”Dakwah itu wajib berorientasi pada kebangkitan umat secara total. Sehingga, mampu mendorong umat pada satu tujuan yakni kesadaran menyeluruh agar Islam dikembalikan dalam kehidupan.”
Oleh. Yana Sofia
(Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Apa yang Kamu lakukan jika baru bangun tidur? Bengong, lalu tidur lagi? Atau bersemangat menunaikan kewajiban, lantas bertebaran di muka bumi, demi mengejar rezeki dan pahala dari Ilahi Rabbi?
Dua kondisi ini adalah gambaran kehidupan yang kontras, namun nyata ada yang melakoninya. Tergantung dari bagaimana seseorang paham atau tidak akan tugas dan kiprahnya di bumi. Pemahaman ini yang akan mendorong seseorang untuk melakukan kewajiban-kewajibannya yakni memenuhi hak-hak pada diri sendiri, tanpa melupakan hak-hak Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah saw. bersabda, yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Baihaqi, “Barang siapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak takut kepada Allah maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka.”
Dari dalil di atas kita bisa pahami, bahwa barang siapa yang saat bangun tidur tidak ingat akan urusan agama dan masalah kaum muslimin seluruhnya, maka Rasulullah golongkan dia bukan bagian dari umat Islam dan bukan pula umatnya Rasulullah saw.
Hak dan Kewajiban
Hak tubuh berupa makan, minum, menjaga kesehatan adalah hak-hak yang wajib ditunaikan pada diri dan berdosa jika diabaikan. Lalu hak-hak beribadah, menjaga pergaulan, menuntut ilmu, berdakwah adalah kewajiban kita sebagai hamba dalam memenuhi hak-hak Allah dan Rasul-Nya yaitu segala perintah syarak yang wajib dilaksanakan, yang berdosa jika ditinggalkan.
Begitulah Islam, menyelaraskan antara hak dan kewajiban. Islam menuntut terlaksanakannya segenap kewajiban, karena pada setiap kewajiban itu ada indikator untuk terpenuhinya hak-hak manusia (kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan), sekaligus wasilah datangnya kebaikan untuk umat. Di mana kebaikan itu hanya akan disempurnakan olah Allah jika manusia memenuhi perintah Allah dan Rasul-Nya dengan ketaatan yang totalitas.https://narasipost.com/2022/09/10/jangan-menjadi-pengemban-dakwah-apa-adanya/motivasi/
Mungkin kita tidak asing dengan ibadah salat, puasa, dan zakat sebagai ibadah yang kita tunaikan dalam rangka menjadi pribadi taat. Namun sayangnya, masih banyak yang berpikir jika salatnya sudah, puasa jalan, zakat ditunaikan maka ibadahnya telah sempurna. Padahal, ada hak lain yang juga wajib untuk kita jalankan. Yakni hak untuk sesama manusia. Tidak lain adalah dakwah saling menasihati, peduli terhadap problem keumatan, dan berjemaah mewujudkan kebangkitan Islam. Ini yang sering dilupakan.
Bagaikan Satu Tubuh
Umat ini akan kehilangan ruh berjemaah jika dorongan untuk peduli pada urusan sesama ini, sirna. Umat bersatu justru karena memiliki perasaan, pemikiran, dan peraturan yang sama. Jika perasaan peduli sudah tak ada, pemikiran pun sulit disamakan. Maka perpecahanlah yang akan dihasilkan. Perpecahan inilah yang menciptakan berbagai masalah, membawa umat pada posisi kemunduran, yang menjauhkan umat dari predikat bangsa yang bangkit dan berdaulat.
Karena itu, Rasulullah saw. bersabda, yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim, "Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.”
Islam telah mencontohkan bangunan masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap sesama sebagaimana bunyi hadis di atas. Yakni sebuah masyarakat Islam yang hidup dalam naungan Daulah Khilafah Islamiah. Hal ini telah dimulai sejak Rasulullah mendirikan Daulah Islam di Madinah hingga runtuhnya Islam pada Maret 1924.
Saat institusi Islam masih tegak, kaum muslim berada di posisi kemuliaannya. Saling mengasihi, melindungi, dan menjaga. Karena hidup di bawah penerapan Islam secara kaffah, maka terwujudlah sebuah pemerintahan yang bertuah dan mampu memenuhi setiap hak-hak rakyatnya. Baik hak beribadah, pendidikan, kesehatan, bahkan keamanan.
Masyarakat yang hidup dalam naungan Islam inilah yang mampu merepresentasikan makna satu tubuh yang disabdakan Rasulullah. Lalu negara menjamin itu semua dengan memberikan perlindungan dan keamanan kepada seluruh masyarakatnya. Negaralah yang bertanggung jawab penuh agar hak-hak manusia terealisasi dengan sempurna.
Malangnya!
Hanya saja, kita telah kehilangan mahkota kewajiban itu yakni Daulah Islam yang menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan. Setelah Khilafah runtuh, umat hidup bercerai-berai di bawah pengaruh paham asabiah yang mengungkungnya. Kemuliaan umat pun ikut tersandera di bawah hegemoni kaum penjajah. Umat menjalani peran 'rendahan' yang jauh dari kata mulia sebagai kaum tertuduh, kalah, dan terpecah belah.
Walhasil, umat saat ini telah kehilangan empati pada sesama. Mengabaikan hak-haknya sebagai makhluk sosial, pun hak-hak yang wajib ditunaikan untuk Allah dan Rasul-Nya. Sejak bangun tidur yang ada di benak umat adalah materi dan kebutuhan perut masing-masing. Tak ada kepedulian pada urusan keumatan, apalagi urusan agama dan dakwah melanjutkan kehidupan Islam.https://narasipost.com/2020/11/28/dakwah-wajib-diam-bukan-solusi/syiar/
Hal ini diperparah dengan tidak adanya jaminan dari negara agar umat mengemban amanah mulia, yakni berdakwah ke sesama. Segenap kebijakan malah mencerminkan keberpihakan negara pada paham-paham yang bertentangan dengan Islam. Ide liberalisme dan kapitalisme misalnya. Dua paham rusak ini tumbuh subur di tengah umat kendati telah nyata bertentangan dengan Islam dan membawa kerusakan bagi masyarakat.
Akibat Sekularisme
Tentu saja, sebagai muslim kita paham. Akar masalah dari seluruh problem umat, sekularismelah biangnya. Menjauhkan Islam dari kehidupan adalah sumber petaka dan penyebab kemalangan yang menimpa umat seluruh alam. Sekularisme ini adalah ide bobrok yang lahir dari kecacatan pemikiran manusia, yang serba kurang, lemah, dan terbatas. Wajar, menghasilkan berbagai musibah saat diterapkan dalam kehidupan.
Kita menyadari dominasi paham rusak ini telah mengungkung umat dari segala lini kehidupan. Sementara umat terpecah belah dalam berbagai kelompok kecil atas nama asabiah golongan. Islam yang sejatinya hadir untuk menyolusi masalah umat pun terlupakan. Dikekang dalam buku-buku pelajaran, tempat-tempat ibadah, dan ranah masyarakat adat. Sementara Islam sebagai millah hidup, aturan dalam politik, dan hubungan dengan masyarakat telah dihilangkan dan dijauhkan dari kehidupan.
Inilah yang menyebabkan aktivitas dakwah perjuangan Islam menjadi kian terkucilkan, jauh dari minat, dan objek referensi umat. Dakwah mengajak sesama untuk taat dianggap privilage kaum tertentu saja, dengan batasan tidak 'mengganggu' hajat sosial masyarakat.
Ya, seluruh pemikiran sesat ini tidak lain lahir dari propaganda penjajah. Penjajahlah yang terus merecoki umat dengan pemahaman rusak ini sehingga umat kehilangan jati diri sebagai hamba terbaik yang diutus Allah ke tengah manusia. Saat ini, umat bukan hanya sakit dan terjajah, namun juga amnesia terhadap tugasnya dan alasan kenapa ia dilahirkan ke dunia.
Berdakwahlah!
Ir. Soekarno mengatakan, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarahnya." Ungkapan ini tidak salah mengingat umat Islam hari ini terpuruk justru karena telah melupakan sejarah peradaban Islam yang agung nan mulia. Karena itu, untuk menyadarkan umat akan posisinya tersebut dibutuhkan upaya dakwah. Khususnya dakwah mengembalikan ingatan umat akan perannya sebagai hamba, yang Allah ciptakan semata untuk beribadah kepada-Nya.
Hanya saja, dakwah yang kita bicarakan bukanlah dakwah bil-hal atau dakwah parsial yang tidak menyentuh sisi kepemimpinan Islam dan penerapan syarak secara kaffah. Melainkan, dakwah itu wajib berorientasi pada kebangkitan umat secara total. Sehingga, mampu mendorong umat pada satu tujuan yakni kesadaran menyeluruh agar Islam dikembalikan dalam kehidupan.
Dakwah seperti inilah yang dilakukan Rasulullah saw. di periode Makkah sebelum tegaknya Daulah Islam di Madinah. Rasul tidak hanya mengajak masyarakat Quraisy untuk memeluk Islam dan beribadah mahda saja. Namun, Rasul juga mengajak umat untuk memerangi hukum kufur dan memperbaiki tatanan kehidupan sosial, politik, muamalah di mana wajib dijalankan berdasarkan Islam. Sebagaimana bunyi Al-Baqarah ayat 208, "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu,"
Jadi, yuk berdakwah! Penuhi hak Allah dan Rasul-Nya. Hanya dakwah Islam kaffah satu-satunya upaya mewujudkan kesadaran umat akan urgensi Islam ditegakkan dalam kehidupan, dan menjadi wasilah datangnya keberkahan, pun rahmat bagi sekalian alam. Wallahu 'alam![]