Area Konservasi Dirambah, Komodo Terancam Punah

Begitulah tabiat dari oligarki pada sistem kapitalisme. Serakah ingin menguasai apapun yang penting mendatangkan keuntungan. Tak peduli seberapa banyak yang dirugikan dari aktivitas yang dilakukannya.

Oleh : Sri Indrianti (Pemerhati Sosial dan Generasi)

NarasiPost.Com — Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan berbagai jenis flora dan fauna. Letaknya di daerah tropis sehingga memiliki banyak keanekaragaman hayati. Negeri yang menyimpan kekayaan, baik di permukaan maupun dalam perut bumi. Kekayaan lautnya mengandung segala jenis ikan dan terumbu karang. Keindahan bawah laut yang indah, mempesona mana memandang.

Posisi strategis dan kekayaan alamnya inilah yang membuat Indonesia memiliki daya tarik yang luar biasa di dunia internasional. Sehingga, para negara pengusung kapitalisme terpikat dengan kecantikan negeri ini. Segala daya upaya dilakukan untuk bisa memenuhi hasrat menguasai negeri yang begitu indah tersebut.

Jika bisa diibaratkan, Indonesia itu seperti ayam bakar lezat dan mengeluarkan aroma sedap. Sehingga, para kapitalis terpicu untuk mencuil, mencicipi bahkan menghabiskan semuanya. Sayangnya, dengan mudahnya disaat kontes perebutan tersebut justru diberikan secara cuma-cuma. Gelar akan kebaikan dan keramahan penduduknya pun terbukti.

Area Konservasi Dirambah

Sebagaimana yang terjadi pada pulau Rinca dengan komodo sebagai binatang penghuninya. Dalam waktu dekat akan dilaksanakan pembangunan ekowisata. Proyek tersebut dianggap mengancam habitat komodo yamg memang telah menjadi satwa langka Indonesia.

Namun, Kepala Biro Humas Sekretariat Daerah NTT, Marius Jelamu menjelaskan bahwa pembangunan di pulau Rinca hanya dilakukan di wilayah seluas lima hektar. Di wilayah lima hektar tersebut dilakukan perbaikan pelabuhan serta sejumlah sarana dan prasarana wisata seperti gedung ranger, home stay, dan lain-lain. (tempo.co, 27/10/2020)

Sementara itu, proyek pembangunan yang merambah area konservasi tersebut ditentang oleh ketua Walhi NTT, Umbu Wulang. Pihaknya menolak pembangunan tersebut karena tidak berbasis sains dan hanya berorientasi bisnis. Dikhawatirkan pembangunan tersebut mengancam habitat komodo dan merugikan konservasi komodo sebagai satwa endemik NTT.

Begitulah tabiat dari oligarki pada sistem kapitalisme. Serakah ingin menguasai apapun yang penting mendatangkan keuntungan. Tak peduli seberapa banyak yang dirugikan dari aktivitas yang dilakukannya.

Berbagai penolakan dari masyarakat pun dianggap hanya sebagai angin lalu. Tak ada upaya menampung aspirasi. Sebaliknya, justru berupaya meruntuhkan segala dinding penghalang untuk tetap mewujudkan keinginannya.

Islam Menjaga Wilayah Konservasi

Dalam sistem ekonomi Islam, kepemilikan terbagi menjadi tiga, yakni kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Sumber daya alam termasuk kategori kepemilikan umum dimana masyarakat boleh mengambil manfaat darinya namun tidak diperbolehkan memilikinya secara pribadi.

Ada tiga jenis kepemilikan umum yakni ; pertama, sarana umum yang diperlukan oleh seluruh masyarakat untuk keperluan sehari-hari. Seperti air, hutan, pembangkit listrik, dan lain-lain.

Kedua, kekayaan yang asalnya terlarang untuk dimiliki individu. Seperti jalan umum, laut, sungai, dan lain-lain. Ketiga, barang tambang yang melimpah baik padat, cair, maupun gas. Seperti minyak bumi, batu bara, emas, dan lain-lain.

Untuk kepemilikan umum jenis pertama dan kedua masyarakat dapat memanfaatkannya secara langsung. Sedangkan negara mengawasi agar tidak terjadi pelanggaran dalam proses pemanfaatannya tersebut. Sedangkan, untuk kepemilikan umum jenis ketiga negaralah yang mengelola dan seluruh hasilnya masuk ke dalam kas negara atau Baitul mal. Hasil pengelolaan sumber daya alam tersebut didistribusikan untuk kemaslahatan umat.

Pengelolaan kekayaan alam oleh negara harus senantiasa memperhatikan prosedur analisis dampak lingkungan. Sehingga, kelestarian alam tetap terjaga. Pun pada area konservasi di Pulau Rinca yang terdapat habitat satwa langka komodo, semestinya benar-benar dilindungi dan terjaga kelestariannya. Bukan malah menjadikannya sebagai aset yang siap dijual dan ditawarkan kepada investor.

Pengelolaan sumber daya alam yang tepat dan terperinci seperti disampaikan sebelumnya hanya akan terlaksana jika Islam yang dijadikan sistem aturan dalam kehidupan. Segala aktivitas negara tak berorientasi bisnis. Sebaliknya, pelayanan optimal dipersembahkan untuk masyarakat sebagai bentuk penghambaan terhadap illahi. Lantas, bagaimana umat tidak rindu dengan sistem pengaturan yang indah seperti ini? Wallahu a'lam bish showab

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Sri Indrianti Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Harga Diri yang Terjual
Next
Kaya Harta Tapi Miskin Jiwa
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram