"Dalam pandangan sistem kapitalisme-sekuler, seorang ibu akan dinilai mulia ketika bekerja dan ikut andil mengambil peran berdaya guna dalam ekonomi keluarga. Maka bukan hal yang aneh jika dalam sistem ini, kedudukan ibu menjadi unsur penting dalam pertumbuhan ekonomi."
Oleh. Mahganipatra
(Kontributor NarasiPost.Com dan Aktivis Forum Muslimah Peduli Generasi)
NarasiPost.Com-Di balik pria yang agung, ada kiprah seorang ibu teladan nan mulia. Seorang ibu memiliki peran besar dalam membentuk watak, karakter, dan kepribadian seseorang. Sehingga melalui peran ibu, seseorang dapat mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam kehidupan. Demikianlah kata orang bijak tempo dulu.
Namun sayangnya, hal ini tidak berlaku di masa kini. Di Jambi, seorang ibu muda diduga telah melakukan pecehan seksual terhadap lebih dari 11 orang anak laki-laki dan perempuan di bawah umur. Aksi pencabulan dan pelecehan ini dilakukan oleh pelaku di tempat rental playstation miliknya, pada saat suami pelaku sedang pergi.
Menurut pengakuan beberapa korban, pelaku mengajak para korban untuk menonton film porno dewasa. Dan juga menyuruh para korban agar menyaksikan aktivitas hubungan intim pelaku bersama suaminya lewat pintu kamar dan celah jendela yang dibiarkan terbuka. Malah tak jarang pula menyuruh anak-anak untuk menyentuh bagian private pelaku. (tvonenews.com, 5 Februari 2023)
Kasus ini tentu saja mengundang kecaman sekaligus cemoohan dari masyarakat. Mengingat selama ini, perempuan biasanya dianggap sebagai korban kejahatan. Namun ternyata kasus di Jambi justru sebaliknya, perempuanlah yang menjadi pelaku kejahatan. Apalagi perbuatan tersebut dianggap sangat keji. Hingga akhirnya mengundang berbagai reaksi dan ungkapan sarkasme yang memojokkan posisi perempuan.
Sistem Kapitalisme Sekuler Merusak Fitrah Ibu
Munculnya kasus ini, menjadi bukti nyata bahwa sistem kapitalisme sekuler telah menggerus fitrah seorang ibu. Sifat alami ibu yang semestinya selalu berusaha untuk memberikan keamanan, malah justru menjadi predator yang mengancam anak-anak. Sungguh menyedihkan.
Terkuaknya kasus pelecehan ini, menambah deret panjang bukti yang nyata. Bahwa penerapan sistem aturan kapitalisme liberal dan sekuler di tengah-tengah masyarakat telah menciptakan kerusakan. Sistem ini telah merusak fitrah ibu, hingga membuat hati nurani ibu menjadi mati rasa.
Selain itu, sistem ini juga tidak mampu memenuhi kebutuhan asasi masyarakat terhadap jaminan keamanan yang wajib dipenuhi oleh negara. Lebih-lebih lagi, ternyata sistem ini juga tidak mampu mewujudkan kesejahteraan bagi kehidupan masyarakat khususnya perempuan/ibu.
Karena di berbagai kondisi, sering pula kita jumpai di tengah masyarakat, para ibu juga dituntut harus ikut berjuang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Para ibu harus melawan fitrahnya sebagai tulang rusuk menjadi tulang punggung. Para perempuan termasuk para ibu didorong agar meninggalkan wilayah domestiknya yaitu rumah. Agar mau berkiprah di wilayah publik, meninggalkan perannya sebagai ibu pengurus rumah tangga dan pendidik anak-anaknya.
Dalam pandangan sistem kapitalisme-sekuler, seorang ibu akan dinilai mulia ketika bekerja dan ikut andil mengambil peran berdaya guna dalam ekonomi keluarga. Maka bukan hal yang aneh jika dalam sistem ini, kedudukan ibu menjadi unsur penting dalam pertumbuhan ekonomi. Dengan jargon terkenalnya yaitu "Pemberdayaan Ekonomi Perempuan", di mana seorang ibu dipaksa bekerja dan meninggalkan rumah-rumah mereka. Padahal dengan ibu bekerja justru hal ini menyebabkan peran ibu mengalami disfungsi.
Disfungsi peran ibu dalam keluarga telah melahirkan generasi yang lemah dan ber- mental illness. Sehingga akhirnya berdampak pada stabilitas keluarga, yang selanjutnya sangat berpengaruh terhadap kualitas generasi. Oleh sebab itu, maka tidaklah berlebihan jika sistem ini dijuluki sebagai sistem yang rusak dan merusak bagi seluruh aturan kehidupan manusia.
Maka sudah sepatutnya, umat Islam mencampakkan sistem aturan ini. Dan menggantinya dengan sistem Islam kafah. Sistem Islam memiliki aturan kehidupan yang sempurna dan menyeluruh. Sistem Islam juga akan mampu mengatur dan melindungi seluruh kehidupan manusia serta seluruh penghuni alam semesta ini. Karena sistem Islam telah menetapkan adanya pertanggungjawaban di dunia dan akhirat. Sehingga manusia akan tetap terjaga fitrahnya sebagai manusia. Dan tetap menjadi sebaik-baik makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt.
Perlindungan Islam Terhadap Fitrah Perempuan
Sampai saat ini, munculnya perdebatan dan propaganda tentang kedudukan laki-laki dan perempuan, serta kiprahnya dalam kehidupan masih terus saja bergulir. Masyarakat terutama perempuan terus tertipu dengan berbagai prasangka serta propaganda sesat dari kalangan media massa Barat, yang mengusung problem kesetaraan gender sebagai problem utama perempuan.
Padahal di dalam syariat Islam, kedudukan laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama. Seluruh kemaslahatan bagi laki-laki dan perempuan, ketika dipandang berdasarkan karakternya sebagai manusia, maka tidak terdapat perbedaan kedudukan di dalamnya, laki-laki dan perempuan adalah sama. Karena dalam pandangan syariat Islam setiap kemaslahatan bagi manusia, seluruhnya harus diwujudkan dan ditetapkan secara sama. Hal ini berdasarkan pada firman Allah Swt. di dalam Al-Qur'an surah An-Nisa' ayat 1;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا
Artinya: "Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu." (QS. An-Nisa': 1)
Adapun terkait dengan fitrah, maka sejak awal penciptaan manusia, Allah Swt. telah menciptakan keduanya dengan fitrah yang berbeda, yang menjadikan keduanya memiliki peran yang berbeda pula. Di dalam Islam, peran perempuan/ibu adalah mengandung, melahirkan, dan menyusui bayi mereka. Sehingga dengan peran ini maka seorang perempuan/ibu menjadi mulia.
Sementara laki-laki dengan fisiknya yang kuat dan kemampuan yang lebih dalam beberapa hal. Maka secara implisit maupun eksplisit perbedaan fitrah antara keduanya telah dijelaskan dalam Islam. Tanpa maksud untuk melebihkan atau merendahkan salah satu dari keduanya. Oleh karena itu di dalam Islam, laki-laki memiliki peran untuk melindungi dan menjaga perempuan dengan menjamin nafkah bagi perempuan.
Di dalam Islam, kedua gender tidak dipandang sebatas entitas ekonomi semata. Kedudukan laki-laki dan perempuan ditetapkan dari keduanya sebagai kedua gender yang berdasarkan pada realitas sifat dasar manusia. Lebih dari itu, kepatuhan untuk mengikuti peran masing-masing akan berdampak pada realitas di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat akan merasakan hidup aman tenteram di dunia, dan juga akan terwujud kebahagiaan di akhirat kelak.
Khatimah
Untuk mewujudkan masyarakat yang aman dan tenteram dibutuhkan pembentukan masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Kemudian ada langkah-langkah pengawasan serta pencegahan terhadap berbagai macam problem sosial di masyarakat. Maka, adanya pengaturan secara sistemis oleh institusi negara menjadi sebuah keniscayaan. Dan negara yang akan mampu mewujudkannya adalah negara Khilafah Islamiah.
Khilafah Islamiah akan menjamin dan bertanggung jawab terhadap seluruh warga negara, sehingga tercipta lingkungan yang subur dan kondusif bagi tumbuhnya nilai-nilai keluarga yang sesuai dengan fitrah manusia.
Wallahu a'lam bish-showab[]
MasyaaAllah tabarakallah. Tulisan yang luar biasa.
Semoga selalu sehat dan terus berkarya.
Jazakillah khoiron katsiron doanya umm
Doa yang sma utk ummu dan keluarga