”Oleh karena itu, perayaan Halloween di negara tempat dua kota suci (Makkah dan Madinah) merupakan suatu hal yang menunjukkan kedangkalan akidah. Saudi yang dianggap paling ‘islami’ malah mengikuti budaya agama lain. Tanpa disadari, umat akhirnya semakin jauh dari akidah Islam.”
Oleh. Isti Rahmawati, S.Hum
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Tahun ini, Arab Saudi secara terbuka menggelar perayaan Halloween. Perayaan yang bertajuk “Scary Weekend” tersebut berpusat di The Boulevard Riyadh City mulai Kamis (27/10) hingga Jumat (28/10). Warga Saudi meramaikan perayaan Halloween dengan menggunakan berbagai kostum menyeramkan dan mewah.
Puncak perayaan Halloween di Riyadh ditutup dengan pesta kembang api. Tak lupa diramaikan dengan efek-efek suara dan dekorasi seram di The Boulevard Riyadh City.
Agenda Visi Arab 2030
Perayaan Halloween merupakan bagian dari program terstruktur Saudi dalam menjalankan visi Saudi 2030. Sebuah program yang telah disetujui oleh sidang dewan kabinet Arab Saudi pada Senin, 25 April 2016 di Riyadh yang digagas oleh Wakil Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman.
Visi Arab Saudi 2030 ini merupakan sebuah gambaran perekonomian baru Arab Saudi di tahun 2030. Dalam visi itu, Arab Saudi akan mengurangi ketergantungan terhadap migas.
Agenda tersebut bermuara pada peningkatan pemasukan dari sektor pariwisata dan rekreasi. Sektor inilah yang tengah dikembangkan oleh Saudi salah satunya dengan menyelenggarakan berbagai event. Dengan event besar yang diselenggarakan, Saudi berharap itu akan menjadi peluang investasi baru, memfasilitasi investasi, menghapus hambatan dan mendorong inovasi.
Perayaan Halloween adalah event berikutnya setelah Saudi melegalkan perayaan Valentine Day pada tahun 2020 dan sukses menggelar Riyadh Season dan Pure Beach tahun 2021 silam. Mirisnya, berbagai event yang diselenggarakan Saudi justru semakin mengokohkan ide sekularisme di negaranya.
Padahal sebelumnya Halloween dipandang sebagai perayaan asing, tidak penting, dan berdosa. Sebuah fakta mencatat, di tahun 2018 polisi Saudi menggerebek pesta Halloween dan menangkap orang-orang yang merayakannya. (Merdeka.com)
Perayaan Halloween pun merupakan bagian dari reformasi sosial sebagai upaya modernisasi Saudi di bawah kekuasaan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Dikutip dari al-waie.id, seperti yang diberitakan Russia Today, MBS pernah menyatakan dalam sebuah forum untuk kembali ke era dulu yaitu Islam moderat. Islam yang terbuka bagi dunia luar dan untuk agama lain. (28/10/17)
Sejarah Halloween
Dikutip dari Wikipedia, kata Halloween berarti malam yang dikuduskan atau malam suci. (The American Desk Encyclopedia) Halloween berawal dari festival Samhain, yakni perayaan pagan bangsa Celtic untuk menyambut pergantian musim panen menuju musim dingin. Dirayakan setiap malam 31 Oktober sampai 1 November.
Pada malam tersebut, mereka meyakini gerbang dunia roh dengan manusia sedang terbuka sehingga roh jahat berkeliaran bebas di malam itu. Oleh karena itu, siapa saja yang menggunakan kostum hantu, setan, atau roh jahat akan aman dari gangguan roh jahat. Setelah itu, festival ini diadopsi oleh kekristenan menjadi hari memperingati orang suci, all hallow eve atau Halloween.
Pendangkalan Akidah
Dari sejarah saja bisa kita pahami bahwa Halloween tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik. Perayaan Halloween juga diadopsi oleh kekristenan untuk memperingati orang-orang suci mereka. Sama sekali tak ada kaitannya dengan Islam.
Oleh karena itu, perayaan Halloween di negara tempat dua kota suci (Makkah dan Madinah) merupakan suatu hal yang menunjukkan kedangkalan akidah. Saudi yang dianggap paling ‘islami’ malah mengikuti budaya agama lain. Tanpa disadari, umat akhirnya semakin jauh dari akidah Islam.
Akidah tergadaikan oleh berbagai kepentingan demi meraup cuan dan kesenangan semata. Pada akhirnya, dunia memandang Saudi sama dengan negara kufur lain yang merayakan hari raya agama selain Islam.
“Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Musim)
Mirisnya, mereka memang tak membekali diri ketika hendak merayakan suatu perayaan selain perayaan Islam. Dilansir dari Arab News oleh Kompastv.com, Abdurrahman, warga Saudi, mengaku tidak tahu soal hukum halal-haram perayaan Halloween yang kerap menjadi kontroversi di Timur Tengah. (29/10)
Tanpa sadar, kehancuran Islam ada di depan mata. Halal dan haram bukan lagi acuan dalam beraktivitas. Kafir barat yang sejatinya adalah musuh Islam malah dijadikan rujukan bagi negeri-negeri muslim.
Khatimah
Kondisi Saudi merupakan tanda ‘bahaya’ bagi dunia Islam. Jika terus dibiarkan, akidah umat semakin terancam. Bukan hanya mengancam muslim Saudi, tetapi muslim di seluruh dunia. Jangan sampai, apa yang sedang terjadi di Saudi membuat umat Islam lain mengaminkan dan mengikuti jejaknya.
Lagi-lagi hanya penerapan Islam kaffah yang mampu menjaga akidah. Titel ‘negara muslim’ tanpa penerapan Islam secara kaffah hanya akan mengaburkan identitas Islam yang sebenarnya.
Wallahu ‘alam bishawwab.