Konser Berdendang Bergoyang, Pantaskah Dipertontonkan?

"Tak bisa dimungkiri bahwa semuanya terjadi akibat diterapkan sistem kapitalisme di negara ini. Sistem tersebut telah melahirkan paham-paham kebebasan. Manusia bebas melakukan apa pun sesuka hatinya. Begitu pula, penyelenggara acara menginginkan keuntungan yang fantastis dari konser tersebut."

Oleh. Sri Retno Ningrum
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pemandangan berbeda terlihat di Istora Senayan Jakarta, pada tanggal 29 Oktober 2022.Ya, acara yang bertajuk konser "Berdendang Bergoyang" dihentikan oleh aparat kepolisian. Pasalnya, acara tersebut over kapasitas yakni ditonton 21000 orang lebih hingga menyebabkan penonton pingsan. Tak hanya itu, ditemukan penonton mengonsumsi minuman keras (tvOnenews. com, 30/10/2022).

Apabila kita mengamati konser berdendang bergoyang merupakan tontonan yang tidak mendidik bagi masyarakat, khususnya generasi. Apalagi terdapat penonton yang mengonsumsi minuman keras, penonton pingsan dan ikhtilat atau campur baur antara laki-laki dan perempuan. Acara tersebut tentu telah menjerumuskan manusia pada kemaksiatan. Begitu pula, konten dari konser tersebut telah menampakkan lekuk tubuh dan aurat. Maka perlu dipertanyakan, pantaskah tayangan seperti itu dipertontonkan?

Menonton merupakan aktivitas yang boleh untuk dilakukan. Namun aktivitas mubah atau boleh bisa jadi haram jika tontonannya malah mengundang kemaksiatan dan melanggar aturan Allah Swt. Sebagaimana yang terjadi dalam konser berdendang bergoyang.

Di sisi lain, penonton rela mengeluarkan uang yang banyak untuk melihat sangat idola tampil dengan jogetan yang memukau. Padahal, kondisi ekonomi ini sedang mengalami kesulitan ekonomi akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis. Hal ini tentu sangat disayangkan, karena seharusnya kondisi sekarang ini kita saling tolong-menolong dalam kebaikan, bukan mencari kesenangan pribadi dengan menonton konser yang tak berfaedah.

Di sisi lain pula, penyelenggara acara nekat mengadakan acara yang over kapasitas, padahal dalam surat perjanjian hanya menampung 3000 penonton. Janji itu pun diingkari karena mereka menginginkan keuntungan yang berlebih-lebih dari acara tersebut.

Tak bisa dimungkiri bahwa semuanya terjadi akibat diterapkan sistem kapitalisme di negara ini. Sistem tersebut telah melahirkan paham-paham kebebasan. Manusia bebas melakukan apa pun sesuka hatinya. Begitu pula, penyelenggara acara menginginkan keuntungan yang fantastis dari konser tersebut. Inilah bentuk kapitalisasi industri hiburan yang lahir dari sistem kapitalisme.

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk terbaik yang diciptakan oleh Allah Swt. Tentu sebagai makhluk Allah yang terbaik ini, kita harus berupaya semaksimal mungkin dalam mengumpulkan amal kebaikan, bukan malah melihat konser yang menjerumuskan kemaksiatan. Maka dari itu, dibutuhkan sistem yang sahih untuk mengantarkan manusia menjadi makhluk Allah yang bertakwa. Sistem tersebut tidak lain adalah sistem Islam atau Khilafah. Khilafahlah yang mampu mewujudkan manusia menjadi pribadi yang taqwallah.

Ketika Islam pernah jaya dalam naungan sistem Islam, maka daulah akan menyaring segala bentuk media yang pantas ditonton atau tidak. Selain itu, Daulah Islam memiliki sistem pendidikan yang unggul, yakni sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Kurikulum dalam Islam telah berhasil mencetak ilmuwan-ilmuwan yang mahir dalam akademisi dan ilmu agama, seperti Ibnu Sina, Al Farabi, Al Khawarizmi, Al Kindi, Al Battani dan masih banyak lagi.

Sungguh konser berdendang bergoyang tidak pantas dipertontonkan apalagi di negara yang mayoritas penduduknya muslim. Oleh karena itu, marilah bersama-sama mewujudkan kembali sistem Islam. Sistem Islamlah yang terbukti melahirkan generasi yang saleh dan salehah.

Lebih dari itu, dengan penerapan sistem Islam maka julukan "Kuntum Khairu Ummah" benar-benar terwujud. Sebagaimana firman Allah Swt. di surah Ali Imran ayat 110:
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."

Wallahu'alam Bisshowab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Sri Retno Ningrum Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Lentera Sajak dalam Alunan Pena Peradaban
Next
Sistem Rusak, Pornografi Makin Marak
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram