"Sesungguhnya hanya mereka yang bersabarlah yang akan dicukupkan dengan pahala tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10)
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor Narasipost.Com)
Narasipost.Com-“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) dengan kesabaran yang indah.” (QS. Al-Ma'arij: 5)
Imam Al-Qurthubi menjelaskan dalam tafsirnya bahwa sabar yang indah adalah ketika kita tidak mengeluh, emosi, ataupun protes atas musibah yang sedang menimpa kita. Ulama yang lain mengatakan bahwa sabar yang indah adalah bahkan lingkungannya tidak mengetahui, bukan karena mereka tidak peka, melainkan karena kita yang sedang terkena musibah tidak mengumbar dan tidak cerita kepada siapa pun kecuali kepada Allah.
Hanya kepada Allah, ia mengadukan segalanya. Sabar adalah menahan diri untuk tidak mengeluh kepada manusia atas musibah yang sedang menimpa. Terkecuali jika memang ada hajat, bisa jadi karena penyakitnya ia sampaikan kepada dokter untuk mencari obat, atau ia sampaikan kepada gurunya, ahli ilmu, ataupun ulama demi mencari solusi. Mungkin berat, tetapi ketika itu bisa dilalui, maka hidup kita akan indah.
Sabar merupakan sebuah kewajiban jika kita telah mengetahui bahwa bersabar itu ibadah. Para ulama menjelaskan bahwa sabar ada tiga: "Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan atau kelalaian, sabar dalam mengerjakan ketaatan, khususnya amalan yang wajib, serta sabar dalam menghadapi musibah.”
Bagaimana menjadi orang yang sabar? Tentunya dengan melatih diri kita agar bisa bersabar. Karena hidup adalah ujian yang tak akan pernah habis hingga ajal menjemput, maka latihan sabar ini pun harus kita lakukan sepanjang hidup kita. Baik dalam melaksanakan ketaatan, meninggalkan kemaksiatan, maupun menerima takdir yang menimpa, kita senantiasa membutuhkan kesabaran. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang bersabda dalam hadis Imam Bukhari: “Dan siapa saja yang berupaya untuk sabar, niscaya Allah akan menganugerahkannya kesabaran.”
Tak bisa dimungkiri, sebagai manusia kita pasti mempunyai emosi. Terlebih ketika saat-saat pertama terkena musibah, maka tak jarang perasaan sedih, marah, tak terima, kaget, dan sebagainya muncul dalam diri kita. Namun, kapankah sabar itu harus kita lakukan? Maka yang harus kita ingat adalah petuah mulia dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dalam hadis Imam Bukhari berikut: "Sesungguhnya sabar itu pada entakan pertama ujian menimpa."
Sabar mempunyai kedudukan yang utama dan istimewa di hadapan Allah. Bahkan, kelak manusia yang masuk surga pun akan disambut pertama kali oleh para malaikat di depan gerbang pintu surga dengan ucapan "Selamat atas kesabaran kalian." Dan Allah dalam surah Az-Zumar ayat 10 menegaskan bahwa, "Sesungguhnya hanya mereka yang bersabarlah yang akan dicukupkan dengan pahala tanpa batas."
Harus kita pahami bahwa cara Allah menyayangi kita adalah bukan dengan meringankan masalah kita, tetapi dengan menguatkan jiwa kita sehingga sehebat apa pun masalah yang sedang kita hadapi, kita bisa tetap bertahan dan tak menyerah. Cara Allah menyayangi kita pun bukan dengan mengurangi beban yang kita pikul, tetapi dengan mengokohkan pundak kita, sehingga kita mampu memikul amanah yang Allah berikan. Cara Allah menyayangi kita mungkin juga tidak dengan memudahkan jalan kita menuju sukses, tetapi dengan kesulitan yang kelak baru akan kita sadari bahwa kesulitan itu yang membuat makin tangguh dan istimewa. Bukan pula dengan mudahnya mendapatkan cinta dari manusia, tetapi dengan tajamnya lisan mereka sehingga kita tahu mana teman yang saleh, mana yang hanya akan menyeret kita ke neraka.
Bukankah hidup itu butuh masalah supaya kita punya kekuatan? Butuh pengorbanan agar kita tahu cara bekerja keras? Butuh air mata hingga kita tahu cara merendahkan hati? Bahkan, butuh celaan agar kita tahu bagaimana cara menghargai? Bahkan juga butuh tertawa supaya kita mengerti makna bersyukur? Hidup kita pun butuh senyuman supaya tahu bahwa kita punya cinta? Butuh orang lain agar tahu kita tidak sendiri. Yang terpenting adalah bahwa kita butuh Allah. Dialah yang selalu ada dan akan selalu ada di segala keadaan kita.
Sahabat, harus kita pahami bahwa ada beberapa luka yang tidak diciptakan untuk sembuh dan tidak pula untuk tetap ada. Jika ia berakhir dengan keikhlasan, maka ia akan lahir menjadi cahaya yang itu adalah hadiah terindah dari Allah. Yang harus kita lakukan hanyalah berbahagia pada takdir yang Allah tetapkan untuk kita dengan penerimaan yang tulus. Sungguh, mengajari hati kita untuk berbaik sangka itu sangat indah. Mengajari lisan kita untuk menahan setiap keluhan terhadap makhluk akan membuat kita lebih dekat kepada Allah.
Jikapun kita berkeluh kesah, maka takdir Allah masih akan tetap berjalan atas diri kita, sedangkan kita hanya mendapatkan dosa pada akhirnya. Akan tetapi, jika kita bersabar, maka takdir Allah pun masih akan berjalan kepada kita. Namun, sebaliknya kita mendapatkan pahala atas kesabaran kita.
Imam Ath-Thabrani berkata bahwa barang siapa ditimpa ujian berupa kesulitan dan kesusahan, sedang ia menyembunyikannya dari manusia dan tidak suka mengeluh kepada mereka, maka Allah akan mengampuni dan merahmati orang tersebut.
Maka, bersabarlah wahai diri, untuk beribadah kepada Rabbmu, untuk melaksana kewajiban yang diwajibkan-Nya atasmu, untuk menahan segala keluh kesahmu dalam betapa berat ujianmu, dalam perihnya rasa dari mereka yang menzalimimu, dan juga untuk meraih segala keutamaan di baliknya yang dapat kaupetik di dunia maupun kelak di akhirat.
Tak perlu mengumbar masalahmu kepada manusia. Cukuplah Allah sebagai pendengar setia. Bukankah kita diajarkan untuk berbicara yang memberi manfaat atau lebih baik diam. Sabda Rasulullah yang mulia telah mengingatkan kita. Dalam riwayat Imam Bukhari, Rasul tercinta bersabda: "Dan siapa saja yang beriman kepada Allah juga hari akhir, hendaknya ia berkata dengan perkataan yang baik.”
Terkadang diam adalah pilihan tepat daripada menjelaskan apa yang kita rasakan. Akan lebih menyakitkan ketika mereka hanya bisa mendengar, tetapi tak bisa mengerti, bukan?
Akan lebih baik tersenyum dan diam. Anggap semuanya baik-baik saja daripada marah dan menangis. Cukuplah Allah sebagai saksi dan penguat. Bukankah manusia juga sama, mereka punya masalah, bukan?
Sabar itu diam. Diam itu termasuk kesabaran. Orang yang banyak berbicara tak lebih wara' daripada mereka yang diam, kecuali seorang alim yang berbicara dan diamnya mereka pada tempatnya. Mari mengingat nasihat Lukman Al-Hakim kepada anaknya: "Wahai anakku, jika mereka berbangga dengan bagusnya pembicaraan mereka, maka berbanggalah dirimu dengan hebatnya diammu."
Kesabaran adalah pedang yang tidak akan pernah tumpul. Ia laksana tunggangan yang tidak akan pernah terpeleset. Kesabaran merupakan cahaya yang tidak akan pernah padam. Memang benar, kesabaran tidaklah semudah pengucapannya. Dengan demikian, Allah akan memberikan pahala yang besar untuk mereka yang bersabar. Makin besarnya ujian, makin besar pula pahala yang didapat, bukan? Maka, senantiasa mintalah pertolongan kepada Allah agar kita dapat menjadi orang-orang yang bersabar.
بِسْمِ اللهِ عَلَى نَفْسِي وَمَالِي وَدِيْنِيْ. اَللَّهُمَّ رَضِّنِيْ بِقَضَائِكَ،
وَبَارِكْ لِيْ فِيْمَا قُدِّرَ لِيْ حَتَّى لَا أُحِبَّ تَعْجِيْلَ مَا أَخَّرْتَ وَلَا تَأْخِيْرَ مَا عَجَّلْتَ
“Dengan nama Allah yang menguasai diriku, hartaku, juga agamaku. Ya, Allah, ya, Tuhanku, kondisikan batinku agar rela menerima ketentuan-Mu. Berkatilah aku atas semua yang Engkau takdirkan untukku sehingga aku enggan menyegerakan apa yang telah Engkau tunda dan enggan menunda apa yang telah Engkau segerakan." (Doa ini di sebutkan dalam kitab Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi).
Wallahu a'lam[]