Endemi 'Demam Keong' Bukti Negara Omong Kosong?

Endemi 'Demam Keong' Bukti Negara Omong Kosong?

“Hal ini menandakan bahwa pemerintah abai dalam menjamin kesehatan rakyatnya. Padahal diketahui, demam keong sudah sejak lama menjadi endemi. Sayangnya, tidak ada antisipasi nyata untuk mengakhiri penularannya.”

Oleh. Nur Rahmawati, S.H.
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Belum hilang dalam ingatan ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan melumpuhkan banyak aktivitas manusia. Kini, ratusan warga di Sulawesi Tengah terserang demam keong. Penyakit yang terbilang mudah penyebarannya ini tidak bisa dipandang sepele.

Sebanyak 256 kasus demam keong di Sulawesi Tengah belum mampu diatasi dengan baik. Menurut Kepala Biro Komunikasi Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, kesulitan memberantas si keong disebabkan tempat berkembangnya yang sangat kecil seperti di daun. Sehingga, demam keong masih sulit dieradikasi. (detik.com, 15/2/2023)

Gejala Demam Keong

Seseorang yang terinfeksi parasit Schistosoma awalnya akan mengalami ruam dan gatal pada kulitnya. Setelah satu sampai dua bulan akan muncul gejala berbeda, seperti demam, menggigil, nyeri otot, dan batuk. Reaksi ini terjadi pada tubuh akibat larva dari cacing, bukan karena cacing itu sendiri. Inilah gejala awal penyakit demam keong.

Lebih bahaya lagi, ketika parasit tumbuh menjadi cacing dewasa dan berkembang biak. Larvanya dapat berpindah ke usus, hati, atau kandung kemih yang menyebabkan peradangan, bahkan sampai kerusakan jika infeksi terjadi bertahun-tahun lamanya. Di beberapa kasus, meski jarang terjadi larva yang bersarang di otak atau sumsum tulang belakang dapat menyebabkan peradangan, kejang, bahkan kelumpuhan. (kompas.com, 1/11/2021)

Penyebab Demam Keong

Kabupaten Poso dan Sigi yang terletak di Sulawesi Tengah merupakan satu-satunya daerah yang terserang demam keong di Indonesia. Schistosomiasis adalah istilah untuk demam keong yaitu penyakit menular paling mematikan setelah malaria. Penularan demam keong terjadi ketika manusia melakukan kontak dengan air yang terkontaminasi parasit Schistosoma. Parasit ini akan menembus kulit yang bersentuhan langsung dengan air. Kemudian berkembang biak menjadi cacing dewasa setelah beberapa minggu hidup dalam organ tubuh manusia.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, demam keong merupakan penyakit yang disebabkan oleh lima spesies utama cacing parasit (Trematoda). Usus dan urogenital adalah bentuk utama Schistosomiasis. Selain itu, demam keong dianggap sebagai salah satu penyakit tropis terabaikan yang disebut Neglected Tropical Diseases (NTD). Beberapa jenis siput dan keong air tawar yang menjadi tempat hidupnya parasit penyebab demam keong ini dikenal dengan nama Serkaria. (cnnindonesia.com, 16/2/2023)

Endemi Tak Kunjung Usai

Saat ini, upaya pemerintah dalam menangani demam keong hanya terfokus pada pencegahan saja. Hal ini menandakan bahwa pemerintah abai dalam menjamin kesehatan rakyatnya. Padahal diketahui, demam keong sudah sejak lama menjadi endemi. Sayangnya, tidak ada antisipasi nyata untuk mengakhiri penularannya. Hal tersebut tentu akan melahirkan kekhawatiran publik terus-menerus. Rakyat diminta untuk melindungi kesehatannya masing-masing, sedangkan negara terlihat tidak serius menanganinya.

Upaya pemerintah dalam kasus endemi demam keong hanya sebatas upaya preventif (pencegahan). Hal ini diutarakan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi. Dia mengatakan bahwa strategi utama dalam pemberantasan demam keong di daerah Sulawesi Tengah lebih pada tindakan preventif. Kemudian, untuk produksi obat praziquantel, dia mengatakan perlu proses panjang dan memakan waktu lama. Sehingga lebih baik mengoptimalkan upaya mengeradikasi penyakit tersebut. (suarakalbar.co.id, 16/2/2023)

Kapitalisme Biang Kerok

Iklim komersialisasi oleh pihak mana pun merupakan kapitalisasi yang berasaskan manfaat. Inilah yang menjadi dasar dari kebijakan penguasa dalam sistem kapitalisme. Sistem ini menjadikan penguasa tak lagi segan mengapitalisasi apa saja yang dianggap potensial menghasilkan keuntungan. Termasuk, memanfaatkan bidang kesehatan yang merupakan kebutuhan hajat hidup publik. Sungguh kontras paradigma kapitalisme dalam tata kelola hajat hidup publik pada aspek kesehatan.

Penguasa yang sejatinya pelayan dan pelindung masyarakat, tak selayaknya menjadikan rakyat sebagai lahan untuk mendapatkan keuntungan. Tak heran jika saat ini kasus demam keong tidak menjadi prioritas untuk ditangani. Sebab, sistem inilah biang kerok endemi demam keong tak kunjung usai. Endemi ini dianggap tidak menghasilkan kapital bagi penguasa.

Maka, berharap pada sistem saat ini sama saja seperti membuat sarang laba-laba yang terbilang sangat rapuh. Sebagaimana firman Allah Swt.,

مَثَلُ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَوْلِيَاۤءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوْتِۚ اِتَّخَذَتْ بَيْتًاۗ وَاِنَّ اَوْهَنَ الْبُيُوْتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوْتِۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahuinya.” (QS. Al-Ankabūt: 41)

Khilafah Atasi Endemi

Institusi negara Islam bernama Khilafah merupakan negara yang menerapkan sistem Islam secara kaffah. Pemenuhan kebutuhan pokok bagi rakyat akan total diberikan. Pun di bidang kesehatan, ketika ada wilayah mengalami endemi, maka Khilafah memiliki mekanisme dalam mengatasinya, yaitu:

Pertama, Rasulullah saw. adalah orang pertama yang menyarankan dan menerapkan karantina kesehatan (lockdown) dan kebersihan diri dalam kasus pandemi. Hal ini dilakukan agar penyebaran penyakit bisa terhenti. Jika ada suatu wilayah yang terserang endemi atau pandemi, maka yang harus dilakukan adalah meninggalkan tempat wabah dan melakukan karantina wilayah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,
"Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR. Bukhari)

Kedua, khalifah memberikan jaminan kesehatan yang terbaik bagi siapa pun, terlebih mereka yang terserang penyakit. Upaya yang terbaik ini meliputi fasilitas kesehatan, memberi obat yang ampuh dengan memastikan standar halalnya.

Ketiga, Khilafah wajib memenuhi kebutuhan primer warga yang mengalami lockdown hingga wilayah dinyatakan normal kembali. Kebutuhan tersebut mencakup makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang layak. Bukan hanya kesehatan, keamanan dan pendidikan pun dijamin pemenuhannya dengan mekanisme langsung.

Luar biasanya Khilafah dengan sistem Islam menjamin kesehatan dan menangani endemi atau pandemi dengan serius. Khilafah benar-benar bertugas sebagai pengurus sekaligus pelayan rakyat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,
“Pemimpin masyarakat adalah pemelihara dan dia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya.” (HR. Imam Bukhari dan Muslim)

Dengan prinsip dasar ini, Khilafah akan mampu mengakhiri endemi. Mekanisme yang ditawarkan Islam sungguh nyata dapat mengatasi persoalan ini tanpa basa-basi. Maka, sudah seyogianya mengganti sistem saat ini dengan sistem paripurna, yaitu Islam.
Wallahu a'lam bi ash- shawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Nur Rahmawati S.H. nur-rahmawati-sh
Previous
Palestina Butuh Khilafah untuk Membungkam Kekejaman Israel
Next
Ibu-Ibu Smart dan Salihah dengan Mengaji
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram