Fenomena Mandi Lumpur, Alerta Pengayoman yang Kabur

"Bagaimanapun, konten sampah semisal mandi lumpur ini merupakan alerta bahwa masyarakat tengah sakit dalam sistem yang salah. Negara seharusnya menyelesaikan problem kemiskinan dari akar masalah, sehingga tak terjadi konten/hal yang merendahkan manusia."

Oleh. Dewi Fitratul Hasanah
(Tim Voice Over NarasiPost.Com dan Pegiat Literasi)

NarasiPost.Com-Publik dihebohkan oleh beberapa live streaming di TikTok, yang memperlihatkan seseorang mengguyur lumpur ke tubuhnya untuk menarik perhatian penonton. Ada yang mandi berendam di kolam lumpur, ada juga yang melumuri sekujur tubuhnya dengan lumpur kental dari ujung kaki hingga wajahnya, seperti sedang menggunakan lulur. Tak tanggung-tanggung, aksi mandi lumpur itu dilakukan berulang-ulang, bahkan dengan durasi live berjam-jam. Ditengarai dilakukan agar kontennya menduduki posisi For Your Page (FYP), yang dengannya dapat menghasilkan cuan.

Tak salah, bila kita menamai aksi tersebut sebagai perbuatan mengemis online. Pelakunya beragam, mulai dari remaja, suami-istri, bahkan para lansia pun turut diajak melakukannya. Mirisnya, konten mandi lumpur ini acap didominasi oleh para kakek dan para nenek dengan fisiknya yang lemah dan renta. Seakan sengaja diniatkan dengan tujuan meraup banyak simpati pemirsa.

Para remaja seharusnya tekun belajar dan meningkatkan prestasi pendidikannya. Pasutri seharusnya menjalankan tugas rumah tangga di mana sang istri mengurus anak dan rumah, sedang suami bekerja mencari nafkah dengan pekerjaan yang baik pula. Para kakek-nenek yang berusia senja pun seharusnya menyibukkan diri untuk memperbanyak ibadah dan lebih mendekat diri kepada Allah. Namun, justru mereka tenggelam dalam konten tidak mendidik dan bermanfaat sama sekali. Padahal, konten seperti ini justru berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain.

Sebenarnya apa yang membuat fenomena mandi lumpur ini terjadi? Benarkah semata mencari hiburan dan mengikuti kemajuan zaman? Atau murni mencari cuan?

Menilik sistem kapitalisme-sekularisme yang diemban negeri ini, maka hal tersebut wajar dilakukan. Sebab karakter dari sistem ini memang menuhankan uang. Apa pun akan rela dilakukan, bila itu dapat menghasilkan cuan. Tidak peduli apakah mandi lumpur tersebut berdampak buruk, merendahkan harkat dan martabat, berdosa ataupun tidak? Sama sekali tidak pernah dipertimbangkan. Apa pun dimanfaatkan demi meraih keuntungan materi. Sampai-sampai, melalui kemajuan telekomunikasi, kemiskinan dan kebodohan pun getol dipertontonkan. Sebab yang ada dalam benak adalah uang, uang, dan uang.

Terlebih hari ini, semua kebutuhan hidup seperti biaya pendidikan, kesehatan, pangan, dan lain-lain amatlah mahal. Ditambah dengan lapangan pekerjaan yang sangat sulit didapatkan. Diperparah pula oleh arus perkembangan teknologi dan informasi, namun minim edukasi. Semua itu menjadi faktor penyebab mewabahnya kelakuan mandi lumpur semacam ini. Lantas apa yang akan terjadi jika hal ini dibiarkan saja?

Fenomena mandi lumpur ini harus diatasi seluruh pihak. Bukan hanya memojokkan pihak pelaku, penonton yang mendukung, ataupun platform media aplikasi. Akan tetapi, negara dalam hal ini pemerintah sebagai pengayom rakyat sekaligus penyelenggara kebijakan publik, harus lebih terdepan menangani.

Dikutip detiknews.com (15/01/2023), Menteri Sosial (Mensos), Tri Rismaharini, menyikapi fenomena "Mengemis online/ mandi lumpur". Risma bakal surati pemda. Risma mengaku akan mencari rujukan undang-undang untuk melarang hal itu. Ia mengimbau bahwa perbuatan mandi lumpur itu memang tidak boleh. Risma menyatakan akan menindaklanjuti pelaku mandi lumpur, jika masih melakukan dan melanjutkan kontennya.

Namun apakah ini efektif dan mampu menumpas konten-konten semacam ini? Mungkin bisa saja konten mandi lumpur ini hilang, akan tetapi tidak menutup kemungkinan akan berganti dengan kemunculan model konten sampah baru dengan tujuan serupa, yakni seperti mengemis online.

Sepintas, apa yang dilakukan sang Mensos terasa melegakan publik yang resah. Namun bila berpikir lebih dalam, tentu solusi tersebut tidak mampu menyelesaikan masalah sampai ke akarnya. Bagaimanapun, konten sampai semisal mandi lumpur ini merupakan alerta bahwa masyarakat tengah sakit dalam sistem yang salah.

Negara seharusnya menyelesaikan problem kemiskinan dari akar masalah, sehingga tak terjadi konten/hal yang merendahkan manusia. Solusi tuntas persoalan ini membutuhkan kerjasama semua pihak. Mulai dari individu yang memiliki kesadaran untuk menjaga kemuliaan sebagai manusia, masyarakat yang memberikan kontrol, juga negara yang menjamin hidup rakyat dan memberikan asas yang tepat dalam memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bangsa dan kebaikan umat manusia.

Islam bukan hanya sebagai agama ritual. Namun, Islam adalah agama sekaligus sebagai ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Termasuk, menjalankan pemerintahan sebuah negara.

Sistem pemerintahan Islam tidak akan bergerak setelah kejadian atau timbul kemudaratan. Namun jauh sebelum terjadi, Islam mencegah adanya konten sampah maupun semua konten yang tidak berfaedah yang notabene memburu rupiah. Sebab, Islam telah menjamin kebutuhan pokok setiap individu tercukupi.

Adapun teknisnya, Islam melalui pemerintahannya akan mengelola semua sumber daya alam yang telah Allah karuniakan dengan sangat melimpah ini, tanpa sedikit pun memperbolehkan campur tangan asing, apalagi menyerahkannya pada mereka. Dari sanalah, hasil pengelolaan akan diberikan dan diperuntukkan untuk kemaslahatan rakyat. Sehingga, apabila rakyat hidup makmur dan tercukupi, maka tidak akan tebersit di benak untuk melakukan mandi lumpur itu. Demikian pula platform media juga akan ditertibkan untuk tidak menyebarkan konten-konten sampah.

Islam memberikan jaminan pangan, kesehatan, pendidikan, dan lapangan pekerjaan kepada rakyatnya. Islam juga membina dan mengupayakan rakyat untuk selalu berada dalam ketakwaan. Menyadarkan rakyat bahwa pada hakikatnya, hidup manusia di dunia adalah untuk beribadah. Rakyat akan menyadari bahwa mandi lumpur ataupun men- support konten mandi lumpur ini sebagai sebuah tindakan zalim, yang merendahkan dan membahayakan kesehatan seseorang.

Pun, Islam memandang perbuatan mengemis/meminta-minta (kecuali dalam keadaan terpaksa) adalah haram. Sebab orang yang meminta-minta sebenarnya meninggalkan kewajiban berikhtiar yang diperintahkan Allah.
Dalam suatu hadis diungkapkan bahwa orang yang suka meminta-minta, di akhirat nanti daging di wajahnya akan rontok, sehingga tinggal kulit dan tulang, “Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra, ia berkata, Nabi saw. bersabda: Sebagian orang selalu meminta-minta hingga ketika sampai di hari kiamat, tidak ada sedikit pun daging di wajahnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Peminta-minta/pengemis di negeri ini dari tahun ketahun kian eksis. Bahkan, mengemis bukan lagi dianggap sebagai ketidakberdayaan ataupun keterpaksaan. Tetapi, telah dianggap sebagai sebuah pilihan pekerjaan. Ini semua menunjukkan gagalnya sistem pemerintahan dalam me- ri'ayah dan mengayomi rakyat.

Sungguh, hanya dengan sistem pemerintahan Islamlah perkara ini tuntas teratasi. Tak sedikit pun rakyat sudi untuk melumuri diri dan harga diri mereka dengan lumpur yang kotor. Sebaliknya, jiwa mereka terdorong untuk menebar konten berfaedah dalam atmosfer kehidupan yang makmur dan penuh rasa syukur. Wallahu a'lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Dewi Fitratul Hasanah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Jangan Ada Komersialisasi pada Jaminan Halal
Next
Generasi Mental Tahu
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram