“Berilah pendidikan agama kepada anak-anakmu segera mungkin sebelum lawan-lawanmu menggantikanmu dan menanamkan ide-ide yang salah dan keliru pada pikiran mereka.” (Imam Ja’far Shadiq)
Oleh. Asri Mulya
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.com-“Jika ingin melihat peradaban sebuah negara maka lihatlah pendidikannya”
“Pendidikan salah satu hal terpenting bagi negara”
“Suatu negara memiliki jati diri, bila memiliki generasi maju dalam pendidikannya”
“Pendidikan yang utama ada pada sosok ibu”
Dari pernyataan di atas, bisakah suatu bangsa dalam suatu negara memiliki pendidikan yang maju? Jawabannya bisa. Bagaimana itu bisa terwujud? Tidak lain, bila di suatu bangsa sudah memiliki tujuan hakiki pendidikan yaitu membentuk manusia bertakwa yang memiliki kepribadian Islam secara utuh, yaitu pola pikir (aqliyah) dan pola perilaku (nafsiyah) didasarkan pada akidah Islam. Dengan menciptakan ulama, intelektual, dan tenaga ahli dalam jumlah berlimpah di setiap bidang kehidupan yang merupakan sumber manfaat bagi umat.
Hal itu akan menjadikan bangsa memiliki negara terdepan, kuat, dan berdaulat, karena Islam sebagai ideologi dalam sistem pemerintahan negaranya, di mana pendidikan Islam memiliki visi menghidupkan generasi dan peradaban emas dengan memiliki sistem pendidikan kelas dunia.
Sebagaimana pernyataan Dr. Nazreen Nawaz, direktur CMO, "Sitem pendidikan kelas dunia membutuhkan suatu sistem politik kelas dunia, yakni yang merangkul sebuah visi politik yang jelas, tinggi, dan independen bagi negaranya dan bagi dunia. Sistem politik kelas dunia ini adalah Khilafah yang berdasarkan metode kenabian, yang mengimplementasikan keyakinan, hukum, dan sistem Islam secara komprehensif di dalam sebuah negara dan yang memimpin dunia (belasan abad) dalam keunggulan institusi-institusi akademik juga inovasi-inovasi dan penemuan yang mutakhir serta kontribusinya yang sangat besar terhadap pembangunan manusia.”
Dari pernyataan Dr. Nazreen Nawaz tersebut, sebelum mencapai pendidikan kelas dunia, yang perlu diperhatikan adalah pendidikan utama anak dari seorang ibu. Kerena ibu adalah orang tua utama yang mempersiapkan generasi suatu negara bisa terwujud.
Diutamakan pendidikan seorang ibu pada anaknya bukan mempersiapkan untuk bekerja mendapatkan materi semata hingga akan terjebak dengan orientasi kapiltalisme. Namun seorang ibu dituntut dan bertanggung jawab membentuk kepribadian Islam pada anaknya agar memiliki tsaqofah Islam yang kuat, memiliki pondasi agama yang kuat, menjadikan anak beriman dan bertakwa hingga mencapai derajat taat, memiliki fisik kuat dan tangguh. Bermanfaat pada lini kehidupan serta memberikan kebaikan pada umat.
Seperti apa bentuk tsaqofah Islam? Tsaqofah Islam adalah pengetahuan-pengetahuan di mana akidah Islam menjadi sebab dalam bahasannya. Ada tiga cakupan bahasannya di antaranya:
- Akidah Islam berupa hukum akidah Islam itu sendiri, seperti ilmu tauhid. Firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 36,
"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuatlah baik kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri."
- Pengetahuan yang dibangun atas dasar akidah Islam seperti: fikih, tafsir, hadis, Al-Qur’an, sirah nabawiyyah, fikih sirah dan tarikh Islam.
- Pengetahuan yang terpancar dari akidah Islam berupa hukum-hukum di mana ijtihad mewajibkannya, seperti ilmu bahasa Arab, mushthalah hadis dan ushul fikih.
Hadis lain menjelaskan perintah untuk orang tua agar mendidik anak-anaknya terlebih dahulu tentang keimanan agar taat kepada Allah dan takut bermaksiat kepada-Nya. Oleh Ibn Jarir dan Ibnu Al-Mundzir dari hadis Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi saw. bersabda,
"Ajarkanlah mereka untuk taat kepada Allah dan takut kepada-Nya, serta suruhlah anak-anakmu untuk mentaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, karena hal itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka."
“Berilah pendidikan agama kepada anak-anakmu segera mungkin sebelum lawan-lawanmu menggantikanmu dan menanamkan ide-ide yang salah dan keliru pada pikiran mereka.” (Imam Ja’far Shadiq)
Maka sosok ibu sangat berpengaruh bagi anak-anaknya, membentuk kepribadiannya. Ibu diharuskan memberikan pendidikan yang terbaik. Karena ibu adalah madrasah utama sebelum anak memasuki dunia sekolah. Persiapkan konsep diri dan menstimulasi positif pada anak mulai usia dini 0-6 tahun. Terapkan pembiasaan yang baik dan pelatihan diri anak untuk taat kepada Allah, agar mudah membentuk kepribadian Islamnya.
Cara ibu menerapkan konsep pendidikan akidah Islam kepada anaknya sebagai berikut:
Pertama, dimulai berikan stimulasi dengan membangun akidah Islam anak. Pada proses berpikir mereka, mengenalkan anak siapa Pencipta (Al-Khalik) alam semesta dan makhluk yang ada di dunia. Agar anak mampu mengenali keberadaan Allah, meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang patut disembah, tidak ada selain-Nya.
Kedua, mengembangkan proses berpikir anak hingga terbentuk metode berpikir dengan cara membangun pola pikir kritis anak.
Ketiga, mengoptimalkan sensori dengan menghadirkan sebuah fakta, agar indra yang dimiliki anak bisa terangsang untuk proses berpikir.
Keempat, menghubungkan realita dengan kata-kata. Bahasa bisa mentransfer pemikiran dan bisa memotivasi ruhiah. Ahsanul qawlan (perkataan baik) adalah target capaian belajar bahasa bagi anak. Orang tua harus menjadi teladan bagi anaknya.
Kelima, memenuhi semua kebutuhan jasmani dan naluriah anak. Kebutuhan jasmani anak seperti berikan makan, minum, tidur dan sebagainya. Hal tersebut agar anak memiliki fisik yang sehat dan kuat. Sedangkan kebutuhan naluriah ada tiga di antaranya naluri beragama (tadayyun), naluri mempertahankan diri (baqo) dan naluri melestarikan jenis (nau’).
- Naluri tadayyun bisa distimulasi dengan penanaman akidah berupa bacaan Al-Qur’an, mengajarkan kalimat tauhid, mengajarkan doa-doa dan mengajarkan kalimat tauhid.
- Naluri baqo diberikan pujian bila anak melakukan kebaikan dan bila melakukan kesalahan jangan berikan hukuman.
- Naluri nau’ berikan curahan kasih sayang kepada anak seperti sering mencium, memeluk, dan dibelai. Anak diarahkan untuk menyayangi saudara, membatasi pergaulan dengan lawan jenis, dsb.
Hal ini adalah perkara penting menyiapkan generasi masa depan, memiliki kepribadian Islam untuk kembali menyongsong peradaban emas yang pernah dimiliki pada zaman Khilafah Islamiah tegak. Tidak menutup kemungkinan peradaban emas di Nusantara juga akan kembali tegak, bilamana orang tua terutama ibu mampu berperan membangun peradaban dimulai dari mendidik anak-anaknya. Dengan demikian akan menjadikan fondasi tegaknya kemajuan suatu negara. Wallahu a'lam bishawab.[]