Adakah Secercah Harapan di Tengah Resesi?

Sistem ekonomi Islam tidak mengukur kondisi ekonomi rakyatnya berdasarkan alat ukur yang bersifat global seperti pertumbuhan ekonomi, neraca perdagangan, dan lain-lain. Islam menggunakan ukuran kesejahteraan yang riil yaitu pemenuhan kebutuhan dasar, baik yang individual (sandang, pangan, dan papan) maupun komunal (pendidikan, kesehatan, keamanan)."

"Sistem ekonomi Islam tidak mengukur kondisi ekonomi rakyatnya berdasarkan alat ukur yang bersifat global seperti pertumbuhan ekonomi, neraca perdagangan, dan lain-lain. Islam menggunakan ukuran kesejahteraan yang riil yaitu pemenuhan kebutuhan dasar, baik yang individual (sandang, pangan, dan papan) maupun komunal (pendidikan, kesehatan, keamanan)."

Oleh. Ragil Rahayu, S.E.
(Tim Penulis Inti Narasipost.Com)

NarasiPost.Com-Konon, ada secercah harapan di tengah resesi yang tengah melanda dunia saat ini. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyatakan, "Ini ada harapan". Pernyataan Menkeu ini didasarkan pada kondisi ekonomi dunia, yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada kuartal IV tahun 2022 yang meski melemah, tetapi tidak sedalam yang diperkirakan.

Amerika merupakan salah satu negara yang berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia. Pelemahan ekonomi Amerika yang tidak sedalam prediksi awal dianggap sebagai sinyal adanya harapan bagi ekonomi dunia. Kondisi lain yang menjadi referensi prediksi Sri Mulyani adalah ekonomi Eropa yang sedikit membaik. Ukurannya adalah PMI Eropa yang sudah masuk ke tahap ekspansi. "Purchasing Manager's Index (PMI) adalah indikator ekonomi yang dibuat dengan melakukan survei terhadap sejumlah manajer pembelian di berbagai sektor bisnis. Indeks PMI di atas 50 disebut ekspansi, artinya terjadi kenaikan permintaan.

Kita menangkap bahwa ada optimisme dalam pernyataan Menkeu. Meski demikian, Sri Mulyani mengakui bahwa potensi resesi itu ada, karena ketidakpastian pertumbuhan ekonomi. "Diakui tahun 2023 memang merupakan tahun yang akan muncul ketidakpastian, downside risk-nya masih sangat besar, namun kita tak boleh putus asa," ungkapnya (liputan6.com, 27-1-2023).

Tidak Mengubah Apa Pun

Sebenarnya, pernyataan Menkeu ini tidak mengubah apa pun. Pernyataan ini masih sejalan dengan pengumuman akan terjadinya resesi pada tahun ini oleh lembaga-lembaga ekonomi dunia. Pada program berita CBS Face the Nation, Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva mengatakan, "Kami memperkirakan sepertiga perekonomian dunia akan mengalami resesi." Sementara itu, Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan, "Pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi."

Dengan demikian, Indonesia tetap harus waspada dengan ancaman resesi ini. Meski beberapa pejabat negara mengatakan bahwa ekonomi Indonesia membaik, tetapi tidak berarti Indonesia aman dari resesi. Patut disadari bahwa resesi yang terjadi ini bersifat global. Dengan demikian, krisis di satu negara bisa dengan cepat merembet ke negara lain karena adanya hubungan perdagangan internasional.

Sistem yang Rapuh

Para pejabat boleh saja membanggakan angka-angka capaian ekonomi Indonesia dan dunia, lantas —berbekal angka-angka tersebut— merasa Indonesia siap menghadapi resesi atau bahkan tidak akan mengalami resesi. Namun, kita harus ingat, sejarah membuktikan bahwa bangunan ekonomi kapitalisme itu sangat rapuh.

Kita tentu masih ingat krisis moneter tahun 1997-1998. Saat itu, ekonomi Indonesia yang seolah "baik-baik saja" dengan indikator berupa pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, ekspor, dll., dalam waktu super singkat langsung anjlok secara parah. Berkaca pada hal ini, tampak bahwa ekonomi kapitalisme mudah goyah hanya dengan isu-isu dan tindakan para kapitalis spekulan.

Krisis subprime mortgage pada tahun 2008 juga demikian, prosesnya demikian cepat. Saat itu yang ekonominya limbung bukan negara kecil, tetapi justru "komandannya" kapitalisme, yaitu Amerika Serikat. Nah, ketika "komandannya" saja, yang memiliki fundamental ekonomi lebih baik daripada negara lain, ternyata bisa mengalami krisis demikian hebat, apalagi negara pengikut seperti Indonesia.

Masalah pokoknya ada pada sistem kapitalisme. Di dalam sistem ini, resesi bersifat permanen mengikuti siklus tertentu. Bahkan ada pendapat yang menyebutkan bahwa siklus resesi dunia terjadi setiap 10 tahun sekali. Artinya, penerapan sistem ekonomi kapitalisme akan menjadikan dunia selalu berada di bawah bayang-bayang resesi.

Setiap kali negara mengalami "pemanasan" yaitu kegiatan ekonomi yang didorong oleh spekulasi di berbagai sektor, terciptalah gelembung ekonomi. Ketika gelembung ini pecah, terjadinya resesi. Untuk mencegah gelembung ini pecah, biasanya pemerintah melakukan pengempisan ekonomi dengan pengetatan moneter. Namun, kebijakan ini juga berakibat resesi atau bahkan depresi ekonomi. Jadi kondisinya ibarat buah simalakama, maju kena, mundur kena.

Sistem yang Kukuh

Bagaimana agar terlepas dari pilihan ala simalakama ini? Buang sistem kapitalisme dan ganti dengan sistem Islam. Mengapa demikian? Sistem kapitalisme rapuh karena fondasinya adalah riba dan ekonomi nonriil sehingga ekonomi mudah menggelembung hingga akhirnya pecah. Apalagi sistem mata uangnya (fiat money) juga tidak stabil sehingga mudah terjadi krisis.

Lain halnya dengan sistem Islam yang memiliki fondasi yang kukuh, yaitu aktivitas ekonomi riil. Di dalam sistem Islam tidak ada spekulasi dan riba sehingga tidak ada ekonomi gelembung. Selain itu, mata uangnya adalah dinar dan dirham (emas dan perak) sehingga stabil.

Sistem ekonomi Islam tidak mengukur kondisi ekonomi rakyatnya berdasarkan alat ukur yang bersifat global seperti pertumbuhan ekonomi, neraca perdagangan, dan lain-lain. Ukuran-ukuran tersebut hanya angka yang tidak mencerminkan realitas kesejahteraan rakyat. Islam menggunakan ukuran kesejahteraan yang riil yaitu pemenuhan kebutuhan dasar, baik yang individual (sandang, pangan, dan papan) maupun komunal (pendidikan, kesehatan, keamanan).

Ukuran kesejahteraan ini sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah,

مَنْ أصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا في سربِهِ، مُعَافَىً في جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيرِهَا

“Barang siapa di antara kalian yang berada pada waktu pagi dalam keadaan aman di tempat tinggalnya, sehat jasmaninya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan seluruh dunia telah diberikan kepadanya.”

Dengan ukuran kesejahteraan ini, Khilafah akan memastikannya terpenuhi pada setiap rakyat, orang per orang. Untuk itu, Khilafah menugaskan para kadi hisbah untuk mengawasi titik-titik yang berpotensi terjadi gangguan ekonomi, seperti pasar, pelabuhan, kawasan industri, pergudangan, dan lain-lain. Dengan demikian, Khilafah akan melindungi rakyat dari resesi. Memang bisa jadi pada satu waktu terjadi paceklik, wabah, dan gangguan ekonomi lainnya, tetapi karena fondasi ekonominya kukuh, Khilafah akan segera mampu mengatasinya sehingga tidak meluas. Khilafah, inilah harapan satu-satunya untuk keluar dari resesi dunia. Wallahu a'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Ragil Rahayu (Tim Penulis Inti NarasiPost.Com )
Ragil Rahayu S.E Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Islam Menyolusi Tengkes, Pasti Sukses!
Next
Ancaman Pembunuhan Berantai Kian Menjadi, di Mana Peran Negara?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram