”Gagasan perdamaian yang dibawa oleh negara penjajah seperti Amerika hakikatnya adalah pengukuhan dominasinya di Palestina. Jadi, tidak akan ada perdamaian bagi Palestina, selama perdamaian itu diajukan oleh negara penjajah seperti Amerika dan Israel.”
Oleh. Ragil Rahayu
(Tim Media : NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-“Saya punya permintaan untuk Anda: Quds adalah pusaka Sultan Selim Han. Tetaplah berjaga di sini.”
Ini adalah pesan terakhir yang diterima Kopral Hasan Ighdirli dari komandannya, Letnan Mustafa, pada masa Perang Dunia I. Saat itu, mayoritas tentara Turki Utsmani ditarik dari Al-Quds. Hanya tersisa pasukan barisan belakang untuk menjaga kiblat pertama nan mulia, Al-Aqsa. Kopral Hasan adalah bagian darinya.
Khilafah Turki Utsmani ternyata kalah perang secara memilukan. Wilayahnya tercerai-berai karena “Sang Ibu” telah dibunuh dan dikerat-kerat oleh Inggris dan sekutunya melalui perjanjian Sevres (10/8/1920) dan Lausanne (1923). Turki diubah menjadi negara sekuler yang mencampakkan aturan Ilahi.
Meski Turki Utsmani telah runtuh, Kopral Hasan tetap memegang teguh janjinya. Dia bersama pasukan barisan belakang lainnya terus menjalankan tugas menjaga Al-Quds dengan penuh dedikasi. Tahun demi tahun berlalu, satu per satu anggota pasukan tersebut meninggal. Yang tersisa hanyalah Kopral Hasan.
“Kami tidak rela melihat Masjidilaqsa menangis kembali setelah empat abad bersama kami. Dan kami tidak rela melihat para nabi sedih melihat Al-Aqsa tidak berada di pangkuan kaum muslimin,” ucap Kopral Hasan menjelaskan alasannya tidak meninggalkan Al-Aqsa.
Dia terus mendedikasikan hidupnya selama berpuluh-puluh tahun untuk menjaga Al-Quds hingga pada tahun 1982 ajalnya pun datang. Sungguh, pada usia 93 tahun, telah tuntas tugasnya di dunia ini, yaitu menjaga Al-Aqsa.
Hilangnya Perisai Umat
Inilah kisah pilu tentang hilangnya junnah (perisai) umat Islam, yaitu Khilafah. Masjidilaqsa yang sebelumnya dijamin keamanannya oleh tentara Utsmaniyah kemudian dikuasai musuh. Sejak saat itu, gelombang orang Yahudi terus berdatangan ke Palestina. Mereka menduduki wilayah Palestina secara paksa hingga tersisa 15 persen saja. Mereka juga membunuh dan mengusir penduduknya dengan cara yang keji.
Tanpa Khilafah, agresor Yahudi leluasa menguasai Al-Aqsa. Umat Islam yang hendak salat mereka halang-halangi. Pada perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. tahun ini, tentara Yahudi menyerang umat Islam di Al-Aqsa. Orang Israel juga bernyanyi dan menari di depan Masjid Kubah Batu. Sungguh kurang ajar!
Tanpa Khilafah, Israel bisa menyerang dan mengusir umat Islam dari tanah Palestina. Tragedi Nakbah pun meletus pada 15/5/1948. Jutaan rakyat Palestina diusir dari rumahnya, untuk kemudian diduduki oleh Israel. Banyak dari mereka dibunuh, sedangkan yang mengungsi harus hidup di tenda selama puluhan tahun.
Para muslimah dilecehkan, anak-anak pun tidak luput dari siksaan dan pembunuhan. Orang-orang Yahudi yang tidak berperikemanusiaan itu menggunakan bom fosfor putih yang dipasok Amerika Serikat untuk menyerang sekolah. Akibatnya banyak anak tidak berdosa yang menjadi korban dengan kondisi kulit melepuh parah.
Tanpa Khilafah, nyawa umat Islam seolah tiada harganya. Padahal di dalam Islam, hilangnya nyawa seorang muslim tanpa alasan yang hak adalah lebih berat perkaranya daripada hilangnya dunia. Rasulullah bersabda,
“Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai dan Turmudzi)
Dukungan Negara Adidaya
Padahal, aslinya, tentara Israel itu sangat pengecut. Untuk menghadapi satu orang anak Palestina saja mereka harus mengerahkan segerombolan tentara bersenjata lengkap. Bahkan, sering kali mereka sembunyi di dalam kendaraan lapis bajanya karena ketakutan.
Namun, Israel memiliki backing yang kuat, yaitu Amerika Serikat. Negara adidaya ini mendukung penuh berdirinya negara Israel di atas wilayah Palestina. Amerika memberikan dukungan militer dan politik bagi Israel. Setiap tahun AS menggelontorkan bantuan dana sebesar US$3,8 miliar atau sekitar Rp57 triliun untuk Israel. AS juga menyuplai senjata dan teknologi perang bagi Israel, termasuk iron dome untuk menghalau roket yang diluncurkan Hamas.
Tidak hanya itu, AS juga memberikan perlindungan internasional melalui hak vetonya di Dewan Keamanan PBB. Akibatnya, berbagai resolusi PBB untuk masalah Palestina ibarat pistol tanpa peluru, hampa.
Superioritas Amerika juga telah membuat seluruh dunia tunduk di bawah ketiaknya. Tidak ada satu negara pun yang berani melawan dominasi Amerika, termasuk dalam perkara Palestina. Dunia Islam, termasuk negara-negara Arab, hanya diam membisu menyaksikan kekejian terhadap saudaranya sesama muslim terjadi di depan matanya.
Kecaman demi kecaman mereka ujarkan, tetapi hanya sebatas kecaman. Tidak ada tindakan nyata untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel. Kalaupun ada pengerahan militer, itu hanyalah “perang pura-pura” seperti Perang Enam Hari pada tahun 1967.
Dunia Islam bahkan mendukung solusi dua negara yang digagas oleh Obama. Padahal, bagaimana mungkin perampok seperti Israel diberi hadiah sebuah negara atas pembantaian yang mereka lakukan? Ini bukan solusi, melainkan pengukuhan penjajahan.
Gagasan perdamaian yang dibawa oleh negara penjajah seperti Amerika hakikatnya adalah pengukuhan dominasinya di Palestina. Jadi, tidak akan ada perdamaian bagi Palestina, selama perdamaian itu diajukan oleh negara penjajah seperti Amerika dan Israel.
Kini, sikap dunia Arab makin terang benderang mendukung Israel. Setelah sebelumnya sembunyi-sembunyi, kini negara-negara Arab resmi menjalin hubungan dengan Israel.
Melihat sikap Amerika, dunia internasional, dan para penguasa dunia Islam, tidak ada harapan bahwa mereka akan membebaskan Palestina. Mereka bahkan bermanis muka dengan agresor Israel dan AS sebagai backing-nya. Lantas, pada siapa harapan pembebasan Palestina harus digantungkan?
Butuh Kesatuan Umat
Umat Islam generasi terdahulu telah membebaskan Palestina dengan darah dan nyawa mereka. Bukan dengan sikap bermanis muka pada penjajah. Juga bukan dengan meminta bantuan pada negara kafir atau lembaga internasional.
Umat Islam dulu telah membebaskan Baitulmaqdis dengan jihad fisabilillah. Kaum muslimin melancarkan serangan mematikan selama tiga bulan dalam perang Hattin di bawah komando Salahuddin Al-Ayyubi. Kemenangan pun Allah Swt. Anugerahkan kepada umat Islam. Namun, kemenangan ini tidak instan. Sebelumnya, Khilafah telah merancang berbagai strategi untuk membebaskan Palestina dari pendudukan tentara salib yang bengis.
Oleh karena itu, pembebasan Palestina tidak terletak di meja-meja perundingan, tetapi di medan jihad. Persis seperti semboyan para pemuda Palestina, “Birruh, biddam, nafdika, ya Aqsa!” (Dengan nyawa, dengan darah, kami akan membelamu ya Aqsa!). Jihad adalah satu-satunya solusi atas masalah Palestina.
Pertanyaannya, mampukah kita melawan dominasi Amerika Serikat yang menjadi backing Israel? Bisa, asalkan umat Islam punya negara Islam yang seperkasa Amerika, atau bahkan lebih digdaya, sehingga bisa menantang dominasi Amerika di dunia. Negara Islam itu adalah Khilafah.
Jika kita kilas balik sejarah, negara manakah yang telah membebaskan Palestina untuk pertama kalinya? Khilafah, yang saat itu khalifahnya adalah Umar bin Khaththab r.a. Lantas, negara manakah yang membebaskan lagi Palestina setelah sempat dikuasai pasukan salib? Khilafah.
Tampak bahwa sepanjang lintasan sejarah, Khilafah adalah satu-satunya negara yang terbukti secara riil telah membebaskan Palestina dari penjajahan. Tidak hanya membebaskan, Khilafah juga telah mewujudkan keamanan serta kesejahteraan bagi semua penduduknya, baik muslim maupun nonmuslim.
Ketika Islam berkuasa di Palestina, semua penduduknya dinaungi dan diurus dengan sangat baik sehingga tercipta harmoni antarpemeluk agama yang ada. Pemerintahan Islam tidak menindas pemeluk agama lain. Bahkan, terhadap musuh yang dulunya memerangi lalu kemudian menyerah kalah, pemerintahan Islam memaafkannya.
Hal ini sebagaimana jawaban Salahuddin Al-Ayyubi saat ditanya alasannya tidak membalas kekerasan yang dilakukan musuhnya. Beliau berkata, “Islam bukanlah agama pendendam, bahkan Islam mencegah perbuatan yang tidak berperikemanusiaan.” Masyaallah, begitu indahnya Islam.
Agenda Mendesak
Wahai umat Islam, muslim Palestina adalah saudara kita sesama muslim. Allah Swt. telah berfirman,
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (QS Al-Hujurat: 10)
Oleh karena itu, kita berkewajiban untuk membela saudara kita di Palestina. Tidak cukup dengan donasi dan doa. Palestina butuh bantuan militer umat Islam untuk mengusir agresor Yahudi.
Namun, kesatuan militer umat Islam hanya akan terwujud di bawah komando Khilafah. Dengan demikian, tugas kita yang mendesak adalah mewujudkan kepemimpinan Islam yang akan membebaskan Al-Aqsa, yaitu Khilafah. Khilafah nantinya yang akan mengerahkan tentara umat Islam untuk mengorbankan nyawa dan darahnya demi pembebasan Bumi Mikraj. Wallahualam bissawab. []