"Semua tentu sejalan dengan kerangka sistem sekularisme kapitalisme yang diterapkan di negeri ini. Maka, rincian tugas-tugas seorang yang menerima gelar tituler tersebut adalah untuk menyokong eksistensi negara demokrasi kapitalis."
Oleh. Deena Noor
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Publik dikejutkan dengan unggahan Deddy Corbuzer di akun IG miliknya. Deddy memajang foto dirinya bersama Menhan, Prabowo Subianto, dengan disertai caption yang menyebutkan kebanggaannya menerima pangkat Letnan Kolonel Tituler Angkatan Darat TNI. Deddy juga menyatakan bahwa pangkat tersebut telah disahkan oleh Panglima TNI, Andika Perkasa dan KASAD, Dudung Abdurachman.
Melihat bagaimana Deddy Corbuzer yang tiba-tiba mendapat gelar Letnan Kolonel Tituler Angkatan Darat TNI, wajar bila publik bertanya-tanya. Kok bisa Deddy mendapatkannya, padahal tidak pernah menempuh pendidikan militer sama sekali?
Apa Itu Gelar Tituler?
Masyarakat awam jelas tak paham. Kebanyakan juga baru mendengar tentang pangkat tituler yang disematkan kepada Deddy Corbuzer.
Melihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna tituler adalah berkaitan dengan pangkat atau gelar kehormatan yang diperoleh tanpa menjalankan tugas jabatan sebagai yang tersebut pada gelarnya. Tituler adalah gelar kehormatan yang bisa diberikan kepada siapa saja dari pihak yang berwenang.
Sebagai gelar kehormatan di bidang militer, tentu ada landasan hukumnya. Maka dari itu, tituler diatur menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit TNI. Pangkat tituler merupakan salah satu pangkat TNI khusus selain pangkat lokal.
Pada penjelasan Pasal 5 ayat (2) huruf b, pangkat tituler adalah pangkat yang diberikan kepada warga negara yang sepadan dengan jabatan keprajuritannya, serendah-rendahnya Letnan Dua. PP ini juga yang mendasari pemberian pangkat tituler kepada Deddy Corbuzer.
Kemudian pada pasal 29 ayat (1), dinyatakan bahwa pangkat tituler diberikan kepada warga negara yang diperlukan dan bersedia untuk menjalankan tugas jabatan keprajuritan tertentu di lingkungan TNI. Sedangkan pada ayat (2) dijelaskan bahwa penerima pangkat tituler akan mendapatkan perlakuan administrasi terbatas selama masih memangku jabatan atau pangkat belum dicabut.
Jauh sebelum ada PP Nomor 39 Tahun 2010, aturan terkait pangkat tituler sudah ada. Hal itu termuat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1959 tentang Pangkat-Pangkat Militer Khusus, Tituler, dan Kehormatan.
Selain Deddy Corbuzer, ternyata sebelumnya ada juga yang mendapatkan pangkat tituler dari kalangan seniman. Salah satunya adalah Idris Sardi yang merupakan maestro biola Indonesia. Idris Sardi mendapatkan pangkat Letnan Kolonel Corp Ajudan Jenderal Tituler (Letkol CAJ. Tit) pada tahun 1996. Pangkat tersebut diberikan untuk memudahkannya dalam menjalankan tugas melatih musik di kalangan militer.
Konsekuensi Pangkat Tituler
Dengan menyandang gelar Letkol Tituler AD TNI, Deddy Corbuzer terikat dengan aturan militer. Ia memiliki hak selayaknya anggota TNI meskipun terbatas. Ia juga berhak mendapat gaji dan tunjangan. Sebagaimana anggota TNI lainnya, Deddy juga kehilangan hak pilihnya dalam pemilu.
Menurut Juru Bicara Menteri Pertahanan, Dahnil Azhar Simandjutak, Deddy Corbuzer dianggap layak mendapat gelar tituler karena kepiawaiannya dalam berkomunikasi di media sosial. Kemampuan tersebut dibutuhkan TNI untuk menyampaikan pesan-pesan kebangsaan dan sosialisasi tugas-tugas TNI dalam rangka menjaga pertahanan RI. (nasional.tempo.co, 12/12/2022)
Tugas Deddy setelah menerima pangkat tituler tersebut adalah menjadi duta komponen cadangan (komcad). Ia melakukan kampanye terkait isu-isu pertahanan di media sosial.
Terkenal dan Gelar
Banyak yang mempersoalkan pangkat tituler yang diberikan kepada Deddy Corbuzer. Mereka mempertanyakan apa kontribusinya kepada negara sehingga bisa mendapatkan gelar kehormatan tersebut. Salah satunya adalah politikus dari Partai Nasdem, Akbar Faizal yang membandingkan jasa Deddy dengan ayah kandungnya. Sebagai perwira, ayah Akbar Faizal pernah ikut operasi militer di Irian Barat hingga mengalami luka di lengan. Sampai akhir hayatnya, sang ayah berpangkat Sertu. Lalu, tiba-tiba seorang pesohor mendapat pangkat Letkol dari Menhan, Panglima TNI, dan KASAD. Akbar kemudian menyebut ‘Negeri Suka-Suka’ dalam cuitannya pada 9 Desember 2022 lalu. (tempo.co, 14/12/2022)
Cuitan Akbar Faizal mewakili banyak suara netizen dan masyarakat umum. Namun, begitulah. Pemberian gelar atau duta dianggap sah-sah saja dengan berbagai alasan dan kepentingannya. Tak jarang alasannya remeh, bahkan berada di luar pemikiran kita. Semua terserah kepada mereka yang berwenang dan kekuasaan. Masyarakat kecil tak bisa apa-apa jika yang berwenang sudah ambil keputusan.
Banyak contoh artis, public figure, atau sosok terkenal yang tiba-tiba mendapat gelar dan didapuk menjadi duta. Kita tentu tak lupa dengan Farel Prayoga yang populer karena menyanyikan lagu dangdut koplo bertema dewasa. Ia dianggap fenomenal. Farel kemudian diundang menyanyi di Istana Negara saat Peringatan Hari Kemerdekaan bulan Agustus lalu. Ia juga dijadikan Duta Kekayaan Intelektual Pelajar.
Dari Citayam Fashion Week yang popularitasnya hanya seumur jagung, kita mengenal Bonge dan Jeje yang viral. Keduanya kemudian dijadikan Duta Sampah Pemprov DKI.
Atta Halilintar juga pernah ditunjuk menjadi Duta Bela Negara oleh Kementerian Pertahanan karena lagunya yang berjudul “ This Indonesia” menjadi trending saat dirilis pada Hari Ulang Tahun RI ke-76 tahun lalu. Karya Atta tersebut juga sempat bertengger di Times Square New York, Amerika Serikat.
Pada tahun 2016, seorang artis dangdut dijadikan duta, padahal ia tengah bermasalah dengan hukum. Dialah Zaskia Gotik yang diangkat sebagai Duta Pancasila setelah melontarkan candaan yang dianggap menghina lambang negara, Pancasila. Tak pelak, kritikan kepada DPR yang memberikan sang artis posisi sebagai duta pun mengalir deras. Alasan pengangkatan sebagai duta adalah supaya si artis tersebut bisa belajar lebih dalam lagi tentang Pancasila dan menyebarkannya ke masyarakat.
Demi Eksistensi
Lalu, apa urgensinya gelar tituler tersebut diberikan kepada individu tertentu seperti halnya Deddy Corbuzer? Jika melihat pernyataan Jubir Menhan di atas, pangkat tersebut diberikan dengan harapan Deddy bisa mengemban tugasnya dalam bidang pertahanan melalui media sosial. Tentunya ia juga harus mengampanyekan apa saja yang menjadi program dan kebijakan pemerintah.
Semua tentu sejalan dengan kerangka sistem sekularisme kapitalisme yang diterapkan di negeri ini. Maka, rincian tugas-tugas seorang yang menerima gelar tituler tersebut adalah untuk menyokong eksistensi negara demokrasi kapitalis.
Mindset sekularisme kapitalisme telah menjadikan setiap perbuatan manusia dilandaskan pada tujuan materi dengan mengabaikan aturan agama. Dengan kata lain, gelar atau pangkat tersebut tidak membawa manfaat pada umat Islam. Sama sekali itu tidak memberi kontribusi pada kebangkitan Islam. Justru sebaliknya, berbagai gelar yang disematkan dalam sistem ini berada pada posisi yang bertentangan dengan Islam.
Bukan Sembarangan
Gelar merupakan sematan yang diberikan untuk seseorang karena dianggap pantas untuk menyandangnya. Pemberian gelar tentu tidak sembarangan. Tidak asal comot lalu diberikan begitu saja. Dalam Islam, pemberian gelar, pangkat, dan jabatan berdasarkan kapabilitas yang dimiliki. Selain juga memperhatikan bagaimana ketaatan seseorang tersebut pada hukum syarak.
Bagi orang yang mendapatkan gelar pun tak mudah meraihnya. Ada proses panjang yang dilalui sebelum ia memperoleh pengakuan. Gelar diperoleh seseorang atas kontribusi, kemampuan, kesungguhan, dedikasi, dan potensi yang diberikannya dalam suatu bidang tertentu.
Gelar, pangkat, dan jabatan harus bisa dipertanggungjawabkan. Bagi yang memberikan atau yang mendapatkannya, sama-sama punya tanggung jawab moral. Menjadikan gelar tersebut membawa manfaat dan kebaikan bagi seluruh umat. Dengan gelar atau jabatan tersebut, mampu berkiprah untuk kebangkitan dan kemajuan Islam yang hakiki.
Umat Islam memiliki contoh terbaik dari Rasulullah. Beliau, Muhammad saw. mendapatkan gelar Al-Amin dengan arti yang dapat dipercaya. Gelar ini diberikan penduduk Makkah kepada Rasulullah karena keteladanan dalam sikap amanah dan kejujuran yang luar biasa. Gelar Ini sangat sesuai dengan kenyataan yang ada dan diakui oleh semua kalangan. Bahkan oleh orang-orang yang membenci beliau.
Ada rekam jejak keteladanan beliau yang jelas sekali dalam kehidupan. Sikap amanah beliau dilandasi ketaatan pada Sang Khalik. Bukan karena pengakuan manusia, melainkan karena Allah saja beliau menjunjung sikap yang demikian. Ada atau tidak ada penilaian dari manusia, beliau tidak ambil pusing. Sebab, yang menjadi tujuan beliau adalah rida Allah semata.
Kita juga punya Mush’ab bin Umair yang merupakan duta pertama Rasulullah. Mush’ab diutus untuk mengajarkan Islam di Madinah kepada orang-orang Ansar yang telah beriman dan berbaiat kepada Rasulullah di Bukit Aqabah. Ia mendapat tugas penting untuk mempersiapkan Madinah menyambut hijrah Rasulullah.
Mush’ab bin Umair adalah remaja Quraisy yang sangat terkenal kala itu. Mush’ab berasal dari kalangan terpandang. Siapa sangka remaja yang biasa hidup dalam kemewahan dan kenyamanan itu berubah menjadi pemuda yang zuhud setelah mengenal Islam. Ia tinggalkan semua kesenangan dunia demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sungguh tepat Rasulullah mengirim Mush’ab bin Umair sebagai duta Islam ke Madinah. Mush’ab menjalankan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Berkat kecerdasan dan akhlaknya yang tinggi, ia mampu menawan hati penduduk Madinah hingga mereka pun berduyun-duyun masuk Islam.
Gelar adalah Amanah
Gelar merupakan atribut duniawi yang bersifat sementara. Begitu halnya dengan harta, kedudukan, jabatan, dan kekuasaan yang disandang seorang manusia akan berakhir bila tiba masanya. Gelar bisa hilang karena dicabut, mengundurkan diri atau karena memang habis waktunya di dunia.
Gelar bisa dikatakan merupakan amanah. Sebagai amanah, tentunya harus dijaga dengan baik sesuai yang memberikannya. Seperti kekuasaan yang berasal dari Sang Pencipta, maka gelar harus dijalankan menurut kehendak-Nya. Dialah yang memungkinkan gelar atau kekuasaan itu bisa berada di tangan manusia. Cara terbaik menerimanya adalah dengan menjadikan gelar atau kekuasaan itu untuk menegakkan aturan Allah di muka bumi.
Apa pun gelar yang disematkan kepada manusia, hakikatnya adalah untuk mengagungkan kedudukan Allah Swt. Hal ini diwujudkan dengan berupaya menghilangkan semua yang bisa menodai kemuliaan agama-Nya, menyingkirkan sistem rusak yang merusak kehidupan, dan teguh di jalan dakwah. Menjadikan gelar sebagai jalan untuk selalu menyerukan kebenaran-Nya. Sebagaimana yang diperintahkan dalam surah Ali Imran ayat 110: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, serta beriman kepada Allah.”
Sebagai muslim yang bertakwa, tentu harus selalu terikat dengan syariat Allah taala. Senantiasa berhati-hati dalam bertindak, sebab Allah tak pernah luput dalam pengawasan. Begitu juga, dalam memandang setiap apa yang diberikan Allah kepada kita sebagai amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban-Nya. Maka, jadikan gelar, pangkat, kedudukan, harta, dan semua yang kita miliki hanyalah untuk dipersembahkan di jalan kemuliaan yang diridai-Nya.
Wallahu a’lam bishshawwab[]