Musuh Sejati

”Begitulah, bagi setiap Nabi telah Kami adakan musuh dari orang-orang yang berdosa. Tetapi cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong. (QS. Al-Furqan ayat 31)"

Oleh. Muthiah Al Fath
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Seringkali dalam hidup ini, kita selalu dihadapkan dengan dua pilihan yang sangat kontras, misalnya, “Pilih surga atau neraka?*”, “Menjadi lawan atau kawan?”, “Dosa atau pahala?”, dan lain sebagainya. Hidup terkadang mengharuskan kita untuk memilih karena kenyataannya kita tidak bisa selalu bersifat netral. Artinya, jika kita tidak sedang memperjuangkan kebaikan maka kita sedang melanggengkan keburukan.

Begitu pun jika kita beriman kepada Islam, otomatis kita akan cenderung memihak kepada syariat-syariatnya. Beriman akan membuat kita mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta orang-orang saleh. Beriman juga membuat kita cenderung untuk membenci kepada orang-orang yang menghina, memfitnah, dan merendahkan syariat Islam. Bahkan, kita tidak segan-segan untuk memerangi dan menganggapnya sebagai musuh. Sebab, seorang muslim yang taat pasti memahami bahwa ada hal di mana kita harus netral, dan ada saatnya kita harus bersikap tegas. Misalnya, untuk urusan bermasyarakat dan bertetangga, memang kita diperbolehkan untuk netral dan harus saling menghormati seluruh umat manusia, baik muslim maupun nonmuslim.

Jika ada pertanyaan, “Saat Yahudi Zionis membantai muslim Palestina, Anda cenderung berpihak pada siapa?”, dan “Jika ada ulama yang mengkritik pemerintah karena kebijakannya melanggar syariat Islam, Anda cenderung mendukung siapa?”. Nah, keberpihakan kita sebenarnya dipengaruhi oleh akidah. Logikanya, manusia akan cenderung memihak dan membela sesuatu yang dicintai dan akan menentang segala sesuatu yang dibenci. Perkara iman memang hanya Allah yang tahu, namun aksi dan dukungan kita merupakan pancaran dari keimanan. Agar tidak salah, apakah kita telah berada di pihak musuh atau di pihak orang-orang beriman, maka kita harus mengetahui definisi musuh dalam Al-Qur’an dan sunah!

Orang Kafir adalah Musuh?

Musuh sering diartikan sebagai sesuatu atau seseorang yang dianggap merugikan dan mengancam bagi yang lain. Dalam hal ini, Al-Qur’an menyatakan dengan jelas bahwa orang kafir adalah musuh umat muslim. Sebagaimana Allah Swt. berfirman, “…Sungguh kaum kafir itu adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (QS. An-Nisa: 101)

Hal senada dinyatakan dalam beberapa ayat lain, misalnya dalam surah Al-Maidah ayat 82, “Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, ialah orang-orang Yahudi dan musyrik…”

Berdasarkan ayat di atas, kaum musyrik adalah semua pemeluk agama dan keyakinan selain Ahlul Kitab seperti Budha, Hindu, Majusi, sekularis, dan lain-lain. Namun, apakah setiap orang kafir dianggap sebagai musuh? Tentu ini agak keliru, sebab dalam syariat ada yang namanya ahlu dzimmah, yaitu orang kafir yang hidup berdampingan dengan umat muslim. Jika mereka tidak mengganggu dan membuat kerusakan, Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita untuk menghormati dan tidak boleh mengganggu mereka. Nah, kepada ahlu dzimmah saja kita disuruh menghormati, apalagi kepada saudara seakidah kita. Bukankah sesama umat muslim, kita diibaratkan sebagai satu tubuh? Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita sesama muslim tidak boleh saling bermusuhan.

Di sisi lain, kita sering melihat ada orang yang mengaku muslim, namun memusuhi saudaranya sendiri dan begitu mesra kepada orang kafir. Nah, inilah sebab turunnya ayat-ayat di atas, Allah Swt. mengingatkan kita bahwa umat muslim tidak sepatutnya saling bermusuhan, namun musuh selalu datang dari kaum kafir. Selain itu, agar kita tidak salah memilih, mana yang harus dijadikan sahabat, teman biasa, dan mana pihak yang sedang memerangi kita. Karena, umat muslim harusnya memiliki loyalitas kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kepada agamanya. Dan aneh jika ada umat muslim yang lebih loyal kepada agama selain Islam. Jelas orang seperti ini, ada yang salah dengan akidahnya.

Kaum Munafik adalah Musuh

Sejatinya, kaum munafik meskipun secara lahiriah seorang muslim, namun hatinya ingkar dan memusuhi Islam. Kaum munafik acap kali berada dalam barisan kaum kafir. Sebagaimana Allah Swt. berfirman, “Di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dia persaksikan kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya. Padahal dia adalah penentang yang paling keras.” (QS. Al-Baqarah: 204)

Ayat di atas menceritakan tentang ciri-ciri orang munafik yang hidup pada zaman Nabi. Ucapan atas kesaksian keimanan mereka selalu membuat hati Nabi Muhammad saw. terpikat. Namun sejatinya, semua hanya dusta, bahkan mereka sangat keras perseteruan dan permusuhannya terhadap umat muslim. Ciri lain orang munafik adalah mereka sering mengkhianati amanah, meninggalkan sunah-sunah Nabi dan gemar bermaksiat.

Setan adalah Musuh

Terkadang, kata setan ( syaithaan dalam bahasa Arab) disebut di dalam Al-Qur’an dengan makna iblis secara khusus (Surah Al-Baqarah: 36 dan Al-A’raf: 20). Selain itu, kata ‘setan’ bisa berarti perilaku buruk dan merusak yang mengajak pada kesesatan, baik dari kalangan jin dan manusia (QS. Al-An’am: 112). Kemudian, dalam surah Al-Baqarah ayat 168 dan 208, menjelaskan bahwa setan adalah musuh nyata bagi kaum muslim.

Oleh karena itu, kata ‘setan’ memiliki makna khusus dan makna umum. Setan secara khusus bermakna iblis dan anak keturunannya yang diciptakan dari api. Mereka juga menikah, memiliki anak, makan, minum, dan seluruh perbuatan mereka akan dihisab kelak di akhirat. Sedangkan, setan secara umum bermakna setiap makhluk yang membangkang terhadap perintah Allah Swt. dan Rasul-Nya, serta senantiasa berusaha menciptakan kerusakan di muka bumi dengan berbagai macam cara.

Dalam Al-Qu’ran dijelaskan bahwa sifat dan karakteristik setan, antara lain:

Pertama, menyesatkan manusia dari kebenaran (QS. An-Nisa: 60). Jika kita melihat di zaman sekarang, ada kelompok sosialis-komunisme dan sekularisme-kapitalisme yang terus mempropagandakan dan memaksakan ide-ide kufur ke benak kaum muslim. Di mana ide-ide ini jelas akan menyesatkan pemikiran umat muslim.

Kedua, senantiasa menebarkan perpecahan dan permusuhan di antara manusia (QS. Al Maidah: 91). Tidak hanya melalui khamar dan judi, setan juga menebarkan permusuhan dan perpecahan umat muslim dengan mengembuskan pemahaman asabiah. Paham-paham sukuisme, nasionalisme, dan fanatisme mazhab yang berlebihan, senantiasa mereka dengungkan di tengah-tengah masyarakat. Dengan kalimat provokatif misalnya, “Muslim Nusantara lebih baik daripada muslim Arab”. Kemudian, dibantu dengan tim buzzer-buzzer mereka yang selalu mendengungkan isu-isu yang berpotensi mengundang perpecahan di masyarakat.

Ketiga, mengajak kemungkaran dan mencegah kemakrufan (QS. An Nur: 21). Setan senantiasa mencegah penerapan syariat Islam kaffah dan sering mengajak umat muslim mendukung ide-ide dan ideologi yang bertentangan dengan Islam.

Keempat, mengajak pada kekafiran (QS. Al Hasyr: 16). Kita sepakat bahwa setiap keyakinan yang bertentangan dengan akidah Islam adalah kekufuran. Musuh-musuh Islam senantiasa menjebak umat muslim dengan kalimat “Semua agama sama”. Akhirnya, kalimat ini justru memunculkan toleransi yang kebablasan dan dapat membuat umat muslim mudah untuk murtad.

Kelima, menganggap baik setiap perbuatan mungkar dan suka melakukan pencitraan diri. Setan tidak mau tunduk dan merendahkan diri kepada Allah Swt. karena hatinya begitu keras. Mereka senantiasa membela diri demi menutupi keburukan dan kezaliman yang dilakukan dengan melakukan berbagai macam pengkhianatan dan kedustaan. (QS. Al An’am: 43)

Keenam, melakukan manipulasi dengan mengajak orang untuk senang melakukan amalan-amalan yang menjerumuskan ke dalam neraka. Meyakinkan manusia bahwa setiap perbuatan kufur adalah perbuatan yang menyenangkan. (QS. Luqman: 21)

Ketujuh, membisikkan pikiran-pikiran jahat (QS. Al A’raf: 20). Mereka tidak pernah berhenti membisikkan, menyebarkan, dan mempropagandakan pemikiran-pemikiran jahat agar manusia senantiasa berbuat maksiat.

Orang yang Memusuhi Nabi

Inilah kenyataan hidup, kebenaran akan senantiasa ditentang oleh kebatilan. Manusia mulia yang memiliki akhlak begitu sempurna pun tetap ada orang yang memusuhi, Allah Swt. berfirman, ”Begitulah, bagi setiap Nabi telah Kami adakan musuh dari orang-orang yang berdosa. Tetapi cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (QS. Al-Furqan ayat 31)

Sejak Nabi Muhammad saw. diangkat sebagai rasul dan mulai mendakwahkan Islam, beliau terus mendapat penentang dari pihak musuh. Permusuhan mereka semakin besar ketika Islam mulai diterima oleh masyarakat luas. Berbagai kejahatan, penindasan, caci maki, intimidasi, pemboikotan, bahkan rencana pembunuhan terhadap beliau dan pengikutnya sering dilakukan oleh pihak musuh. Abu Jahal misalnya, ia sering melakukan provokasi agar kaum kafir memboikot keluarga Rasulullah saw. dan pengikutnya.

Sebenarnya, sampai kapan pun, kebenaran Islam akan terus ditentang oleh pihak musuh. Mereka menempuh aneka cara untuk membunuh dan menghentikan dakwah. Mengapa? Sebab, inilah janji iblis yang tertera dalam surah Al-A’raf ayat 16-17, bahwa ia benar-benar akan menghalangi mereka (Nabi Adam dan keturunannya) dari jalan Allah Swt. yang lurus. Iya benar, selama iblis dan pasukannya masih hidup, umat Islam akan terus dihadapkan dengan pihak musuh yang senantiasa menentang syariat Islam.

Kesimpulan

Musuh sejati adalah mereka yang menolak dan menelantarkan kewajibannya sebagai hamba Allah Swt. dan umat Rasul-Nya. Mengaku sebagai umat Islam, namun tidak mau diatur dengan syariat Islam. Mereka bermanis muka dan mengadakan kerja sama dengan musuh Islam dan selalu menyerang saudaranya sendiri. Mereka selalu menebar permusuhan dan perpecahan di tengah-tengah umat muslim, dan menyesatkan umat dengan mencela, serta menghina ajaran Islam. Kemudian, mereka secara nyata menyerang, menjajah dan membantai umat muslim dengan sadis.

Sebaliknya, mereka yang menyerukan persatuan seluruh umat muslim, menyerukan tegaknya syariat Islam kaffah, dan senantiasa menegakkan amar makruf nahi mungkar adalah kelompok yang wajib kita dukung. Mereka kelak akan menjadi orang-orang yang beruntung (QS. Al-Mujadilah: 20-22). Oleh karena itu, umat muslim harus tahu, mana saudara seakidah kita dan mana yang jelas-jelas memusuhi umat Islam secara nyata. Pilihan ada di tangan Anda, ingin menempatkan diri sebagai musuh Allah dan Rasul-Nya atau sebaliknya. Di mana pihak musuh akan merugi dan menderita karena akan dikumpulkan bersama setan di akhirat kelak (QS. Al-Mujadilah: 19). Wallahu a’lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Muthiah Al Fath Salah satu Penulis Tim Inti NarasiPost.Com. Pemenang Challenge NP dengan reward Laptop 256 GB, penulis solo Meraki Literasi dan puluhan buku antologi NarasiPost.Com
Previous
Gaya Gaul ala Latto-Latto
Next
Swedia-Finlandia Gabung NATO, di Mana Posisi Negeri Muslim?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram