Memang benar Al-Qur'an begitu istimewa. Rangkaian kalam Illahi dengan indahnya mudah menerobos menembus relung hati terdalam. Meresapi lantunan kalam yang semakin meneguhkan keimanan.
Penulis : Sri Indrianti (Pemerhati Sosial dan Generasi)
NarasiPost.com - "Kitab Al-Qur'an ini tidak ada keraguan padanya, menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa." (QS Al-Baqoroh : 2)
Begitu membuka kitab Al-Qur'an, mata kita langsung disuguhkan dengan tulisan yang memantapkan hati bagi siapapun yang membacanya. Mantap untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup tanpa mau berpaling ke yang lain.
Memang benar Al-Qur'an begitu istimewa. Rangkaian kalam Illahi dengan indahnya mudah menerobos menembus relung hati terdalam. Meresapi lantunan kalam yang semakin meneguhkan keimanan.
Indahnya kalam Illahi inilah yang berhasil meluluh lantakkan kokohnya pertahanan sayyidina Umar bin Khattab yang saat itu masih berdiri di barisan musuh Islam. Kemuliaan ayat-ayat yang ada dalam surat Toha menjadi penghantar ketertarikan Umar bin Khattab pada Islam. Bahkan menjadikan beliau berbalik menjadi pejuang Islam yang membuat kaum kafir gentar terhadapnya.
Social experiment kerap digelar dengan target non Muslim mendengarkan tilawah Al-Quran. Reaksi yang ditunjukkan sebagian besar terpesona dan mendapatkan ketenangan saat mendengarkan lantunan indah tersebut. Hal ini membuktikan bahwa kitab ini merupakan kalam Illahi yang tak ada satupun manusia bisa membuat yang serupa walaupun hanya satu ayat.
Al-Qur'an sebagai Pedoman Hidup
Benarlah penuturan Wakil Presiden Ma'ruf Amin dalam penutupan gelaran MTQ Nasional XXVIII tahun 2020 di Padang Sumatera Barat. Dalam penutupan yang diselenggarakan secara virtual tersebut beliau menyampaikan bahwa nilai-nilai dalam Al-Quran sangat aplikatif untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Wapres berharap melalui gelaran MTQ ini mampu menjadi penyebab lahirnya generasi yang unggul, profesional, dan Qur’ani untuk Indonesia maju. (Tempo.co, 22/11/2020)
Pernyataan yang keluar dari Wapres ini sudah selayaknya mendapatkan apresiasi karena bagaikan oase di tengah gersangnya masyarakat yang mulai abai dengan Al-Qur'an. Untuk itu, semestinya tak cukup berhenti sampai di ucapan. Namun, pernyataan tersebut harus benar-benar dilaksanakan dalam kehidupan termasuk dalam tataran negara. Apalagi beliau memiliki posisi strategis sebagai penguasa.
Merujuk dari pernyataan tersebut, kebijakan-kebijakan yang ditetapkan pemerintah selayaknya memakai Al-Qur'an sebagai pedoman. Karena Islam belum bisa dijalankan secara kaffah apabila tidak diterapkan dalam ranah negara. Bukan malah sebaliknya, kebijakan yang ditetapkan bertentangan dengan isi Al-Qur'an.
Perlu dipahami juga, bahwa Islam bukanlah sekadar agama. Lebih dari itu, Islam merupakan jalan hidup. Banyak dari kalangan kaum muslimin yang belum memahami hal tersebut dengan menganggap bahwa Islam hanyalah sebagai ibadah ritual. Mencukupkan diri dengan sholat, puasa, sedekah, membaca Al-Qur'an, dan ibadah mahdoh lainnya. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari banyak kaum muslimin yang mengabaikan isi Al-Qur'an. Misalnya dengan terjerat hutang riba yang saat ini makin marak beredar di masyarakat, atau terlibat aktivitas pergaulan bebas.
Dalam ranah negara, misalnya pengelolaan sumber daya alam yang diserahkan kepada swasta asing, penerimaan tenaga kerja asing Cina di saat masyarakat pribumi kesulitan mendapatkan pekerjaan, dan masih banyak lagi lainnya. Kebijakan ini mengkhianati rakyat dengan abai menjalankan amanahnya sebagai penguasa. Padahal dulu para penguasa tersebut dilantik menggunakan sumpah Al-Qur'an.
Melaksanakan Islam Kaffah
Al-Qur'an berbeda dengan buku bacaan. Al-Qur'an merupakan pedoman hidup yang menjadi buku petunjuk dalam mengarungi belantara kehidupan kapitalisme yang menyerang dalam semua lini kehidupan. Tanpa menggunakan Al-Qur'an maka dengan mudah bisa tersesat bahkan masuk ke dalam perangkap kapitalisme.
Al-Qur'an juga bukan layaknya hidangan prasmanan. Yang dengan mudah dipilih sesuka hati dan mengabaikan yang tak disukai. Bukan seperti itu. Karena jelas Al-Qur'an merupakan kalam Illahi dan tidak ada keraguan dalam isinya. Jika masih dipilah-pilih berarti masih belum sempurna keimanan seseorang. Masih ada keraguan yang membuatnya terhalang untuk melaksanakan isi yang ada dalam Al-Qur'an dengan sepenuh hati.
Jika seseorang mengaku beriman semestinya berusaha dengan semaksimal mungkin melaksanakan isi Al-Qur'an dalam kehidupan. Sebagaimana jawaban Syeikh Abdul Al Azzam saat ditanya muridnya mengenai maksud "mastatho'tum" yang merupakan penggalan surat At-Taghabun ayat 16 : "Fattaqullaha mastatho'tum" yang memiliki arti bertakwalah kepada Allah semampumu. Maksud semampumu di sini adalah bertakwa semaksimal mungkin sampai Allah menghentikan. Hal ini sebagai bukti ketaatan total kepada Allah Subhanahu Wa Ta'aala.
“Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab dan ingkar kepada sebagian kepada sebagian (yang lainnya)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian itu di antara kalian selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah: 85)
Wallahu a'lam bish showab