“Memberi nasihat tentu harus selalu dilakukan setiap orang tua. Ini menjadi kewajiban yang tak boleh ditinggalkan. Nasihat tidak selalu karena anak remaja salah, tetapi juga sebagai bentuk proteksi dan pencegahan agar mereka selalu berhati-hati dan menjauhi yang dilarang oleh syariat.”
Oleh. Deena Noor
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Masa remaja adalah masa proses peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini diiringi dengan perubahan yang terjadi pada fisik dan psikis. Perubahan fisik seperti bertambah tinggi dan berat, suara yang berubah, bentuk tubuh yang lebih berisi, dsb. Adapun perubahan psikis bisa ditandai dengan moody atau mudah berubah suasana hatinya, emosi yang labil, lebih sensitif, sering mengalami krisis kepercayaan diri, mulai menyukai lawan jenis, lebih sering menghabiskan waktu bersama teman, sering bingung karena ingin dianggap mandiri, tetapi juga masih bergantung pada orang tua, dsb.
Masa remaja memang masa-masa yang rentan karena kondisinya belum stabil. Usia remaja laksana jembatan yang menghubungkan dunia kanak-kanak yang bebas bermain tanpa ada beban dengan dunia orang dewasa yang memiliki sederet tanggung jawab. Masa ini penuh dengan goncangan sehingga butuh panduan orang dewasa yang bijaksana.
Remaja berada di masa pencarian jati diri. Mencari-cari dan mengidentifikasi seperti apa dirinya, cita-cita, dan orientasi masa depan yang sesuai dengan keinginannya. Namanya mencari berarti masih belum pasti. Ia akan berubah tatkala menemukan sesuatu yang dirasakannya lebih cocok dengan dirinya. Hari ini A, besok-besok bisa jadi B. Bukan suka plin-plan, tetapi karena memang masih dalam proses pencarian. Mudah berubah menjadi hal lumrah karena remaja belum terpaku pada satu idealisme tertentu.
Karena itulah, masa remaja perlu pengawalan agar selamat dari hal-hal yang menjerumuskan. Mendekatkan remaja selalu pada aturan agama adalah satu keharusan. Dengan agama menjadi panduan, remaja akan memahami bahwa hidup membutuhkan ketertiban dan peraturan yang jelas agar bisa berjalan dengan baik.
Dalam pandangan syariat Islam, masa remaja adalah ketika mulai menginjak akil balig yang ditandai dengan menstruasi bagi perempuan dan mimpi basah bagi laki-laki. Mulai saat itu, remaja sudah dikenai kewajiban menjalankan hukum-hukum syariat. Remaja juga mulai harus bertanggung jawab atas setiap perbuatannya.
Di usia yang rawan ini, orang tua harus menemani supaya remaja tidak salah melangkah. Dengan adanya orang tua atau orang dewasa yang selalu mengingatkan dan memberi tahu, remaja punya gambaran seperti apa seharusnya kehidupan dijalani. Kita tidak bisa melepaskan anak remaja begitu saja tanpa pengawasan. Apalagi di zaman yang hingar bingar dengan kesenangan duniawi sekarang ini. Kemaksiatan sering kali dibalut dengan kata-kata manis dan tampilan yang indah dipandang mata sehingga amat menggoda.
Get connected selalu dengan remaja agar kita tak kehilangan jejak mereka. Jangan sampai kita baru menyadari setelah mereka melangkah jauh dari jalur yang semestinya. Ajak mereka berbincang-bincang atau berdiskusi ringan tentang segala hal. Tak selalu serius, agar mereka tak merasa sedang diinterogasi. Mengobrol santai akan membuat remaja menjadi lebih terbuka menceritakan tentang diri mereka.
Memberi nasihat tentu harus selalu dilakukan setiap orang tua. Ini menjadi kewajiban yang tak boleh ditinggalkan. Nasihat tidak selalu karena anak remaja salah, tetapi juga sebagai bentuk proteksi dan pencegahan agar mereka selalu berhati-hati dan menjauhi yang dilarang oleh syariat.
Ada sejumlah kiat dalam menasihati remaja. Di antaranya:
Pancangkan kesabaran
Sabar adalah hal pertama yang harus dilakukan ketika menghadapi remaja. Harus dipahami bahwa masa remaja seperti musim pancaroba, serba tidak menentu dan suka tiba-tiba berubah. Sesaat mendung, sesaat kemudian panas. Awalnya panas membara, eh tiba-tiba hujan deras mengguyur. Begitu pula remaja. Suasana hati mereka suka berubah dengan cepat. Belum lagi jika cueknya kambuh, bisa-bisa kita tak digubris sama sekali. Jadi, ya, harus sabar dengan segala polah mereka.
Sesuaikan
Cari waktu yang tepat. Jangan terburu nafsu ingin menyelesaikan masalah hingga tak melihat situasinya. Jangan ketika sedang ‘panas’ kita paksakan. Yang ada malah makin runyam. Api ketemu api, panas kian menjadi. Bila dibiarkan, kebakaran bisa terjadi dan akan saling melukai.
Tunggu tenang semuanya baru kita bicarakan dengan remaja secara baik-baik. Kondisi yang tenang dan nyaman adalah saat yang pas untuk berbicara dengan remaja. Kondisi ini tergantung pada masing-masing individu. Kita yang harus peka dengan keadaan mereka. Yang penting adalah sesuaikan timing sebelum memberikan nasihat dan wejangan pada mereka.
Dengarkan
Dengarkanlah dahulu pendapat mereka. Biarkan mereka menyampaikan apa yang menjadi masalah, unek-unek, dan segala yang mereka rasakan. Kita harus sabar meskipun mulut tak tahan untuk menyela pembicaraan.
Dengan memberikan remaja waktu untuk berbicara akan membuat mereka merasa dihargai dan dianggap penting. Mereka akan merasa bahwa keberadaan mereka dengan segala pernak-perniknya ternyata tak dipandang sepele. Ini bisa membuat mereka lebih terbuka menceritakan semuanya dan percaya pada kita.
Ketegasan
Bila ada yang keliru dari mereka, maka kita harus tegas. Katakan salah jika memang mereka salah. Jangan beri peluang untuk pembenaran atas tindakan yang salah. Benar adalah benar. Salah adalah salah. Tidak ada area abu-abu di antara keduanya. Benar dan salah adalah seterang siang dan malam.
Sampaikan bahwa yang benar dilakukan dan yang salah harus ditinggalkan. Ikuti jalan kebenaran dan jauhi kesesatan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Swt. dan upaya meraih rida-Nya. Berikan penguatan padanya untuk senantiasa memilih kebenaran dan itu akan menjadikannya istimewa di hadapan Allah, sebagaimana Rasulullah pernah bersabda: “Rabbmu kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shabwah.” (HR. Ahmad)
Shabwah adalah kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran.
Pahamkan
Pahamkan remaja melalui pemikirannya. Ajak remaja berpikir. Bangun kesadaran mereka dengan memikirkan segala sesuatu dan mengaitkannya selalu dengan hakikat kehidupan sesungguhnya. Bahwa hidup tidak bisa lepas dari tiga pertanyaan mendasar, yakni dari mana manusia berasal, untuk apa manusia hidup, dan ke mana manusia setelah mati. Bila ketiga pertanyaan tersebut tuntas dijawab dengan tepat, maka insyaallah semua masalah pasti beres.
Beri kepercayaan
Bila kita sudah membekali remaja dengan landasan akidah yang benar, maka beri mereka kepercayaan dalam menjalani akitvitasnya. Lepas mereka dengan tetap memantau dari kejauhan. Biarkan mereka berkreasi sebebas-bebasnya selama masih dalam koridor syariat. Asalkan iman masih di dada, mereka akan baik-baik saja. Namun, kita sebagai orang tua harus tetap siap sedia bila mereka mulai goyah dan melenceng. Kita luruskan kembali ke jalan yang benar.
Kita tentu tak bisa selalu mengikuti mereka 24 jam penuh. Bagaimana pun, mereka akan menjalani kehidupannya sendiri. Mereka harus bertanggung jawab atas hidup mereka. Di sinilah masa kita belajar melepas mereka sebelum benar-benar mandiri. Bahkan, ini menjadi momen untuk mempersiapkan mereka kala kita sudah tiada nanti.
Jangan berlebihan
Sampaikan nasihat kita sesuai dengan porsinya. Jangan berlebihan, apalagi kurang atau bahkan tidak sama sekali. Terlalu sering dan berulang-ulangnya nasihat yang diberikan, tanpa memandang waktu dan tempat bisa membuat remaja bosan dan meninggalkannya. Akibatnya, nasihat bagai angin lalu. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Lebih parahnya lagi jika mereka malah sengaja melanggar aturan sebagai bentuk protes atas treatment kita kepada mereka.
Ingatkan
Bila remaja melakukan kesalahan yang sama, maka ingatkan kembali. Cukup ingatkan dia pada nasihat yang telah disampaikan sebelumnya. Tak perlu banyak kalimat, tetapi pilih kata-kata yang bisa mengena di hatinya.
Beri dukungan
Beri dukungan kita secara penuh agar mereka menjadi lebih baik. Perubahan tentunya sesuai dengan ruang syariat. Dukungan yang kita berikan tidak selalu berupa materi, tetapi bisa juga berbentuk perhatian dan kasih sayang. Kita ada di saat-saat penting mereka, itu juga merupakan dukungan yang berharga. Dengan kita menanyakan sudah sejauh mana hafalan mereka atau hal positif apa yang mereka lakukan pada hari itu misalnya, merupakan bentuk dukungan juga. Kita lakukan hal-hal yang sekiranya bisa membuat mereka makin terpacu melakukan perbaikan.
Doakan
Doa menjadi senjata orang tua untuk anak-anaknya. Inilah bekal yang mungkin tak kelihatan, tetapi ampuh di saat yang tepat. Mungkin doa kita tidak dikabulkan saat ini atau sama persis dengan yang kita minta. Namun, Allah jelas tahu yang terbaik untuk setiap hamba-Nya. Doakanlah selalu anak-anak kita agar setiap langkah mereka tidak lain menuju pada kebaikan dan rida-Nya. Mendoakan remaja kita agar senantiasa berada di jalan terang-Nya dan menjadi pembela agama-Nya hingga napas terakhir.
Wallahu a’lam bishshawwab[]