Jilbab dan Pemahaman Remaja Muslim

"Remaja muslim juga mungkin seperti itu, bisa jadi saat ini, mereka memahami Islam hanya sebagai agama ritual saja. Cukup salat, puasa, zakat, dan pergi haji. Namun, ketika mereka mendengar atau diberi pemahaman bahwa Islam itu adalah agama yang sempurna, yang mengatur semua urusan manusia dari bangun tidur hingga tidur kembali, dari keluarga, masyarakat, sampai negara, mungkin mereka juga akan bersikap awam."

Oleh. Mariyam Sundari
(Kontributor NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-Pertama kali saya dijelaskan tentang jilbab itu ketika berada di Sumsel. “Oh, ternyata jilbab itu adalah baju kurung yang menutupi seluruh tubuh,” ujar saya yang selama ini karena mengira jilbab adalah kain yang menutupi kepala yang menjulur sampai dada muslimah. Ternyata perkiraan saya kurang tepat. Alhamdulillah, saya dipertemukan dengan salah satu akhwat (saudara perempuan) dari jemaah Islam Kaffah, Siti (21 tahun). Dia mengajak saya untuk berangkat ke majelis taklim, pada Juni 2010 di salah satu masjid yang ada di Kota Palembang.

Sejak saat itu, saya menjadi paham apa itu jilbab. Dengan terus mengikuti majelis taklim setiap bulan. Sampai akhirnya, tidak hanya paham masalah jilbab dan khimar (kerudung penutup kepala, leher sampai bagian dada), tetapi juga mampu memahami batasan-batasan aurat, termasuk aturan memakai kerudung jilbab sesuai syariat.

Mengenang kejadian lebih dari dua belas tahun silam tersebut, saya mencoba memahami, mengapa saat ini banyak remaja muslim yang tak mengenal agamanya secara menyeluruh. Apakah mereka memang belum memahami seperti saya, ketika pertama kali datang ke majelis taklim? Pasalnya selama ini, yang saya tahu jilbab itu adalah penutup kepala yang menjulur sampai ke dada muslimah. Tiba-tiba, saya dipahamkan lewat penjelasan kalau jilbab itu adalah baju kurung longgar yang menutupi seluruh tubuh perempuan. Jadi, seperti terlihat awam (orang yang tidak paham ilmu).

Remaja muslim juga mungkin seperti itu, bisa jadi saat ini, mereka memahami Islam hanya sebagai agama ritual saja. Cukup salat, puasa, zakat, dan pergi haji. Namun, ketika mereka mendengar atau diberi pemahaman bahwa Islam itu adalah agama yang sempurna, yang mengatur semua urusan manusia dari bangun tidur hingga tidur kembali, dari keluarga, masyarakat, sampai negara, mungkin mereka juga akan bersikap awam.

Oleh sebab itu, mengapa remaja muslim saat ini, masih banyak yang melakukan tindak kriminal, kurang adab, berpacaran, dan lain-lain. Itu dikarenakan pemahaman Islam secara kaffah tidak mereka dapatkan. Mereka hanya tahu, agama itu khusus di masjid. Di luar itu, agama tidak boleh masuk dalam perbuatan, pergaulan, termasuk minimnya pemahaman agama di sekolah, yang hanya diajarkan dua jam dalam sepekan.

Lantas, bagaimana menjadikan remaja muslim supaya paham agama? Harus ada dukungan dari berbagai pihak, antara lain: keluarga, masyarakat dan negara. Namun, yang paling harus berperan adalah negara.

Selain menerapkan pendidikan yang mengedepankan adab di dalamnya, negara juga seharusnya mampu mengarahkan setiap keluarga untuk selalu menanamkan akidah dan akhlak mulia kepada putra-putri mereka. Apalagi dalam masyarakat. Negara harus berupaya menjadikan orang-orang di dalamnya punya rasa peduli terhadap orang lain termasuk remaja. Dengan mengadakan kegiatan-kegiatan remaja yang mampu menjadikan mereka siap memimpin dan dipimpin ke arah yang lebih baik.

Negara juga harus mampu menjadikan masyarakat yang siap melakukan amar makruf nahi munkar. Jika terlihat dalam masyarakat, ada remaja melakukan tindakan yang melanggar syariat, maka mereka akan segera mengatasi, mencegah, mendakwahi, sebagai bentuk rasa peduli dan mencarikan solusi. Cara seperti ini hanya bisa diterapkan dalam negara Islam (Khilafah).

Jika remaja muslim sudah mendapat pembinaan dan pemahaman yang baik dari negara, keluarga dan masyarakat secara menyeluruh. Maka, tidak akan ada lagi yang namanya remaja betindak kriminal, kurang adab terhadap orang yang lebih tua, apalagi pacaran. Yang ada hanya akan melahirkan generasi yang gemilang. Seperti yang tercatat dalam sejarah Islam, Mush’ab bin Umair seorang remaja Quraisy terkemuka, gagah dan tampan yang penuh dengan jiwa semangat kemudaan. Sang duta dakwah Rasulullah saw, yang mampu berdakwah, mengislamkan hampir seluruh penduduk Kota Madinah.

Kemudian Muhammad al-Fatih, Sultan penakluk Konstantinopel dalam usia muda (25 tahun). Ini semua dibentuk dari hasil pemahaman pemikiran Islam, mencerminkan sikap Islam, serta akan membentuk kepribadian Islamiyah yang membanggakan.

Saatnya menjadikan remaja muslim untuk paham Islam secara kaffah. Serta menjauhkan dalam diri mereka pemahaman kufur yang merusak. Dengan cara mengajak, membina dan memahamkan Islam dengan sempurna, yang akan menjadikannya cerdas jauh dari keawaman. Sehingga, kehidupan remaja muslim jadi terarah. InsyaAllah bisa.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Mariyam Sundari Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Jadi Ibu Cerewet? Harus atau Jangan?
Next
Kekeliruan Pemuda dalam Memandang Kebahagiaan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram