"Sekularisme yang dijadikan asas negara akan terus menuntut negeri ini bergaya bebas dan tidak menjadikan standar agama sebagai agama sekaligus ideologi dalam mengatur segala aspek kehidupan."
Oleh. Nur Rahmawati, S.H.
(Kontributor NarasiPost.Com dan Praktisi Pendidikan)
NarasiPost.Com-Polos, lugu, dan tak berdosa, itulah gambaran selayaknya anak usia TK hingga SD. Keluguan yang mereka miliki kini tercoreng karena perilaku yang tak seharusnya dilakukan oleh bocah SD. Sungguh memprihatinkan bocah SD menjadi pelaku pemerkosaan siswi TK.
Dilansir dari Liputan6.com, 20/1/2023, dugaan pemerkosaan bocah TK yang dilakukan oleh 3 teman sepermainannya yang duduk di bangku SD, hal ini dibenarkan oleh Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Mojokerto, Ajun Komisaris Polisi Gondam Prienggondhani. Kekecewaan yang mendalam tentu dirasakan tidak hanya oleh orang tua korban, tapi juga orang tua dari pelaku. Apa sebenarnya yang salah? Dan siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas kejadian-kejadian seperti ini?
Kegagalan Sekularisme
Berangkat dari lengahnya banyak peran, tidak hanya peran keluarga, masyarakat, dan terlebih negara yang notabenenya memiliki kuasa dan tanggung jawab besar dalam mengurusi urusan warganya. Sehingga, kejadian yang marak terjadi tersebut terus berulang, bahkan lebih parah. Bagaimana tidak, anak usia SD telah terkontaminasi pornografi dan pornoaksi yang menuntun mereka melakukan tindakan kepada teman yang lebih kecil dari mereka.
Pemerkosaan siswi TK oleh anak SD adalah buah kebobrokan negara dalam mengurus rakyatnya yang akar persoalannya bersumber dari sekularisme, sehingga dalam berbagai aspek, khususnya sistem pendidikan, ekonomi, dan pengaturan media tidak lagi disandarkan aturannya pada Islam, sebab memisahkan agama dari kehidupan merupakan asas negara saat ini. Sekularisme yang dijadikan asas negara akan terus menuntut negeri ini bergaya bebas dan tidak menjadikan standar agama sebagai agama sekaligus ideologi dalam mengatur segala aspek kehidupan.
Harusnya ketika asas negeri ini gagal membina dan mencetak moral anak karena telah banyak menyebabkan kerusakan bahkan mempertaruhkan generasi penerus bangsa, maka wajib diganti dengan asas yang telah sukses dan pernah terbukti menjadi asas lengkap yang mampu menyelesaikan segala problematika umat, termasuk persoalan tersebut di atas.
Islam Solusi Nyata atas Krisis Moral Anak
Solusi tuntas hanya dapat diperoleh dengan mengubah asas negara saat ini, yaitu dengan menjadikan akidah Islam sebagai asas. Islam memiliki aturan yang lengkap dan mampu mencegah serta menyelesaikan persoalan ini. Islam merupakan agama sekaligus mabda yang memiliki aturan kompleks tentang pendidikan yang mampu menjadikan moral anak berkepribadian Islam dan berakhlak mulia. Bahkan, Allah Swt. meninggikan derajat orang yang berilmu, sehingga kewajiban menuntut ilmu menjadi aktivitas sepanjang masa.
Allah Swt. meninggikan derajat orang-orang yang mencari ilmu karena rida-Nya. Dalam Al-Qur'an, Allah Swt. berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: 'Berlapang-lapanglah dalam majelis', maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: 'Berdirilah kamu', maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah ayat: 11)
Selain itu, Islam menuntut untuk para keluarga dan masyarakat ikut andil menjaga generasinya. Misalnya, dalam ranah keluarga, para ibu mendidik anak-anak mereka di rumahnya dengan mendahulukan pendidikan akidah dan akhlaknya, sehingga didikan ini akan menghasilkan anak yang bertanggung jawab, memahami mana yang boleh dan tidak serta menyandarkan perbuatannya pada Islam dengan memahami dosa dan pahala.
Sedangkan dalam ranah masyarakat, perlu adanya penjagaan terhadap akhlak dan moral anak-anak. Maka, tidak heran jika Rasulullah saw. memerintahkan untuk berbuat baik terhadap tetangga mengindikasikan bahwa penjagaan tidak cukup jika hanya ada pada peran keluarga saja. Peran masyarakat akan menjadi salah satu tolok ukur terciptanya keamanan dan kenyamanan serta penjagaan moral para anggota masyarakatnya.
Tidak kalah penting adanya peran negara sebagai pihak utama yang menjaga tercapainya pendidikan anak berakhlakul karimah dan memiliki misi mulia yaitu mengurusi urusan umat dan penjaga sekaligus ibu bagi umat.
Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadis dari jalur Abu Hurairah radhiya-Llahu ‘anhu, bahwa Nabi shalla-Llahu ‘alaihi wa Sallama, bersabda:
إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدْلٌ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ ، وَإِنْ يَأْمُرُ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ [رواه البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” [Hr. Bukhari dan Muslim]
Seorang pemimpin tentu memikul beban besar namun mulia, yaitu sebagai perisai bagi umat. Oleh karenanya, pemimpin wajib melaksanakan aturan Islam yang mulia dan terbukti mampu mengentaskan krisis moral sebagaimana yang terjadi saat ini, kurangnya penjagaan negara membuat generasi penerus bangsa tidak mendapatkan pendidikan akhlak yang benar serta tidak adanya upaya nyata dalam menyelesaikan persoalan ini.
Pun negara wajib pula berasaskan Islam, agar semua elemen dapat dengan terjaga dalam melakukan perannya baik itu sebagai individu, keluarga, dan masyarakat. Sudah seyogianya negara mengambil ideologi Islam dan mencampakkan sekularisme.
Wallahu'alam bishawab.[]