"Jadi, jika doamu ingin memiliki rumah belum dikabulkan, siapa tau Allah menggantinya dengan diberi keluarga yang harmonis dan bahagia. Jika belum mendapatkan jodoh atau momongan, siapa tau Allah menggantinya dengan diberikan kesehatan fisik dan mental."
Oleh. Yana Sofia
(Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sudah menjadi fitrah setiap hamba mengharapkan hal baik dalam hidupnya. Ada yang ingin segera menikah, memiliki momongan, hingga menimang cucu di hari tua. Di samping itu, ada juga keinginan berupa materi supaya mampu beli rumah, naik haji, dan membahagiakan seluruh anggota keluarga.
Sayangnya, berbagai keinginan tersebut terkadang tidak terealisasi sesuai harapan. Beribu doa yang dipanjatkan belum juga mendatangkan jawaban. Kendati usaha telah dikerahkan sebesar keyakinan, namun buah perjuangan belum juga ada hasilnya. Kira-kira, apa yang membuat doa-doa belum dikabulkan? Bagaimana agar kita tetap husnuzan dan tidak putus asa?
Fitrah Manusia
Memiliki harapan dan berbagai keinginan dalam hidup merupakan fitrah bagi setiap manusia. Manusia akan merasa bahagia dan puas saat doa-doanya terkabulkan, dan sebaliknya merasa sedih, bahkan galau saat doanya belum terjawab.
Ya, siapa juga yang tak sedih, jika tiap bertemu keluarga selalu diberondong pertanyaan kapan nikah, kapan punya momongan, kapan kerja, kapan punya rumah sendiri, kapan beli mobil dan seterusnya. Rasa sedih itu wajar, selama ada pada porsinya, tidak melewati batas dengan merutuki nasib dan bersikap putus asa.
Allah menciptakan manusia dengan sebaik ciptaan, telah menyiapkan aturan yang sesuai dengan fitrah manusia. Dijadikan Allah syariat-Nya sebagai landasan dalam perbuatan, halal dan haram sebagai timbangannya. Karenanya, manusia di seluruh alam semesta ini wajib hidup berdasarkan aturan dari-Nya, demi menggapai rida-Nya. Itulah tujuan tertinggi dari ibadah manusia, selain harapan akan ampunan dan pahala dari-Nya.
Yang perlu kita perhatikan, apakah belum terjawabnya doa-doa itu adalah karena dosa? Jika bukan, maka tak perlu menjadikannya sebagai penghalang kebaikan karena sikap putus asa. Bersabarlah dengan segala ketentuan dari-Nya, karena Allah sedang menguji seberapa ikhlas kita dalam menghadapi cobaan dari-Nya.
Setiap Doa Dikabulkan
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 186, yang artinya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.”
Ayat ini, secara tekstual menjelaskan bahwa Allah akan mengabulkan setiap permohonan hamba-Nya. Lantas, kenapa banyak doa tidak terkabul jua? Merujuk pada ayat tersebut, benar bahwasanya setiap doa dan permohonan hamba akan terwujud. Namun, Allah yang mengasihi manusia, Maha Mengetahui mana yang terbaik bagi setiap hamba, telah menyiapkan jawaban terbaik bagi hamba-Nya dengan ketentuan di luar dari kemampuan berpikir manusia.
Ada tiga cara Allah mengabulkan doa kita. Yakni dengan mengabulkan sesuai pinta, menggantinya sesuai kebutuhan kita, dan terakhir ditunda untuk dijadikan kado spesial di hari pertemuan kelak. Tiga cara Allah mengabulkan doa ini adalah cara terbaik yang Allah persiapan untuk setiap hamba.
Diriwayatkan dari Ahmad dan Al-Bukhari, saat para sahabat bertanya tentang kapan dikabulkan doa. Rasul menjelaskan dengan berkata, "Allah akan mempercepat terkabulnya doa itu saat di dunia, atau Allah akan menyimpan terkabulnya doa di akhirat kelak, dan bisa jadi Allah akan memalingkan keburukan darinya sesuai dengan kadar doanya." Para sahabat saat itu sangat senang mendengar jawaban Rasul, sehingga mereka pun mengungkapkan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak doa.” Rasulullah saw. bersabda, “Allah akan lebih banyak lagi (mengabulkannya).” (Al-Adab al-Mufrad)
Jadi, jika doamu ingin memiliki rumah belum dikabulkan, siapa tau Allah menggantinya dengan diberi keluarga yang harmonis dan bahagia. Jika belum mendapatkan jodoh atau momongan, siapa tau Allah menggantinya dengan diberikan kesehatan fisik dan mental. Jika kamu merasa hidupmu tak lepas dari ujian, siapa tau Allah sedang menghapus dosa-dosa masa lalu, dan mempersiapkan kehidupan lebih baik sebagai gantinya.
Ya, setiap pribadi yang mengaku beriman pastinya percaya bahwa Allah Yang Maha Penyayang tidak akan zalim kepada hamba-hamba-Nya. Karena itu, kita wajib meyakini bahwa setiap keputusan Allah adalah yang terbaik bagi kita, karena Allah lebih tau apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu." (QS. Al-Baqarah: 216)
Tugas Kita
Hidup ini sebenarnya adalah berkah. Kita wajib mensyukuri setiap qada yang Allah tentukan, berhusnuzan pada setiap ketentuan, sambil meningkatkan ketakwaan. Itulah tugas kita sebagai insan yang beriman.
Tentu saja, segala kepasrahan bukan bentuk kelemahan, karena iman sendiri identik dengan kekuatan bukan lemah. Kekuatan di sini bersumber dari sikap rida, rasa syukur, dan kanaah pada setiap ketentuan yang Allah tetapkan. Buah dari proses berpikir yang panjang dan mendalam. Yang menghasilkan pemahaman yang memengaruhi tingkah laku seseorang. Keimanan ini, hanya lahir dari pribadi yang mengedepankan sikap positif dalam melihat apa-apa di balik kehidupan.
Kekuatan berpikir inilah yang akan mendorong seseorang hamba hidup dengan logika dan akal sehat, berpikir dan berbuat hanya sesuai syariat. Karenanya, dia akan hidup pada poros tujuan (ibadah) yang merupakan tugasnya sebagai manusia.
Dengan landasan keimanan, standar halal dan haram ia 'kan melihat apa pun kondisi hamba adalah baik, selagi bukan bermaksiat kepada-Nya. Maka, belum menikah tak membuat seseorang rendah. Belum dikaruniai momongan tidak membuat hina. Belum memiliki pekerjaan, rumah, kendaraan tidak membuat kita buruk di mata Tuhan.
Yang membuat manusia hina itu adalah ketika Allah berikan berbagai kenikmatan, kemudahan, dan rezeki yang cukup tapi malah digunakan untuk bermaksiat. Tidak bersyukur pada nikmat Tuhan, marah saat diberi ujian, dan bersikap melampaui batas itulah yang membuat seseorang rendah dan buruk di mata Tuhan.
Imam Ibnul Qayyim r.a berkata: "Maksiat adalah salah satu sebab kehinaan, dan apabila seseorang dihinakan Allah, maka tak ada seorang manusia pun bisa memuliakannya."
Khatimah
Jadi, tak perlu merasa hebat saat setiap pinta dikabulkan, tak perlu merasa keren jika memiliki rumah seharga puluhan miliar, punya gedung bertingkat, melancong dengan pesawat pribadi, makan makanan enak, dan berpakaian bagus. Jika kita hidup malah untuk berfoya-foya dan tidak mengindahkan berbagai perintah dan syariat-Nya. Sungguh, tak perlu merasa hebat! Di hadapan Allah kita tetaplah manusia rendah karena hidup membangkang kepada-Nya.
Begitu pun, tak perlu sedih jika berbagai doa dan permohonan belum dikabulkan. Karena tugas kita hidup adalah untuk ibadah. Anggap semua yang luput adalah ujian untuk menaikkan kelas iman. Allah Maha Mendengar apa yang kita doakan, selama tidak dalam bermaksiat kepada-Nya, yakinlah Allah sedang merencanakan doa-doa itu terkabulkan dengan cara yang lebih indah. Wallahu'alam…[]