"Rimpung itu pasti. Namun, di situlah seninya. Ibu bisa belajar mengelola bermacam masalah. Ada kebahagiaan tersendiri bisa menghadiri majelis ilmu yang mulia dengan berbagai dinamikanya. Pahala menjadi pelipur lelah. Kalau bukan karena Allah, tentu susah melakoninya."
Oleh. Deena Noor
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Ibu-ibu yang ikut pengajian itu bukan ibu sembarangan. Di tengah kesibukan sebagai seorang ibu rumah tangga yang tiada habisnya, mereka masih mau datang ke pengajian. Ibu dengan bejibun pekerjaan rumah masih sanggup mendatangi majelis ilmu. Dia memilih mengaji dan mengkaji Islam ketimbang nge-mal atau jalan-jalan tak jelas atau malah merumpi campur gibah dengan sesamanya. Jelaslah, pilihannya mengikuti pengajian sangat layak diapresiasi. Insyaallah diridai.
Hebat
Ibu yang suka ikut pengajian itu hebat karena mampu mengatur waktunya dengan baik. Dia bisa menyusun aktivitas sesuai dengan prioritasnya. Tugasnya sebagai ibu rumah tangga yang mengurus rumah, suami, dan anak-anaknya tak terbengkalai meskipun dia rajin mengikuti pengajian. Dia tahu mana yang harus didahulukan, mana yang bisa ditunda, dan mana yang tidak boleh ditinggalkan.
Ibu yang sering ikut pengajian itu sangat kompeten dan bertanggung jawab. Dia tidak main selonong saja saat akan meninggalkan rumah untuk mengikuti pengajian. Dia akan melakukan beberapa hal berikut sebelum berangkat ke tempat kajian. Yaitu:
- Meminta izin suami
- Memastikan rumah dalam keadaan beres baru berangkat
- Memenuhi kebutuhan anak-anak dan suami seperti menyediakan makanan
- Jika membawa anak, mempersiapkan barang-barang keperluannya selama mengikuti kegiatan
Terlihat mudah, tetapi sungguhlah tidak segampang itu. Dibutuhkan ekstra tenaga dan pikiran untuk bisa menjalankan. Ibu harus siap bangun lebih awal untuk menyelesaikan urusan rumah seperti memasak, mencuci, menyapu, dan memastikan barang-barang tidak berserakan hingga mengganggu pemandangan. Semua harus selesai sebelum waktu berangkat. Setidaknya kondisi rumah aman sampai pengajian kelar.
Terlebih jika membawa serta buah hati, akan dibutuhkan persiapan lebih supaya semuanya nyaman dan aman. Ibu biasanya akan membawa serta mainan si bocah, makanan ringan, minuman, popok, pakaian ganti, atau barang kesukaannya. Tak heran jika ibu yang mengajak anak-anaknya ke pengajian pasti menenteng tas dengan isinya yang bermacam-macam. Mirip kantung ajaibnya Doraemon. Semua ada.
Ibu juga harus punya stok kesabaran yang luas karena mengajak anak-anak dan mengondisikan mereka tidaklah mudah. Anak-anak terbiasa aktif sehingga duduk tenang akan cukup sulit dan membosankan bagi mereka. Biasanya ada banyak intermeso di saat acara berlangsung seperti anak rewel minta jajan, minta pulang, dsb. Terkadang juga ibu harus menyimak ceramah sambil berdiri menggendong si bayi yang mulai bosan duduk terus. Tak jarang pula ibu harus mendengarkan dari balik pintu karena si bocil kegerahan di dalam ruangan. Ibu harus fleksibel dan lihai mengatasi berbagai keadaan.
Tentunya dibutuhkan pula pengorbanan materi untuk bisa mengikuti pengajian. Ibu harus mengeluarkan ongkos untuk mengisi bensin kendaraan yang kini harganya makin mahal. Makin jauh tempatnya, makin banyak bensin yang dipakai, makin berkurang pula uang di dompet suami. Jika tak punya kendaraan sendiri, maka harus pakai transportasi umum. Itu juga perlu biaya. Ibu juga butuh dana cadangan kalau-kalau ada kejadian tidak terduga dan darurat. Meskipun tak pernah mengharapkan kejadian buruk datang, tentu bersiap dengan segala kemungkinan sangatlah tepat.
Rimpung itu pasti. Namun, di situlah seninya. Ibu bisa belajar mengelola bermacam masalah. Ada kebahagiaan tersendiri bisa menghadiri majelis ilmu yang mulia dengan berbagai dinamikanya. Pahala menjadi pelipur lelah. Keberkahan ilmu merupakan yang diharapkan. Kalau bukan karena Allah tentu susah melakoninya.
Bermanfaat
Ibu hebat suka ikut pengajian. Karena dengan mengikutinya, ibu mendapat banyak ilmu yang bermanfaat.
Dari mengikuti kajian, ibu tahu ilmu mengurus anak dengan baik dan benar. Meskipun dalam penerapannya sering muncul banyak tantangan dan ujian, tetapi berbekal ilmu tadi, insyaallah semua mampu dilewati.
Ilmu tentang pernikahan juga bisa diperoleh dari mengikuti pengajian. Dengannya, ibu akan mempraktikkan ilmu tersebut untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Berupaya menjadi istri yang salihah dambaan suami. Tak hanya indah dipandang mata, tetapi juga semua perilakunya menenteramkan hati suami tercinta. Suami senang dan rida, insyaallah bahagia tak terkira.
Bukan hanya masalah akidah dan ibadah mahda saja yang dibahas dalam pengajian, ternyata masalah ekonomi, politik, pendidikan, sosial, dan isu-isu terkini juga dibicarakan. Ibu tidak hanya paham bagaimana hukum dan tata cara salat dan puasa saja, tetapi juga mengerti bahwa riba itu haram. Ibu jadi melek politik. Ibu juga paham mengenai penyebab gonjang-ganjing perekonomian. Ibu pun mengerti akar permasalahan yang melanda negeri ini adalah pada sistemnya yang salah. Itu semua bisa diperoleh dari mengikuti pengajian. Tak hanya membicarakan masalah, tetapi juga solusinya yang tepat sesuai syariat.
Pengajian memberi banyak ilmu yang bermanfaat. Tak hanya disimpan, tetapi ilmu itu juga harus diamalkan. Beramar makruf nahi mungkar menjadi wujud pengamalan ilmu tersebut. Apalagi sekarang ini kondisi kehidupan jauh dari agama. Kerusakan dan kemaksiatan di mana-mana. Penting untuk membenahi keadaan yang kacau ini sesuai dengan tuntunan agama.
Ibu yang telah mengkaji Islam ideologis pasti akan paham bahwa berdakwah adalah kewajiban. Dakwah untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam. Ibu tak mau ketinggalan dalam barisan perjuangan untuk perubahan yang hakiki. Ibu juga ingin mendapatkan bagian pahala dari perjuangan tersebut.
Taat
Mengikuti pengajian merupakan salah satu sarana mencari ilmu yang menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Mereka yang telah balig dan berakal wajib menuntut ilmu. Kewajiban ini seperti yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa: “Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Jelaslah bahwa ibu yang mencari ilmu melalui pengajian sejatinya tengah memenuhi seruan Nabi-Nya. Ini merupakan hal yang sangat baik. Inilah tanda cinta dan taat sesungguhnya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ibu ingin menjadi hamba yang taat tanpa tetapi dan nanti. Dengan mengkaji Islam, belajar banyak ilmu agama, ibu sedang berupaya menjadi wanita salihah sesungguhnya. Ibu salihah yang mampu mendidik anak-anaknya menjadi generasi cemerlang.
Jika ada yang nyinyir tentang ibu-ibu yang suka ikut pengajian, tak perlu baper, ya, Bu! Insyaallah kita sudah on the right track. Tinggal diluruskan selalu niatnya supaya bisa istikamah dan makin baik ke depannya. Doakan saja supaya mereka yang julid itu mendapatkan hidayah dan kesempatan untuk bertobat sehingga mau ikut pengajian juga.
Karena itu, ayo, mengaji terus, Bu! Jangan berhenti sampai nanti. Mumpung masih sehat dan punya waktu, rajin-rajinlah ikut kajian untuk mempersiapkan diri sebelum kematian menghampiri. Ikut pengajian itu bukan karena kita sok alim, tetapi karena kita ingin menjadi baik di hadapan-Nya. Insyaallah niat ikhlas karena Allah akan mendapatkan ganjaran terbaik.
Wallahu a’lam bishshawwab[]