Petaka Ideologis di Balik Perayaan Halloween

"Umat Islam bagaikan anak ayam kehilangan induknya, tidak ada institusi yang mampu menjaga kemurnian akidah dari pemikiran dan budaya kufur. Sebaliknya umat Islam, perlahan tapi pasti, dirusak oleh sistem yang ada. Di berbagai belahan dunia, umat Islam digempur dengan pemikiran rusak yang berasal dari ideologi kapitalisme sekuler. Inilah petaka ideologis, miris!"

Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-“Benar-benar kalian akan mengikuti jejak langkah orang-orang sebelum kalian selangkah demi selangkah, hingga apabila mereka memasuki lubang dhab (biawak), pasti kalian mengikutinya. Para sahabat bertanya, apakah maksudnya orang-orang Yahudi serta Nasrani? Rasulullah menjawab: siapa lagi kalau bukan mereka.” (HR. Muslim)

Sabda Rasulullah saw tersebut nyata terjadi hari ini. Umat Islam kian terbawa arus budaya sekuler liberal ala Barat. Yang terbaru dan menjadi berita viral baru-baru ini adalah Arab Saudi yang mulai membuka diri dalam perayaan Halloween. Tentu saja hal tersebut kian mengukuhkan citra bahwa Arab Saudi adalah negara liberal. Betapa tidak, Hallowen merupakan budaya Barat yang tidak dikenal dalam ajaran Islam.

Halloween merupakan sebuah pesta kostum, yakni mereka yang merayakannya mengenakan kostum bernuansa horor dan menyeramkan. Halloween dipercaya sebagai wujud penghormatan terhadap orang-orang suci atau kudus. Diyakini pada malam sebelum perayaan Halloween, 31 Oktober 2022, roh orang yang sudah meninggal akan berkunjung ke rumah mereka. Dalam catatan sejarah, perayaan Halloween ini berasal dari tradisi Celtic Kuno, Samhain, lebih dari 2000 tahun lalu. Dalam tradisi tersebut diyakini bahwa roh-roh jahat juga akan datang, maka dalam rangka menakuti roh jahat tersebut orang-orang Celtic membuat api unggun di atas bukit lalu memakai kostum menyeramkan demi menakuti roh jahat yang datang.

Selanjutnya pada abad ke-1 Masehi, ketika Romawi berhasil menaklukan Celtic, tradisi Halloween pun melebur dengan perayaan Romawi, yakni Festival Feralia. Seiring berjalannya waktu, perayaan Halloween kian berkembang ke seluruh dunia, salah satunya Amerika Serikat yang mulai merayakan Halloween pada pertengahan abad ke-19. Hal tersebut terjadi karena dipopulerkan oleh imigran dari Irlandia yang datang ke AS.

Kini perayaan Halloween begitu populer di seluruh dunia, termasuk si negeri yang terkenal sebagai simbol Islam, yakni Saudi Arabia. Tak ketinggalan pula dengan negeri yang mayoritas penduduknya adalah muslim, yakni Indonesia, turut merayakan Halloween, meski tidak secara terang-terangan, melainkan hanya sebagian kalangan saja.

Petaka Halloween

Sejak Raja Mohammed bin Salman diangkat menjadi putra mahkota, perlahan namun pasti Arab Saudi bertransformasi menjadi negara sekuler nan liberal. Berbagai perayaan yang dulu dilarang karena dianggap tidak sesuai dengan nilai Islam, kini diizinkan, seperti perayaan Hari Valentine, Natal, Tahun Baru Masehi, Imlek, hingga Halloween. Sebelumnya Raja Mohammed bin Salman juga membuka bioskop perdana pada tahun 2018 lalu setelah 35 tahun tidak diizinkan beroperasi, kemudian beliau juga mencabut kewajiban memakai abaya bagi muslimah, serta mengizinkan muslimah untuk menyetir. Kian tampak arus moderasi beragama menyerbu Arab Saudi.

Diizinkannya Halloween di Arab Saudi menjadi petaka luar biasa bagi umat Islam. Sebab sejatinya hal itu menunjukkan bahwa Arab Saudi bukanlah negara Islam sebagaimana anggapan banyak orang, melainkan negara sekuler yang tengah berusaha menampilkan wajah moderat. Sungguh, inilah petaka yang jauh lebih dahsyat daripada petaka Halloween di Itaewon, Korea Selatan. Meski begitu, tewasnya 155 orang dalam perayaan Halloween di Itaewon tersebut, semakin membuat kita yakin bahwa perayaan yang tidak berasal dari Islam akan menuai petaka. Jika dilihat dari sejarahnya di atas, Halloween tidak ada hubungannya sama sekali dengan ajaran Islam. Sebaliknya, malah berkaitan dengan kekufuran. Oleh karena itu, sungguh sangat ironis jika justru negeri muslim turut andil merayakannya. Degradasi akidah sungguh begitu nyata. Tergerus oleh derasnya moderasi dan liberalisasi.

Dengan demikian, dapat dikatakan menjelmanya Arab Saudi menjadi negara moderat nan sekuler kian menegaskan bahwa saat ini belum ada kepemimpinan umum bagi kaum muslimin yang dapat menjaga keberlangsungan syariat Islam di atas muka bumi. Umat Islam bagaikan anak ayam kehilangan induknya, tidak ada institusi yang mampu menjaga kemurnian akidah dari pemikiran dan budaya kufur. Sebaliknya umat Islam, perlahan tapi pasti, dirusak oleh sistem yang ada. Di berbagai belahan dunia, umat Islam digempur dengan pemikiran rusak yang berasal dari ideologi kapitalisme sekuler. Kaum muslimin kian jauh dari fitrahnya, yakni sebagai hamba Allah yang diciptakan hanya untuk beribadah kepada-Nya. Inilah petaka ideologis, miris!

Khilafah Menghapus Petaka

"Dan tiadalah Kami mengutus engkau, Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam." (TQS. Al-Anbiya:107)

Firman Allah Swt tersebut menjadi petunjuk bagi kita bahwa Islam datang sebagai pembawa keselamatan bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu, jika saat ini manusia tampak porak-peranda dalam naungan sistem sekuler liberal, maka sadarilah bahwa jalan perbaikannya hanyalah dengan menerapkan sistem Islam secara sempurna dalam institusi Khilafah. Di sisi lain, penerapan Islam secara kaffah juga merupakan konsekuensi atas keimanan seorang muslim, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara kaffah. Dan janganlah ikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian." (TQS. Al-Baqarah: 208)

Sejatinya Khilafah adalah negara yang akan menerapkan syariat Islam secara praktis dan menyebarluaskan dakwah Islam ke seluruh dunia. Khilafah juga akan mampu menjaga akidah umat Islam dengan sebaik-baiknya penjagaan, yakni secara sistemis. Khilafah takkan menoleransi berbagai bentuk perayaan, pemikiran, atau budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam merasuki kehidupan kaum muslimin. Untuk itu, Khilafah akan menerapkan sistem pendidikan Islam sehingga generasi muda muslim akan terbina kepribadiannya menjadi sosok yang bertakwa dan berpemikiran Islam. Akidah Islam akan benar-benar ditancapkan sebagai fondasi bagi setiap individu, sehingga mereka takkan mudah terpengaruh oleh sesuatu yang bukan berasal dari Islam.

Khilafah juga akan memberikan sanksi tegas bagi pihak-pihak yang berupaya merusak akidah kaum muslimin. Jelaslah bahwa tegaknya Khilafah akan mampu menghapus petaka yang menimpa kaum muslimin hari ini. Lantas, tunggu apa lagi, jadilah bagian dari pejuangnya.[]


Photo : Canva

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hana Annisa Afriliani, S.S Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Generasi Z dan Milenial Berpolitik, Siapkah?
Next
Sisters of The Valley, Sisi Gelap Kapitalisme
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram