Memutus Rantai Generasi Sandwich

"Bila dicermati, keberadaan generasi sandwich merupakan dampak dari penerapan sistem kapitalis. Para pemilik modal menjadi aktor utama pembangunan sehingga kebijakan negara lebih mementingkan para kapital dan tanggung jawab pemenuhan kebutuhan rakyat terabaikan."

Oleh. Novianti
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sandwich generation kerap kali menjadi perbincangan akhir-akhir ini. Salah satu jenis roti yang berisi lapisan daging pada bagian tengahnya digunakan Dorothy A. Miller tahun 1981 untuk menggambarkan fenomena tentang peran ganda sebuah generasi yang bertanggung jawab terhadap generasi di atasnya yaitu orang tua dan generasi di bawahnya, yaitu anak-anaknya.

Menjalani kehidupan generasi sandwich sangatlah berat. Selain bekerja untuk menghidupi keluarganya sendiri, pada saat bersamaan menanggung kehidupan orang tua. Seorang anak ingin membahagiakan orang tuanya, suami membahagiakan pasangan dan anak-anaknya. Namun penghasilan sering kali tidak bisa mengejar kenaikan inflasi, ditambah tekanan pekerjaan, persoalan internal seperti konflik dalam keluarga atau pengasuhan anak, berpotensi menimbulkan depresi.

Jeratan Pinjaman Online.

Tekanan hidup yang semakin berat dapat mendorong generasi sandwich mencari jalan pintas. Menjamurnya pinjaman online (pinjol) serta kemudahan dalam mengaksesnya bisa dipilih sebagai solusi instan. Terbukti bahwa peminjam pinjol didominasi oleh kelompok generasi milenial usia 19-35 tahun yakni sebanyak 70,07 persen. Data ini dilansir Otoritas Jasa Keuangan pada Maret 2020. (cnnindonesia.com, 04/05/2020)

Peminjam laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan peminjam perempuan. Hal ini bisa disebabkan karena kaum lelaki menjadi penopang ekonomi keluarga. Alih-alih mengurangi beban, pinjol justru kerap menimbulkan masalah baru yang menambah beban pikiran dan psikologis generasi sandwich. Sudah banyak kasus bunuh diri di kalangan para pekerja seperti sopir taxi, perawat, pagawai bank disebabkan gagal membayar utang pinjol.

Solusi ala Kapitalis

Sosiolog dari Universitas Negeri Sebelas Maret, Drajat Tri Kartono, berpandangan penyebab lahirnya generasi sandwich adalah perkembangan digital. Ada kalangan generasi lama tidak mampu beradaptasi dan tidak memiliki kompetensi untuk bekerja dalam era digital. Akhirnya anak-anaknya harus menanggung beban hilangnya produktivitas orang tua di saat mereka memiliki tanggung jawab terhadap keluarga yang baru dirintisnya. (kumparan.com, 03/12/2022)

Menurut Drajat, para orang tua seharusnya sudah merancang finansial ketika masih produktif sebagai bentuk kasih sayang kepada anak. Mereka bisa menjalani masa tua dengan tenang tanpa harus merepotkan anak.

Kesehatan yang kerap menjadi gangguan bagi kalangan orang tua dapat disiapkan dengan mengikuti asuransi, baik sebagai peserta BPJS atau asuransi swasta. Menyiapkan dana pensiun yang disisihkan dari penghasilan setiap bulan. Atau mengikuti pelatihan kewirausahaan agar menjadi seorang pensionpreneur, yaitu pengusaha pascapensiun.

Untuk generasi sandwich, harus mengurangi gaya hidup konsumtif, memiliki pekerjaan lebih dari satu atau mencari sumber pemasukan yang tidak mengganggu pekerjaan utama. Bisa membeli saham, reksa dana atau deposito.

Gaya hidup sehat harus dibiasakan sejak usia muda. Problem kesehatan di masa tua akibat gaya hidup di masa muda biasanya berupa penyakit berat seperti diabetes, gagal ginjal yang membutuhkan dana besar dan pengobatannya membutuhkan waktu lama.

Solusi Islam

Rantai generasi sandwich ini harus diputus karena dapat menimbulkan problem sosial termasuk masalah kesehatan mental. Namun, solusi ala kapitalis tidak akan menyelesaikan persoalan, malah generasi sandwich justru dimanfaatkan. Adanya hiburan malam, layanan sleep call salah satu cara khas ala kapitalis mencari keuntungan tanpa mempertimbangkan halal dan haram.

Menyiapkan dana pensiun, asuransi kesehatan, pemasukan tambahan hanya bisa dilakukan oleh mereka yang berpenghasilan besar. Berbeda dengan para buruh atau pekerja informal. Penghasilannya hanya cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, bisa jadi nyaris tak tersisa atau tidak mencukupi sehingga terpaksa gali lubang tutup lubang.

Bila dicermati, keberadaan generasi sandwich merupakan dampak dari penerapan sistem kapitalis. Para pemilik modal menjadi aktor utama pembangunan sehingga kebijakan negara lebih mementingkan para kapital dan tanggung jawab pemenuhan kebutuhan rakyat terabaikan. Seperti yang kita lihat hari ini, proyek-proyek mercusuar berbiaya besar terus saja dipaksakan. Sementara subsidi untuk rakyat makin dihilangkan. Kenaikan harga BBM, listrik dan gas memberikan efek domino dalam bentuk kenaikan transportasi dan berbagai harga kebutuhan pokok.

Berbeda dalam sistem Islam. Keberadaan generasi sandwich tidak akan terjadi dalam sistem Islam yang disebut Khilafah. Pemimpinnya yaitu seorang khalifah akan menerapkan syariat Islam sehingga semua sistem pengurusan rakyat merujuk pada hukum syarak.

Sistem ekonomi Islam akan mengatur pengelolaan sumber daya alam (SDA) sebagai milik umat. Dengan demikian, rakyat dapat menikmati listrik, pendidikan, kesehatan secara gratis atau dengan harga terjangkau. Negara tidak akan menyerahkan pengelolaan SDA kepada pihak swasta karena termasuk hajat hidup orang banyak yang haram dikomersilkan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw., "Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Pendidikan di lembaga formal berdasarkan akidah Islam dengan tujuan melahirkan sosok berkepribadian Islam. Layanan pendidikan bisa diakses semua kalangan. Siapa pun memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya. Kaum laki-laki dibekali dengan kecakapan atau kompetensi agar dapat bekerja untuk memenuhi nafkah bagi keluarganya.

Pendidikan yang mengajarkan tsaqofah Islam akan memahamkan bahwa berbakti para orang tua adalah wajib. Karenanya saat anak harus menanggung kebutuhan orang tuanya, tidak dipandang sebagai beban. Ketika kesehatan dijamin negara, rakyat tidak akan cemas. Negara menyediakan layanan rumah sakit dengan tenaga kesehatan profesional serta faslitas kesehatan yang memadai. Para orang tua mendapat tindakan medis dalam penanganan persoalan kesehatan yang umumnya banyak muncul di usia senja.

Negara memberikan layanan terbaik, karena dalam Islam, tugas pemimpin adalah melayani rakyat. Khalifah ibarat junnah (perisai) yang memberikan perlindungan dan penjagaan. ”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)

Kecintaan pemimpin pada rakyat akan menjadikan rakyat taat pada pemimpinnya, ikhlas meringankan tugas negara. Rakyat akan saling peduli satu sama lain. Selain meneladani pemimpin juga bagian dari implementasi ajaran Islam.

Banyak sekali anjuran-anjuran dalam Islam untuk saling tolong-menolong. Seperti sabda Rasulullah saw., “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-daraquthni)

Atau hadis lain , "Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya." (HR. At-Thabrani)

Jika ada keluarga kekurangan, orang-orang yang berada di lingkungan terdekatnya dengan sigap membantu. Di bawah kepemimpinan seorang khalifah, suasana ketakwaan terpelihara mendorong saling berlomba dalam kebaikan. Khalifah bersungguh-sungguh melayani rakyatnya, memberikan jaminan pemenuhan hak-hak rakyat dengan sebaik-baiknya, rakyat juga memberikan hal terbaik untuk negara sebagai bentuk ketaatan.

Demikianlah gambaran sistem Islam memberikan perlindungan pada seluruh lapisan masyarakat yang akan menihilkan munculnya generasi sandwich. Untuk itu, kewajiban umat Islam menyegerakan tegaknya sistem Islam sebagai solusi tuntas untuk memutuskan rantai generasi sandwich.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Novianti Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Jejak Penakluk Aksara Mengguncang Nusantara
Next
Revisi UU IKN, Jalan Mulus Penjajahan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram