa kali kita lewat salat rawatib? Dalam satu tahun ini sedekah kita berapa persen ikhlas kepada Allah Subhanahu wata'ala? Puasa Senin Kamis kita? Berapa persen dari salat kita benar-benar mencerminkan bahwa salat adalah pencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar? Berapa kali kita tidak datang dalam majelis ilmu? Bagaimana aktivitas dakwah kita? Sudah militankah atau malah hampir menyerah? Inilah apa yang harusnya ada dalam benak kita dan hati kita. Ketika amal-amal kita satu demi satu diangkat, dilaporkan kepada Allah Azza wa Jalla.

Syakban adalah fase persiapan terakhir sebelum memasuki Ramadan. Al-Imam Ibnu Fadl adalah salah satu ulama yang mengatakan dalam Lathaaiful Ma’arif hal. 232, bahwa generasi emas umat ini, yaitu generasi salaf saleh, mereka selalu mempersiapkan diri menyambut Ramadan dengan sebaik-baiknya, bahkan jauh sebelum Ramadan datang, yaitu 6 bulan sebelumnya.

كَانُوا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ

”Mereka, para sahabat berdoa kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat berjumpa dengan bulan Ramadan.”

Seperti halnya kita jika menonton bola atau bulu tangkis, saat kita melihat para atlet papan atas yang berprestasi itu, seakan-akan mereka dilahirkan dengan bakat yang luar biasa. Padahal itu semua butuh persiapan. Baik latihan, disiplin, kerja keras, hingga diet ketat mereka lakukan. Mereka mempersiapkan diri jauh-jauh hari demi momen besar itu, untuk mendapat hasil terbaik dan nilai yang maksimal tentunya. Dan itulah yang dilakukan oleh para ulama dalam menyambut Ramadan.

Salah satu contoh adalah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i yang kita kenal dengan Imam Syafi’i. Beliau adalah salah satu ulama dari empat mazhab yang disebutkan oleh muridnya Ar-Rabi’ bin Sulaiman dalam Siyar A’lam An-Nubala’, 10: 36, bahwa beliau _“Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadan sebanyak 60 kali. Ibnu Abi Hatim menambahkan bahwa khataman tersebut dilakukan ketika mengerjakan salat. Dengan begitu berarti Imam Syafi’i mengkhatamkan Al-Qur’an dua kali sehari. Dan hasil itu beliau latih dan persiapkan jauh sebelum Ramadan tiba, khususnya di bulan Syakban, yang beliau menyebutnya sebagai bulan tilawah bagi beliau.

Apa yang mereka lakukan ini merupakan perwujudan kerinduan yang mendalam akan datangnya bulan suci Ramadan, permohonan, serta bentuk ketawakalan mereka kepada Allah. Tentunya, mereka tidak hanya berdoa, namun persiapan menyambut Ramadan mereka iringi dengan berbagai amal ibadah. Harus ada persiapan, itulah yang harus kita contoh dari generasi terbaik umat ini. Dan bulan Syakban adalah persiapan terakhir kita dalam menyambut datangnya bulan Ramadan. Sebagaimana Rasulullah pun menyiapkan diri menyambutnya dengan memperbanyak puasa di bulan Syakban. Seperti yang disampaikan dalam hadis Ummul Mukminin ‘Aisyah  radhiallahu ‘anha berikut,

“Saya sama sekali belum pernah melihat Rasulullah berpuasa dalam satu bulan sebanyak puasa yang beliau kerjakan di bulan Syakban, beliau berpuasa di dalamnya sebulan penuh.” Dan dalam riwayat yang lain disebutkan, “Beliau berpuasa di bulan Syakban, melainkan sedikit hari.” Maknanya, beliau tidak terlihat lebih banyak berpuasa di satu bulan lain melebihi puasanya di bulan Syakban. Dan beliau tidak menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadan.

Untuk itulah, mari kita persiapkan dengan sebaik-baiknya penyambutan pada bulan suci Ramadan, dengan memaksimalkan amalan di bulan Syakban ini. Sehingga di bulan Ramadan esok kita bisa memanen persiapan kita, dengan telah terbiasa mengerjakan setiap ketaatan.

Wallahu a'lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Otaknya Jorok Moralnya Ambyar, Sekularisme Ide Perusak Akal!
Next
Ketika Tontonan Jadi Panutan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram