”Seberat apa pun suatu ujian menurut sudut pandang kita, yakinlah bahwa Allah Swt. tidak akan menguji di luar batas kesanggupan manusia.”
Oleh. Tina El Haq
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sobat, pernahkah mengalami kesedihan yang mendalam, kecewa yang tak berujung, atau merasa bahwa hidup ini sangat tidak adil? Yup, mungkin ada ratusan bahkan ribuan orang di sudut bumi ini yang turut mengalami perasaan demikian. Secara fitrah, manusia memang makhluk yang lemah dan terbatas. Karena kelemahan itulah membuat banyak orang menangis, terluka, dan kecewa, ketika mengetahui bahwa realitas tak sesuai dengan asanya. Karena hakikatnya manusia lebih menyukai sesuatu yang mudah, tak ada kecewa, tiada kesedihan, serta jauh dari beratnya beban hidup.
Sebagian orang mungkin kecewa karena jodohnya tak sesuai ekspektasi. Sebagiannya lagi mungkin bersedih karena orang yang dikehendaki ternyata tak berjodoh dengannya. Lantas, hal ini meninggalkan perasaan luka, kecewa, dan marah di hati kemudian menyalahkan takdir Allah. Lalu bergumam, "Mengapa harus aku?" Namun, tahukah kamu bahwa semua kesedihan, tangisan, kekecewaan, dan segala hal yang mungkin tidak menyenangkanmu adalah bagian dari pernak-perniknya dunia? Ya, perasaan semacam itu akan selalu ada karena kamu, aku, dan kita semua masih sama-sama menghirup udara dunia.
Sejatinya setiap muslim harus menyadari bahwa Allah Swt. menciptakan manusia sekaligus memberinya ujian. Tidak ada satu pun manusia yang bebas dari ujian selama dia masih bernapas dan berdiam diri di salah satu sudut bumi ini. Namun, meski kegundahan, kegalauan, dan kekecewaan melanda hati, tetapi jangan sampai membuat kita lemah dan putus asa.
Satu hal yang harus disadari bahwa ujian merupakan cara Allah mengangkat derajat manusia dan bentuk cinta-Nya kepada seorang hamba. Karena itu, semakin tinggi kualitas iman seseorang, semakin berat pula ujiannya. Semakin rendah kadar keimanan seseorang, maka semakin ringan pula ujiannya. Semua ujian tersebut jika mampu dilewati dengan baik maka akan dibalas pahala yang besar oleh Allah Swt. Seberat apa pun suatu ujian menurut sudut pandang kita, yakinlah bahwa Allah Swt. tidak akan menguji di luar batas kesanggupan manusia. Sebagaimana tertuang dalam surah Al-Baqarah ayat 286, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya …"
Memang benar bahwa munculnya perasaan kecewa, sedih, dan marah, adalah bagian dari fitrah manusia. Hati manusia pun sangat mudah berubah, bergerak, serta berpindah dari satu keadaan menuju keadaan yang lain. Bisa jadi saat pagi hari seseorang tersenyum, tetapi di sore hari dia menangis. Bisa jadi pula seseorang di pagi hari masih ikhlas, tiba-tiba di sore hari berubah menjadi tidak ikhlas.
Bahkan, bisa jadi di pagi hari seseorang menjadi muslim, tetapi di sore harinya telah kafir. Itulah hati manusia yang mudah berubah, sebagaimana tercermin dalam hadis riwayat Ath-Thabrani dari Abu Musa, "Sesungguhnya perumpamaan kalbu (hati) -- dalam diri seseorang -- seperti perumpamaan sehelai bulu di tanah lapang yang luas yang tersangkut pada sebatang pohon, lalu dibolak-balikkan oleh tiupan angin, sehingga ia terbang terjungkir ke sana kemari."
Jika ada suatu hal yang tidak tercapai dalam hidup atau Allah menetapkan sesuatu yang tidak kita kehendaki, maka tetaplah berprasangka baik kapada Allah. Sebab, Allah mengetahui segala sesuatu sedangkan manusia tidak. Bisa jadi apa yang tidak disukai manusia adalah pilihan terbaik menurut Allah. Dan boleh jadi apa yang sangat disukai manusia adalah buruk bagi Allah. Manusia terkadang tidak mampu melihat hikmah di balik sebuah ujian karena keterbatasan pemikiran dan perasaannya.
Padahal, semua hal yang telah ditakdirkan Allah Swt. pasti memiliki hikmah yang besar di baliknya. Ada beberapa hikmah dari setiap ujian atau cobaan. Pertama, ujian sebagai pembersih untuk mengeluarkan berbagai penyakit hati pada diri seorang hamba. Kedua, ujian juga dapat menjadi sebab untuk menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan seorang hamba kepada Sang Pencipta. Ketiga, ujian akan menjadi penyempurna keimanan terhadap kenikmatan yang Allah sediakan di surga kelak bagi hamba-hamba yang bertakwa.
Setiap muslim pun harus menyadari bahwa hidup tak harus dipenuhi dengan kesenangan, kesukaan, maupun kecocokan semata. Namun, ada hal yang lebih penting dari itu semua, yakni ketaatan dan keridaan. Ya, taat dan rida kepada Allah seharusnya menjadi ’harga mati’ di atas semua keinginan manusia. Karena hanya dengan ketaatan dan keridaan terhadap seluruh ketetapan Allah, akan membuat manusia mereguk manisnya pahala di akhirat kelak.
Sobat, jika saat ini hatimu masih dirundung kesedihan dan kekecewaan, maka ingatlah bahwa hidup akan terus berjalan, baik engkau menangis maupun tertawa. Karena itu, jangan jadikan hidupmu dipenuhi kesedihan, kekecewaan, dan keputusasaan karena hal itu tidaklah bermanfaat sama sekali. Berdamailah dengan takdir Allah, karena itu adalah sebaik-baik pilihan. Janganlah terus melihat ke belakang karena di sana ada masa lalu yang membayangimu. Jangan pula selalu menatap ke depan karena terkadang ada masa depan yang membuatmu gelisah. Namun, cukuplah melihat ke atas karena di sana ada Sang Pemilik Hati, yakni Allah Swt. yang pasti akan membuatmu bahagia. Wallahu a'lam[]
Photo : Pinterest
Jadi terus tertawalah terpingkal pingkal walaupun kau sakit. Bahkan kalaupun kau dipukul, dikadek teruslah tertawa. Karena menangis pun tak berguna.