Speech Delay, Ketika si Kecil Tak Kunjung Berceloteh

"Dilihat dari sebabnya, speech delay dapat terjadi akibat gangguan klinis dan pola pengasuhan. Secara kilinis, biasanya anak-anak yang mengalami speech delay telah mengalami kelainan sejak kehamilan hingga persalinan, seperti; gangguan pertumbuhan janin, bayi kecil masa kehamilan, kelahiran prematur, dan persalinan berisiko."

Oleh. Rina Nursanti
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Memiliki anak yang sehat dan lucu tentu menjadi impian setiap orang tua. Kebahagiaan ini menjadi sempurna, ketika dari mulut si kecil terucap sebutan “Ayah dan bunda.” Namun, tak semua anak mampu melakukannya dengan baik sesuai dengan usianya. Banyak hal yang menjadi sebab si kecil tak kunjung berceloteh.

Seperti yang dialami Muhammad Adam Al Fatih putra kelimaku. Terlahir dengan bobot 3.500 gram dengan panjang 49 cm. Meskipun proses persalinannya secara section caesaria, tak ada kelainan terlihat sejak ia dilahirkan. Adam, begitu ia kerap disapa, lahir sesuai dengan masa kehamilan.

Awalnya, perkembangan bahasa dan bicara Adam sesuai dengan milestone yang ideal untuk usianya. Ketika Adam berusia 6 bulan, ia merespon jika diberi rangsangan suara dengan menunjukkan mimiknya yang menggemaskan. Saat memasuki usia 9 bulan, Adam mulai bergumam dengan mengeluarkan suara ‘dadada’ atau ‘papapa’ yang dikenal dengan istilah babbling.

Kekhawatiranku mulai terlihat jelang usia Adam 2 tahun. Ia belum mampu mengucapkan beberapa kata menjadi sebuah kalimat. Berbeda dengan keempat kakaknya, dengan usia yang sama mereka lebih ekspresif dan mampu berkomunikasi dua arah dengan mengucapkan kalimat sederhana, seperti; mengucapkan keinginannya untuk makan, mengajak bermain, atau sekadar mengatakan tidak.

Masih sangat jelas saat itu, Adam lebih banyak diam dalam aktivitasnya dan lebih dominan menggunakan bahasa nonverbal, misalnya; mengangguk, menarik tangan, cemberut, dan memukul. Terkesan lebih emosional, mudah marah, dan gampang menangis jika orang di sekitar tak memahami keinginannya.

Berawal dari kekhawatiran, mulailah mencari tahu apa yang terjadi pada Adam. Kecurigaanku menyebabkan jari-jari ini mulai berselancar di dunia maya. Mulai dari menelusuri blog tumbuh kembang anak, mengikuti seminar online tentang gangguan bahasa dan bicara pada anak, membeli buku yang menceritakan tentang perjuangan ibu dalam mendampingi anaknya penderita speech delay, hingga berkonsultasi dengan teman sejawat. Apakah Adam menderita speech delay?

Berkenalan dengan Speech Delay

Ketika anak berusia 2 tahun mengalami kesulitan dalam menyampaikan keinginannya secara lisan, bisa jadi anak tersebut mengalami keterlambatan bahasa dan bicara atau yang dikenal dengan istilah speech delay. Terkadang anak mampu bertutur, tetapi tidak dapat berucap dengan benar dalam penyebutan beberapa kata, sehingga orang lain sulit memahami apa yang ingin disampaikan anak.

Dilihat dari sebabnya, speech delay dapat terjadi akibat gangguan klinis dan pola pengasuhan. Secara kilinis, biasanya anak-anak yang mengalami speech delay telah mengalami kelainan sejak kehamilan hingga persalinan, seperti; gangguan pertumbuhan janin, bayi kecil masa kehamilan, kelahiran prematur, dan persalinan berisiko.

Keadaan ini menyebabkan anak tidak dapat tumbuh kembang optimal, dan menderita gangguan bahasa dan bicara yang diikuti dengan keterlambatan perkembangan lainnya, seperti retardasi mental (gangguan kecerdasan), gangguan pendengaran, dan autisme (gangguan fungsi otak dan saraf).

Speech delay yang terjadi pada pola pengasuhan, biasanya disebabkan karena kurangnya interaksi dengan anak. Terbatasnya rangsangan yang diberikan orang tua dalam pengasuhan, membuat terhambatnya perkembangan bahasa dan bicara anak, memperkenalkan tontonan dan gadget pada anak usia lebih dini, berdampak anak menjadi lebih pasif, menggunakan dua bahasa yang membuat anak bingung, lingkungan yang sepi, serta pola asuh yang salah dengan membiarkan anak berbicara cadel. Akibatnya, kemampuan bahasa dan berbicara anak menjadi lamban dan anak mengalami gangguan dalam mengekspresikan bahasanya melalui bicara.

Meskipun speech delay bukanlah diagnosis suatu penyakit, orang tua perlu memperhatikan perkembangan bahasa dan bicara anak, sebab kondisi ini akan memengaruhi tahapan tumbuh kembang anak selanjutnya. Orang tua dapat mendeteksi speech delay pada anaknya dengan melakukan observasi sejak anaknya dilahirkan.

Kenalilah tahap perkembangan bahasa dan bicara anak sesuai milestone yang ideal dengan usia anak. Ketika anak tidak mengoceh jelang usia 15 bulan, anak tak kunjung berceloteh di usianya 2 tahun, anak belum mampu bertutur sederhana saat usia 3 tahun, pengucapan yang buruk, sukar merangkai kalimat, serta kesulitan dalam mengikuti perintah, semua ini adalah alarm speech delay pada si kecil.

Tak Satu Jalan ke Roma, Selamat Tinggal Speech Delay

Sebagai orang tua, disengaja atau tidak, tentu saja kita pernah salah. Berharap anak yang dilahirkan menjadi qurrota a’yun, apa daya tersesat akibat ketidaktahuan. Tak ada kata terlambat, sebab menjadi orang tua perlu belajar.

Jika si kecil tak kunjung berceloteh, padahal teman sebaya telah berucap dengan lancarnya, jangan segan untuk segera berbenah. Mulailah menjelajahi dunia anak, mencari tahu sebab yang terjadi agar mudah menemukan jawaban.

  1. Antisipasi sejak hamil Agar anak terhindar dari speech delay akibat gangguan klinis, sudah sewajarnya bunda merawat kehamilannya sejak awal. Fisik yang kuat dengan nutrisi sehat, halal, dan bergizi, sangat diperlukan untuk perkembangan adik bayi di dalam rahim, pun setelah ia dilahirkan.

Kondisi jiwa yang stabil, terhindar dari stres membuat bunda bahagia selama 9 bulan kehamilan. Tentu saja kebahagiaan Bunda berimbas positif pada kesehatan adik bayi yang ada di dalam rahim. Jika usaha sudah dilakukan, semoga saja ada keridaan Allah di sini.

  1. Mengatasi speech delay

Ketika anak terlanjur menderita speech delay, jangan biarkan ia terlalu lama terperangkap dalam kegagalan berbahasa dan bicara. Terlalu mahal harga yang harus dibayar untuk keterlambatan ini. Perbaiki pola asuhan dalam keluarga dengan memberikan stimulasi yang tepat sejak awal anak terlahir.

a. Kualitas vs kuantitas

Di tengah kesibukan orang tua dalam mencari nafkah, tak jarang anak kehilangan haknya untuk bertatap dengan orang tua. Berdalih demi anak, spontan terucap “membangun kualitas hubungan sebagai pengganti rutinitas pertemuan". Kegagalan berkomunikasi dengan anak menjadi salah satu sebab keterlambatan bahasa dan berbicara pada anak.

Sering ajak si kecil mengobrol walau belum bereaksi berbicara, karena yang anak butuhkan adalah pertemuan yang sering dan berkualitas.
Ketika orang tua mengajari anaknya bersuara, anak akan meniru untuk bersuara. Gunakan metode 4S untuk membantu anak mengeluarkan suara dengan benar; say less, ajarkan anak hanya 1 kata, kalimat pendek, dan sederhana. Stand out, beri tekanan pada suku kata “Bu… ku, bukan bu … ku.” Slow, lakukan perlahan. Show, gunakan alat peraga.

b. Berdongeng dengan kisah penuh hikmah dengan tujuan meningkatkan imajinasi, serta memperkaya perbendaharaan kosa kata anak.

c. Batasi waktu bertemu gadget dan menonton dengan mengatur screen time anak. Penggunaan berlebihan akan memengaruhi kemampuan bahasa dan bicara anak.

d. Minum dengan sedotan bertujuan menguatkan struktur anatomi rahang anak, sehingga anak memiliki kemampuan vokal yang kuat.

  1. Kunjungi dokter anak anda

Ketika si kecil tak jua berceloteh jelang usia 2 tahun, segeralah konsultasi ke dokter tumbuh kembang anak sebagai upaya kuratif dan rehabilitatif.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Rina Nursanti Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Testimoni Event Milad ke-2 NarasiPost.Com
Next
Halloween in Saudi: Scary Event for Moslem
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram