Perang, Tentara Bayaran, dan Omong Kosong HAM

“Bagaimanapun juga, perang dan pelibatan tentara bayaran bengis lagi kejam yang diinisiasi negara-negara Barat maupun Timur dengan ideologi kapitalismenya, menunjukkan bahwa pelanggaran terhadap HAM dan etika perang sama sekali tak menjadi prioritas. Penghormatan HAM yang selalu digembar-gemborkan selama ini hanya omong kosong belaka.”

Oleh. Rizki Ika Sahana
(Kontributor NarasiPost.Com dan Aktivis Muslimah)

NarasiPost.Com-Tepat setahun sudah invasi Rusia ke Ukraina, yakni pada Jumat 24 Februari 2023. Korban terus berjatuhan hingga puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu jumlahnya. Di antara mereka ada anak-anak dan para perempuan. Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Mark Milley, menyatakan ada sekitar 40.000 warga sipil yang tewas. Sementara itu, PBB mencatat ada 7,8 juta orang pengungsi dari Ukraina di seluruh Eropa, termasuk Rusia. Angka tersebut belum termasuk mereka yang terpaksa mengungsi dari rumah tetapi masih berada di Ukraina.

Namun, Biden dan Putin tampaknya belum ingin mengakhiri perang. Biden menegaskan AS dan NATO akan konsisten membantu Ukraina. New York Times pada Selasa (21/2/2023) menyiarkan pernyataannya, “Dukungan kami untuk Ukraina tidak akan goyah, NATO tidak akan terpecah dan kami tidak akan lelah”. Di sisi lain, Putin bersiap untuk makin mematangkan serangan Rusia ke Ukraina. Pidato kenegaraan Putin yang panjang di hari yang sama memberi isyarat bahwa Rusia siap mengintensifkan pertempuran.

Menariknya, Wagner Group terus menjadi sorotan. Tentara bayaran yang disewa Putin untuk membantu pasukan Rusia menginvasi Ukraina tersebut, terkenal atas dugaan kebrutalan dan kebengisannya selama beroperasi di Ukraina. Mereka tak segan membunuh, menyiksa, memerkosa, dan melakukan kekerasan seksual, atau eksekusi mengerikan lainnya.

Wagner Group sendiri merupakan organisasi militer swasta yang didirikan mantan tentara Rusia, Dmitry Utkin, pada 2014 silam. Dmitry Utkin memilih nama Wagner karena kecintaannya terhadap komposer antisemit, Richard Wagner. Utkin juga dilaporkan mengagumi neo-Nazi.

Di tahun berdirinya, Wagner pertama kali menunjukkan diri di medan perang saat membantu Rusia mencaplok Crimea dari Ukraina. Tentara bayaran itu juga disebut-sebut terlibat dalam separatisme di Luhansk dan Donetsk untuk merdeka dari Ukraina. Tak hanya itu, mereka dilaporkan pula terlibat perang di Libya untuk mendukung Jenderal Khalifa Haftar pada 2019. Ketika itu, Khalifa Haftar menyerang pemerintah di Tripoli.

Selama invasi Rusia ke Ukraina, Wagner mendulang popularitas dengan mengeklaim sejumlah kemenangan besar di Ukraina. Ditambah, Yevgeny Prigozhin yang merupakan pemimpin Wagner, kerap mengkritik ketidakbecusan komandan dan pasukan Rusia. Hal ini sempat memicu perseteruan antara Wagner dan pemerintah Rusia. Kedua pihak disebut saling sikut lagi saling melemahkan. Di satu sisi, Kemenhan Rusia tidak mengakui peran Wagner dalam perang Ukraina. Sementara di sisi lain, Prigozhin tidak mengakui angkatan bersenjata Rusia sebagai kekuatan di zona perang.

Bagaimanapun juga, perang dan pelibatan tentara bayaran bengis lagi kejam yang diinisiasi negara-negara Barat maupun Timur dengan ideologi kapitalismenya, menunjukkan bahwa pelanggaran terhadap HAM dan etika perang sama sekali tak menjadi prioritas. Penghormatan HAM yang selalu digembar-gemborkan selama ini hanya omong kosong belaka. Faktanya, Wagner yang tak segan menyiksa warga, membunuh, memerkosa, menjarah, menghilangkan paksa, hingga meledakkan infrastruktur serta bangunan sipil tanpa pandang bulu, tidak pernah tersentuh hukum internasional yang diusung PBB. Wagner hanya dicap melanggar hukum kemanusiaan internasional oleh intelijen AS dan dicap melanggar hak-hak asasi manusia (HAM) oleh sejumlah kelompok HAM.

Bagaimana dengan Rusia dan AS sebagai negara yang terlibat perang? Keduanya sebelas dua belas dengan Wagner. Badan HAM PBB, OCHCR bahkan menuduh Rusia telah melakukan pelanggaran HAM masif selama invasi di Ukraina. Sementara AS, banyak pihak menyebutnya sebagai pelanggar HAM paling besar di dunia. Jusuf Kalla pernah menyatakan, "Kalau soal melanggar HAM, barangkali negara yang paling melanggar HAM di dunia itu Amerika, mengebom negara kiri kanan tanpa dasar. Mengebom Vietnam, mengebom Suriah, mengebom Irak, Libya. Itu pelanggaran HAM terbesar di dunia yang terjadi." (detik.com)

Maka jika ada yang menuduh Islam dengan ajaran jihadnya sebagai biang kekerasan, kejahatan, dan kekacauan dunia, itu semua tak pernah terbukti. Sebab sepanjang kekuasaan Islam tegak, Islam tak pernah semena-mena melancarkan jihad (ofensif) kepada kekuasaan lain tanpa ada alasan yang dibenarkan syariat. Jihad dilakukan setelah upaya dakwah mendapat rintangan fisik. Jihad juga diberlakukan kepada institusi yang dengan terang benderang memusuhi lagi memerangi Islam dan kaum muslim. Kalaupun jihad menjadi keputusan tak terelakkan atas suatu negeri, maka para tentara memegang teguh adab berperang selama berjihad. Sebab mereka berperang bukan karena alasan kepentingan, kekuasaan, popularitas, atau materi dunia, tetapi semata karena dorongan iman. Sehingga mereka takut kepada hisab yang kelak akan Allah tanya atas diri mereka.

Dalam Islam, saat berperang diharamkan membunuh mereka yang bukan tentara, seperti orang tua, perempuan, juga anak-anak. Tidak boleh pula melakukan mutilasi atau membunuh dengan cara kejam, dengan menyiksa dan melecehkan kemuliaan manusia misalnya. Selain itu, dilarang menebang pohon, menghancurkan bangunan, atau membumihanguskan wilayah pemukiman.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia pernah berkata:

وُجِدَتِ امْرَأَةٌ مَقْتُولَةٌ فِي بَعْضِ مَغَازِي رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَنَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ.

“Telah dijumpai wanita yang terbunuh dalam beberapa peperangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang membunuh wanita dan anak-anak.” (HR. Bukhari Muslim)

Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu juga pernah berwasiat kepada pasukan yang dikirim ke negeri Syam, “Jangan sekali-kali kamu membunuh wanita, anak-anak, dan orang yang sudah tua. Jangan memotong pohon yang sedang berbuah, jangan merobohkan bangunan, jangan menyembelih kambing ataupun unta kecuali hanya untuk dimakan, jangan membakar pohon kurma atau menenggelamkannya, dan janganlah berbuat ghulul atau menjadi seorang yang penakut.” [Al Muwaththa, Malik]

Masyaallah, sungguh berbeda bagaimana perang dalam Islam (jihad fii sabilillah) dengan peperangan hari ini yang melibatkan negara-negara besar dan negara super power. Mereka mengeklaim sebagai globocop, bersikap arogan merasa paling benar, kemudian menindak dan memberi sanksi negara-negara kecil, jika terindikasi melakukan pelanggaran HAM. Padahal merekalah pelaku kejahatan terbesar dan terberat selama ini.

HAM hanyalah alat untuk menghukum negara lain yang menghalangi kepentingannya dan mengancam hegemoninya. Sebab realitasnya, mereka tak pernah sekalipun bersuara atas nama HAM untuk Islam dan kaum muslim yang terus menjadi bulan-bulanan kejahatan. Sebagaimana yang terjadi atas muslim Palestina atau muslim India misalnya.

Maka wahai kaum muslim, sadarlah! Jangan pernah terlena pada narasi 'indah' perang dengan alasan penegakan HAM atau memberantas terorisme/fundamentalisme/radikalisme atau demi humanisme (kemanusiaan). Karena sejatinya, itu hanyalah racun berbalut madu. Narasi-narasi tersebut hanya topeng untuk menutupi motif sebenarnya, yakni penjajahan, utamanya atas dunia Islam. Sementara perang di antara mereka sendiri (negara-negara besar penganut kapitalisme) adalah dalam rangka berebut pengaruh dan posisi terdepan sebagai penguasa dunia yang memiliki kekuatan untuk mengeksploitasi negara lain dan menguras SDA-nya demi kepentingan mereka. Wallahu a'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Rizki Ika Sahana Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Keutamaan dan Peristiwa Penting di Bulan Syakban
Next
Selingkuh Marak, Ikatan Keluarga Rusak
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram