Islam Melahirkan Mahasiswa Penyongsong Kebangkitan

"Tidak bisa dimungkiri, “siapa” seseorang sangat dipengaruhi oleh isi kepalanya. Kita mungkin sama-sama punya otak, tapi beda input pasti beda juga produknya. Sistem kapitalisme bervisi mencetak pelajar kompeten dalam rangka memenuhi kebutuhan industri."

Oleh. Keni Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com, Penulis Buku Sebab Perasaan bukan Tuhan)

NarasiPost.Com-Mahasiswa merupakan tingkatan tertinggi “profesi” siswa. Itulah mengapa disebut maha-siswa. Dengan penyebutan ini, idealnya mahasiswa memiliki kematangan intelektual manusia muda sebelum benar-benar menjadi manusia dewasa.

Sayangnya, tidak demikian pada mahasiswa sebuah kampus di Indonesia.
Salah seorang mahasiswa diduga melakukan pelecehan seksual. Sang korban menceritakan pengalaman ini ke sebuah akun komunitas di media sosial. Singkat cerita, si terduga pelaku dilacak dan berhasil ditemukan. Bukan diserahkan pada pihak berwenang, segerombolan mahasiswa lebih memilih main hakim sendiri. Terduga pelaku dicekoki (maaf) air kencing dan ditelanjangi setelah ia diikat di sebuah pohon.

Watak Intelektual Muda

Layakkah sosok intelektual muda bersikap main hakim sendiri? Jika memang benar terduga adalah pelaku kekerasan seksual, apakah tepat merundung "pelaku" di khalayak umum secara bergerombol? Apa yang mereka pilih lebih menggambarkan betapa intelektual muda kita memiliki krisis adab. Seharusnya, mahasiswa bersikap kritis dan lebih bijak menanggapi peristiwa kurang menyenangkan tersebut.

Sudahkah kita memahami bahwa kita berada dalam lingkungan kapitalisme? Pendidikan kita berakar pada sistem tersebut. Asas sistem ini adalah sekularisme, di mana hidup (dalam konteks ini pendidikan) tidak perlu terikat dengan aturan agama. Cukup agama di ranah individu ketika ia salat, puasa, atau haji. Di luar itu, manusia harus meninggalkan identitasnya sebagai muslim, mengambil aturan selain Islam dalam hidupnya. Itulah gambaran kapitalisme.

Tidak bisa dimungkiri, “siapa” seseorang sangat dipengaruhi oleh isi kepalanya. Kita mungkin sama-sama punya otak, tapi beda input pasti beda juga produknya. Sistem kapitalisme bervisi mencetak pelajar kompeten dalam rangka memenuhi kebutuhan industri. Fokus akhir pendidikan adalah melahirkan individu cakap, memiliki profesionalitas tinggi dan siap bekerja. Materi dijadikan visi. Kemapanan ekonomi dianggap sebagai indikator keberhasilan, terlepas bagaimana pun caranya.

Inilah yang melekat di benak kaum muda, terpelajar sekali pun. Sebab input yang masuk ke kepala adalah konsep matrealistis, lahirlah individu egois tidak lagi punya spek kritis analitis. Pemuda dalam sistem kapitalisme sengaja dibuat mandul daya pikirnya, yang penting bisa bekerja.

Kapitalisasi Pendidikan

Apa sih target besar dari pendidikan tinggi yang seperti ini? Sistem pendidikan tidak berdiri sendiri, ia bergandengan dengan beragam sistem sektor lain, katakanlah sektor ekonomi. Ekonomi kita bertumpu pada kapitalisme, maka semua sektor lain sebisa mungkin menjadi ladang materi untuk menyokongnya. Pendidikan dan kesehatan masuk ke dalam list tersebut. Maka tampaklah seperti hari ini.

Biaya pendidikan dan kesehatan melambung tinggi, sebab orientasinya adalah materi. Tidak berhenti di situ, lulusan pendidikan tinggi mana pun diarahkan bahkan didorong untuk menghasilkan materi bertubu-tubi. Jangan ditanya, pastinya untuk menyokong sistem hidup yang ada hari ini. Begitulah sistem kapitalisme bekerja.

Pendidikan dalam Islam

Sistem Islam memiliki tujuan yang jelas dalam pendidikan. Anak didik dicetak untuk memiliki kepribadian Islam. Kepribadian ini terbentuk dari pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Di sekolah, anak didik diajari adab, akidah, dan tsaqafah Islam agar terbentuk pola pikir Islam. Tidak dibiarkan begitu saja, setiap anak didik juga dikontrol ( mutaba'ah/mentoring) oleh guru yang bertugas. Ini dalam rangka memastikan pola sikapnya sudah sesuai dengan pola pikir Islam yang diajarkan di kelas. Bagaimana mewujudkannya?

Guru merupakan sosok yang ahli di bidangnya. Selain kemampuan pedagogik, yang utama adalah kepribadian Islam si guru. Sebab ia adalah teladan bagi murid-murid. Kemampuan guru menyelesaikan masalah sesuai tuntunan syarak juga skill yang diajarkan kepada anak-anak. Mendidik anak-anak dilakukan dengan kurikulum, metode, media pembelajaran, dan hal-hal terkait sesuai dengan akidah Islam.

Jangan khawatir perkara biaya. Negara Islam menyadari betul betapa penting sektor pendidikan dalam kebangkitan sebuah negara. Itulah mengapa sistem pendidikan disokong oleh sistem ekonomi yang mapan. Rakyat tidak perlu khawatir dengan biaya, sebab semuanya gratis ditanggung oleh negara. Mari kita lihat bagaimana ketika Islam cemerlang memberi cahaya di Cordoba. Tidak ada satu rakyat pun yang tidak bisa membaca, meski ia anak petani miskin. Sebaliknya, di Eropa hanya para raja yang bisa baca tulis itupun namanya sendiri. Sungguh indah Islam menghasilkan benderang cahaya ke seluruh benua.

Khatimah

Kita butuh menerapkan sistem Islam kaffah agar setiap sistem kehidupan saling mendukung. Sistem ekonomi Islam menopang sistem pendidikan dalam Islam. Pendidikan yang berhasil akan mampu mewujudkan sistem politik Islam, sebab lahir para politikus dengan mindset Islam yaitu penguasa adalah meri'ayah urusan umat bukan wadah cari keuntungan pribadi dan keluarga. Peri'ayahan ini melahirkan generasi penyongsong kebangkitan. Wallahu a'lam bishowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Keni Rahayu Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Masifnya Moderasi Beragama di Hari Natal
Next
Islam Mencegah Kekerasan Seksual
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram