Jauhi Mom Shaming, Ya, Bunda!

"Mom shaming bisa jadi karena memang berniat merendahkan ibu lain atau karena ketidaksengajaan. Kalau sengaja melakukannya berarti orang tersebut bermasalah. Dia juga perlu disembuhkan agar tidak makin parah dan merugikan yang lainnya."

Oleh. Deena Noor
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-“Anaknya kenapa kok kurus banget!?”

“Harusnya diberi ASI saja karena lebih baik lho gizinya dari pada susu formula!”

“Pantas anak-anaknya nggak terurus, ibunya saja sibuk kerja!”

“Sayang sekali sudah kuliah tinggi-tinggi, tetapi hanya jadi ibu rumah tangga.”

“Kenapa nggak berusaha lebih keras melahirkan secara normal?!”

“Sudah usia dua tahun, kenapa anaknya belum bisa bicara?”

“Aduh, kasihan anaknya dibawa demo panas-panas begini!”

“Ngapain saja sih seharian, kok rumahnya berantakan?!”

Pernah mendengar kalimat semacam di atas, Bun? Atau jangan-jangan pernah mengucapkannya kepada ibu lain?! Astagfirullah… Semoga tidak, ya, Bun…

Kalimat di atas bisa tergolong mom shaming lho, Bunda. Apa itu mom shaming ? Mom shaming adalah suatu tindakan mempermalukan, merendahkan, mengkritik, menghakimi, mencela dan meremehkan ibu terkait pola pengasuhan dan pilihan yang diambil. Karena pilihan dan cara yang berbeda, seorang ibu bisa mendapatkan komentar yang menyakitkan.

Mom shaming bisa terkategori bullying. Merundung ibu lain yang dianggap memiliki pilihan berbeda dari dirinya dan memaksakan pilihannya. Sama halnya dengan bullying, mom shaming bisa dilakukan secara langsung di tempat dengan ucapan ataupun lewat media sosial. Ini tidak baik. Dampaknya bisa sampai ke mental ibu menjadi terganggu.

Sayangnya, mom shaming banyak dilakukan oleh orang-orang terdekat si ibu. Mereka bisa jadi pasangan, orang tua, saudara, sahabat, teman, atau tetangga. Sangat disayangkan bahwa orang-orang yang harusnya memberikan dukungan dan nasihat malah mengucapkan kalimat yang membuat ibu merasa tertekan dan bersalah. Seharusnya ada cara yang lebih baik dalam menyampaikan jika memang ada hal yang dianggap tidak tepat.

Biasanya yang sering dijadikan bahan untuk mom shaming adalah terkait asupan makanan, tumbuh kembang anak, pilihan bekerja atau tinggal di rumah, pertanyaan tentang cara melahirkan, mengoreksi gaya parenting, mengomentari tubuh ibu dan bayinya, atau mengkritik bagaimana ibu menghabiskan waktu luangnya.

Orang sering kali mudah menyimpulkan sesuatu tanpa menelisik lebih dalam. Hanya menilai dari apa yang tampak di mata. Dengan entengnya mengatakan si ibu begini dan begitu. Padahal, bagaimana keadaan sebenarnya saja tidak tahu.
Memang, ya, lidah itu tak bertulang. Mengucapkan sesuatu tanpa berpikir panjang akan akibat dari ucapan tersebut.

Penyebab Mom Shaming

  1. Tidak menyadari dampak buruk mom shaming sehingga menganggapnya wajar-wajar saja.
  2. Merasa iri dan insecure melihat pencapaian ibu lain. Dengan mempermalukan ibu lain, merasa dirinya menjadi lebih baik.
  3. Melampiaskan amarah atas masalah yang dihadapi dengan menghina ibu lain.
  4. Merasa bosan dan lelah dalam kehidupan sehari-harinya sehingga ia mencari-cari pelarian dengan berkomentar buruk terhadap ibu lain.

Mom shaming bisa membuat ibu sakit hati, stres, cemas berlebihan, dan tidak merasa percaya diri dalam menjalankan perannya sebagai ibu. Anak-anak bisa ikut terdampak karenanya. Jika sang ibu masih menyusui, bayinya akan turut merasakan kesedihannya dan akhirnya menjadi rewel.

Ketika ibu terjebak dalam kondisi seperti itu, ibu bisa kehilangan fokus dan melakukan lebih banyak lagi kesalahan. Ibu akan merasa bahwa dirinya bukan ibu yang baik dan tidak becus. Bila dibiarkan, ibu bisa menjadi depresi. Kesehatan mental ibu yang terganggu pasti akan memengaruhi kondisi anak-anaknya.

Cara Mengatasi Mom Shaming

1. Sabar dan ikhlas

Jika ada omongan yang tidak enak dan mengganggu, berusahalah tetap sabar. Terima dengan ikhlas sebagai ketentuan dari Sang Maha Kuasa. Semua yang terjadi adalah atas kehendak-Nya. Baik dan buruk sudah diatur-Nya. Pasti ada kebaikan dan pelajaran yang bisa diambil dari setiap peristiwa. Semoga itu menjadi pahala bagi Bunda yang mengalaminya.

2. Bijak dalam merespons

Tidak perlu menyerang balik jika ada ucapan yang tidak mengenakkan hati. Jangan terbawa emosi. Sampaikan saja terima kasih telah memberi tahu. Tetaplah tenang walau hati tak keruan.

3. Percaya diri

Tambah rasa percaya diri dengan menambah ilmu. Jika punya bekal pengetahuan yang cukup, insyaallah bisa menjawab kritikan atau komentar dengan baik.

4. Berpikir positif

Saring setiap apa yang masuk. Jangan semuanya ditampung begitu saja. Ambil yang baiknya, sedangkan yang negatif dibuang jauh-jauh. Ini akan membuat diri lebih baik.

5. Nobody’s perfect

Tidak ada ibu yang sempurna. Terima jika memang salah dan lakukan perbaikan. Yang penting jangan merasa diri sudah bisa segalanya dan lebih baik dari pada orang lain. Ketika diri merasa sudah benar, tetaplah rendah hati dan terus belajar.

6. Cari support system

Ini bisa didapatkan dari pasangan, keluarga, sahabat, dan teman. Support system bisa juga dari komunitas sesama ibu. Sesama ibu pasti mengalami hal yang serupa sehingga lebih mengerti bagaimana beratnya tugas seorang ibu. Satu sama lain akan saling mendukung, bukan merundung.

7. Jangan membalas

Menjadi korban mom shaming tidak lantas menjadi alasan dibolehkannya melakukan hal serupa. Kita yang pernah mengalami mom shaming tahu bagaimana tidak enaknya dipermalukan. Karena itu jangan melakukan hal yang sama kepada ibu lainnya.

8. Menerima dan jadikan masukan

Kita tidak bisa membuat semua orang senang. Pasti ada saja orang yang tidak suka. Kita tidak bisa mengontrol omongan orang lain, tetapi kita bisa mengatur bagaimana menerimanya. Kritikan yang membangun bisa diterima dan dijadikan masukan untuk menjadi lebih baik ke depannya.

9. Keluar dari lingkungan toksik

Jika sekeliling kita tidak memberi pengaruh baik dan justru sebaliknya, maka lebih baik ditinggalkan saja. Pilihlah lingkungan yang bisa membawa pengaruh baik kepada diri kita. Tidak usah bertahan di lingkungan yang membuat kita sakit.

Berkata Baik atau Diam

Sering kali si pelaku tidak merasa kalau sedang melakukan mom shaming sehingga ia merasa tindakannya benar-benar saja. Padahal, yang dilakukannya telah merendahkan dan menyakiti hati ibu. Karena itu, kita harus lebih berhati-hati lagi dengan ucapan dan tindakan kita, ya, Bunda. Apalagi sesama ibu jangan sampai malah saling menyakiti.

Mom shaming bisa jadi karena memang berniat merendahkan ibu lain atau karena ketidaksengajaan. Kalau sengaja melakukannya berarti orang tersebut bermasalah. Dia juga perlu disembuhkan agar tidak makin parah dan merugikan yang lainnya.

Untuk yang tidak sadar atau tidak sengaja melakukan, mungkin niat awalnya karena peduli dan ingin memberikan masukan. Namun, karena caranya tidak tepat dalam menyampaikan sehingga jatuhnya si ibu yang dikomentari menjadi tersinggung dan sakit hati. Jika begini, maka harus saling introspeksi.

Di sinilah kepekaan itu dibutuhkan. Perasaan dan penerimaan setiap orang bisa berbeda. Mungkin kita merasa ucapan yang dilontarkan biasa saja, tetapi bisa jadi orang lain menganggapnya sebagai hal yang penting dan dalam. Ucapan itu ternyata sampai membekas dan membuat orang lain down. Asah terus kepekaan kita dalam melihat kondisi orang lain sehingga tidak mudah untuk menghakimi. Jangan mudah mengatakan sesuatu kepada orang lain. Apalagi bila kita tidak mengetahui cerita keseluruhannya.

Karena itulah jika tidak bisa berkata baik, lebih baik diam dan tahan ucapan. Perkataan yang baik tentu sesuai dengan ketentuan syariat. Baik dan buruknya perbuatan dan perkataan bukan didasarkan pada pertimbangan personal. Perkataan yang baik bukan hanya yang benar, tetapi juga harus tepat penyampaiannya. Akan lebih baik jika memang ingin mengomentari atau mengkritik itu disertai dengan solusi dan intonasi yang tidak menghakimi atau merendahkan. Selalu ingat bahwa apa yang kita lakukan tidak pernah luput dari pengawasan-Nya sebagaimana yang dinyatakan dalam surah Al-Qoof ayat 18: “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”

Support System yang Hakiki

Mom shaming terjadi pada dasarnya karena kehidupan tidak memakai aturan Islam. Manusia merasa bebas berbuat apa saja, termasuk berkata tanpa memikirkan dampaknya. Kehidupan yang sekuler ini menjadikan manusia tidak paham mana yang benar dan yang salah. Baik dan buruk diukur dari sisi materi. Pertimbangan baik dan buruk dilandaskan pada akal manusia yang terbatas. Akibatnya, ukuran baik dan buruk setiap orang menjadi berbeda-beda dan tidak pasti. Apa yang dianggap baik hari ini, bisa jadi dianggap buruk di masa depan. Begitu pula sebaliknya. Semua tergantung pada manfaat materi yang didapatkan. Tidak peduli pada konsekuensinya, di dunia maupun di akhirat kelak.

Itulah yang harus dihilangkan. Negara harus memberikan support system yang hakiki bagi para ibu supaya tugas mencetak generasi tangguh dan cemerlang bisa terwujud. Dengan sistem yang baik, ibu akan selalu bahagia. Ibu bisa menjalankan tugasnya dengan ikhlas untuk mencari rida Allah semata.

Menjadi ibu bukanlah tugas yang mudah. Ibu menjadi pencetak generasi. Ibu juga merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya. Tugas yang luar biasa ini diemban oleh seorang ibu.

Untuk itu dibutuhkan dukungan yang juga hebat supaya ibu mampu menjalankan perannya dengan baik. Tugas ini bukan hanya dilakukan oleh seorang ibu saja atau oleh keluarga terdekatnya, tetapi juga oleh masyarakat tempat ibu hidup. Masyarakat yang suportif terhadap peran ibu bisa terwujud bila negara mampu menjalankan sistem yang tepat.

Sistem yang tepat ini hanya ada dalam Islam. Sebab, hanya Islam yang mampu mengatur segala urusan manusia. Urusan terkait ibu, jelas menjadi perhatian penting bagi negara yang menerapkan aturan Islam. Negara akan menyediakan segala hal yang dibutuhkan para ibu agar bisa mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Mulai dari memberi perlindungan dan kenyamanan hingga kecukupan ekonomi, semuanya dipenuhi oleh negara. Jadi, tugas negaralah yang memberikan dukungan penuh bagi ibu untuk menjalankan amanah mulia itu.
Wallahu a’lam bishshawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Salmon dan Segudang Kebaikannya
Next
Menyikapi Lonjakan Penularan TBC dengan Perspektif Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram