Islam Solusi Pengangguran

"Indonesia mempunyai sumber daya alam yang sangat melimpah. Namun karena kesalahan dalam pengelolaan dan dalam pengambilan kebijakan, akibatnya hasilnya tidak dapat dinikmati oleh seluruh rakyat. Padahal, jika pengelolaan sumber daya alam ini sesuai dengan Islam, maka seharusnya tidak akan ada rakyat yang menganggur, miskin, dan juga meminta-minta."

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pada acara Pra Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT Pertama Youth 20 Indonesian 2022, Menteri Ketenagakerjaan menyampaikan bahwa World Economic Forum atau WEF memprediksi akan ada sekitar 15% pekerja yang berisiko akan kehilangan pekerjaan di tahun 2025. Dari prediksi di atas, jika mengacu pada total penduduk di akhir 2021 kemarin yang sebesar 273,8 juta jiwa, maka akan ada sekitar 41 juta jiwa berisiko menganggur dan 16 juta jiwa kehilangan pekerjaan.

Menganggur adalah tidak melakukan apa-apa. Tak ada pekerjaan atau aktivitas apa pun dan tidak menghasilkan apa pun. Bagaimana pandangan Islam tentang pengangguran? Islam sangat melarang umatnya menganggur dan tidak melakukan aktivitas apa pun. Rasulullah sendiri senantiasa mengajak umatnya untuk berkarya dan melakukan sesuatu. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari No 2074, dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda,

“Lebih baik seseorang bekerja dengan mengumpulkan seikat kayu bakar di punggungnya daripada seseorang yang meminta-minta (mengemis) kemudian ada yang memberi atau enggan memberi sesuatu padanya.”

Begitu pula diriwayatkan dalam Kanzul Ummal no. 9858, bahwa Khalifah Umar bin Al-Khaththab pernah berkata,

إِنِّيْ لَأَرَى الرَّجُلَ فَيُعْجِبُنِيْ، فَأقُوْلُ: لَهُ حِرْفَةٌ؟ فَإِنْ قَالُوا: لَا؛ سَقَطَ مِنْ عَيْنِي

“Sungguh terkadang aku melihat seorang lelaki yang membuatku terkagum. Kemudian aku bertanya, ‘Dia punya pekerjaan?’ Jika mereka menjawab ‘tidak’, maka lelaki itu langsung jatuh wibawanya di mataku.”

Dalam riwayat lain, sahabat Ibnu Mas’ud radliyallahu 'anhu dalam kitab Mu'jam al-Kabir no. 8539 karya Imam At-Thabrani juga mengatakan,

"Sungguh aku benci kepada orang yang menganggur, yang tidak melakukan amal dunia ataupun amal akhirat."

Sementara itu, menurut Syekh Yusuf Al-Qaradhawi, pengangguran itu terbagi menjadi dua jenis, yaitu pengangguran jabariyah, adalah seseorang yang menganggur karena tidak punya pilihan lain. Ia terpaksa menganggur karena tidak memiliki ilmu serta keterampilan sehingga terpaksa menjadikannya pengangguran. Kemudian pengangguran khiyariyah, adalah orang-orang yang lebih memilih untuk menganggur dan menggantungkan kebutuhannya kepada orang lain, padahal dirinya memiliki kemampuan untuk bekerja.

Menganggur mempunyai dampak negatif baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan. Efek yang dihasilkan pada individu tak hanya berupa penyakit fisik seperti sakit kepala berkelanjutan, hingga penyakit jantung. Namun juga dapat menimbulkan efek psikis, seperti timbulnya perasaan malu dan hilangnya kepercayaan diri, sensitif, mudah cemas, gampang marah, ketakutan, putus asa, penurunan harga diri, kesepian, dan isolasi sosial, peningkatan permusuhan, depresi, dan meningkatnya risiko bunuh diri. 

Sedangkan dalam lingkup keluarga, menganggur sering kali menjadi pemicu gesekan dalam perkawinan, depresi pasangan, konflik keluarga, pelecehan anak, hingga penelantaran keluarga yang seharusnya dinafkahi. Padahal, mengabaikan kewajiban dalam menafkahi keluarga merupakan perbuatan dosa, sebagaimana hadis Rasulullah riwayat Imam Abu Daud berikut,

“Seseorang dapat dikatakan berdosa bilamana ia mengabaikan orang yang wajib ia nafkahi.”

Begitu negatif dan tercela pengangguran dalam Islam. Maka, jika kita melihat kembali sejarah peradaban Islam, akan kita jumpai fakta yang sangat mencengangkan. Betapa sedikit sekali orang yang tak punya pekerjaan dalam negara Islam. Bahkan dikatakan Khalifah Umar bin Abdul Aziz sampai heran karena tak ada orang yang mau menerima zakat karena mampu, tak ada yang mau dibayarkan utangnya karena tak punya utang, dan tak ada pemuda yang tak mampu menikah karena telah mempunyai modal cukup untuk menikah. Sangat luar biasa, bukan? Namun, mengapa pengangguran dalam jumlah fantastis bisa terjadi pada hari ini?

Ini dikarenakan sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan saat ini. Dalam sistem ini segalanya dipegang oleh oligarki yang menjalankan ekonomi sekehendaknya tanpa aturan. Mereka para kapitalis dapat dengan mudah mengejar untung sebanyak-banyaknya tanpa peduli pada nasib rakyatnya. Maka, bisa kita lihat sekarang ini begitu sulitnya mencari pekerjaan. Jika pun ada lowongan pekerjaan, syaratnya sangat menyulitkan karena berbelit-belit. Masih pada tahap seleksi saja begitu menyusahkan dan yang diterima kerja hanya hitungan jari. Padahal, pendaftarnya berjumlah ribuan.

Bagaimana jika ingin membuka usaha sendiri? Maka, rakyat harus pintar-pintar memutar otak untuk mendapatkan modal. Maka hal ini menjadi kewajaran jika pengangguran membludak. Sementara kebutuhan hidup kian hari kian meningkat, kebutuhan pokok yang senantiasa naik, biaya pendidikan yang mahal, biaya kesehatan yang tak murah, hingga pajak di setiap lini yang mencekik. Beginilah kondisi hidup dalam sistem kapitalisme. Negara abai dan tutup mata, rakyat harus berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan para pemilik modal, mereka kian hari kian besar kekayaannya. Negara kapitalis justru akan membuka peluang bagi kepentingan pihak-pihak tertentu untuk mengeruk sumber daya alam kita yang melimpah. Kekayaan negara malah dikuasai oleh segelintir orang yang berduit alias para elite kapitalis. Mereka bisa melakukan apa pun, mereka dapat menguasai kekayaan alam yang seharusnya milik umum dan dapat menghidupi rakyat. Mereka begitu mudah membeli tambang emas bahkan pulau tanpa ada halangan dari pihak pemerintah. Sementara rakyat kecil tak akan mendapatkan apa-apa kecuali remahan ekonomi, lewat kerja sebagai buruh, atau pegawai rendahan, yang mudah untuk di-PHK dan memicu meningkatnya angka pengangguran.

Sungguh, seharusnya negara berperan dalam menyelesaikan masalah pengangguran ini. Karena dalam Islam posisi pemimpin adalah pemegang amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Jika pemimpin negeri ini sadar akan akan hal itu, maka ia akan sangat berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan. Ia tak akan berani mengeluarkan aturan yang hanya memihak segelintir orang atau kelompok tertentu. Pemimpin akan selalu memihak rakyatnya, dan menjalankan kepemimpinannya sesuai dengan syariat. Sebagaimana hadis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam riwayat Imam Muslim,

"Dan pemimpin itu adalah raa'in yaitu pengatur juga pengelola, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas orang yang dipimpinnya itu."

Negara yang selalu berusaha taat dan mengingat tanggung jawabnya kita kenal dengan nama Khilafah. Khilafah inilah yang mampu membenahi masalah pengangguran secara tuntas. Dimulai dengan sistem pendidikannya, karena setiap individu akan mendapatkan pendidikan agar menjadi generasi yang berkepribadian Islam. Sehingga, setiap laki-laki dan perempuan akan memahami perannya masing-masing. Laki-laki paham kewajibannya sebagai pemberi nafkah keluarga, dan mereka tahu betapa mulianya tanggung jawab itu di hadapan Allah. Sementara perempuan, tidak diwajibkan untuk bekerja sehingga mereka akan fokus untuk mendidik anak-anaknya. Jika ada laki-laki sehat namun tidak kerja karena malas, maka negara akan menindaknya.

Negara juga akan menyelesaikan masalah ini dengan sistem ekonominya. Negara akan membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi rakyat. Jual beli dalam sektor riil akan dipermudah, seperti sektor pertanian, perdagangan, industri, dan juga jasa. Rakyat pun akan dimudahkan untuk membuat usaha. Dengan birokrasi yang tak berbelit-belit tentunya. Terkait kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan keamanan, negara akan memberikan keringan bahkan gratis, karena negara memiliki sumber keuangan. Salah satunya dari pengelolaan sumber daya alam, yang akan diberikan kepada rakyat dalam bentuk berbagai fasilitas.

Karena sejatinya Indonesia mempunyai sumber daya alam yang sangat melimpah, namun karena kesalahan dalam pengelolaan dan dalam pengambilan kebijakan, maka akibatnya tidak dapat dinikmati oleh seluruh rakyat. Padahal, jika pengelolaan sumber daya alam ini sesuai dengan Islam maka seharusnya tidak akan ada rakyat yang menganggur, miskin, dan juga meminta-minta. Negara akan memberi modal dari keterampilan, informasi, hingga infrastruktur sekalipun, termasuk tak akan ada lagi pajak ataupun pungutan-pungutan yang memberatkan rakyat.

Akan tetapi kembali lagi, jika masih sistem kapitalisme yang diterapkan, maka semua ini hanya ada dalam mimpi. Sungguh solusi dari semua masalah ini, termasuk masalah pengangguran, hanya akan kita rasakan saat aturan Islam diterapkan secara kaffah. Saat Khilafah hadir di tengah-tengah kita. Sayangnya, Khilafah yang diruntuhkan pada tahun 1924 sampai saat ini belum tegak kembali. Maka yang terjadi adalah umat yang senantiasa terimpit dalam setiap lini kehidupannya. Maka, tugas kita untuk mengembalikannya dan memenuhi bisyarah Rasulullah bahwa Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian pasti akan tegak kembali. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Geng Motor, Jeratan Baru bagi para Pemuda
Next
Mampukah Mewujudkan Indonesia Emas dalam Sistem Demokrasi?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram