"Sesuatu yang kita anggap tidak bernilai ternyata memiliki manfaat yang luar biasa pada akhirnya. Ada hikmah di balik peristiwa yang kita alami dalam hidup ini. Bahwa terkadang pemikiran kita yang terbatas tidak mampu menembus pengetahuan Allah yang luas. Duka yang kita rasa belum tentu akan berakhir sengsara dan suka yang kita rasa juga belum tentu akan berakhir bahagia."
Oleh. Tri Utami
(Kontribusi NarasiPost.Com)
NarasiPost.com-Kita mungkin pernah padam, tubuh seolah hilang keseimbangan, semua terlihat suram karena harapan yang didambakan tak sesuai keinginan. Jika manusia diberikan pilihan, adakah yang menginginkan kesulitan? Tentu jawabannya tidak ada, namun siapa yang bisa menjamin bahwa kesulitan itu tidak datang menyapa? Siapa yang dapat menerka bahwa esok hari ternyata adalah masa sulit kita? Atau seseorang yang kau sangka bahagia, apakah itu akan bertahan lama?
Pernahkah terlintas dipikiran, “Mengapa harus aku yang mengalaminya?”. Sulit rasanya menerima apa yang tidak sesuai dengan keinginan kita, yang terlintas di pikiran hanyalah kata sempurna setelah melakukan ikhtiar yang sudah dibangun lama, kita lupa bahwa tak selamanya semua akan berjalan sesuai dengan life goals yang kita punya. Akan ada masa di mana kita harus dapat mengikhlaskan busur panah yang tak sesuai dengan sasaran.
Bukan ikhtiarmu yang bermasalah barangkali Allah memang belum mengizinkannya atau Ia sudah memiliki rencana atas hidupmu yang saat ini berada di genggaman-Nya. Sampai kapan kita harus menutup diri dan menolak segala apa yang terjadi, bahkan sampai membenci pemberian yang harusnya kita terima dengan lapang dada? Apakah karena rasa percaya kepada-Nya sudah hilang, sehingga tak lagi memercayai jalan hidup yang telah digariskan oleh-Nya? Atau karena cinta dunia telah mengalahkan semuanya?
Allah sudah lama mengingatkan kita lewat ayat-ayat cinta-Nya agar tenang jiwamu saat ujian menyapa:
وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)
Begitu lembut Allah mengingatkan hambanya agar senantiasa ikhlas dengan ketetapan yang telah ada. Pada ayat ini juga seolah Allah mengatakan kepada hamba-Nya, bahwa tangan manusia hanya ada dua, jangan memaksa untuk menggenggam semuanya, biarkan Allah yang memegang kendali atas keadaan yang bukan lagi wilayah manusia.
Rasulullah saw. juga pernah bercerita tentang seseorang yang ingin bersedekah. Pada malam pertama, ia meminta petunjuk kepada Allah agar sedekahnya esok hari dapat diberikan kepada orang yang layak dan juga membutuhkan. Tibalah hari di mana ia akan memberikan sedekah pertamanya, ia melihat seorang wanita yang menurutnya layak untuk mendapatkan sedekahnya. Namun apa yang terjadi, keesokan harinya masyarakat heboh dengan berita yang mengabarkan bahwa kemarin seorang pelacur telah menerima sedekah. Mendengar kabar tersebut ia pun merasa menyesal telah memberikan sedekah kepada seseorang yang salah.
Pada malam kedua, ia juga melakukan hal yang sama yaitu meminta petunjuk kepada Allah agar sedekahnya esok hari bisa diterima oleh orang yang tepat. Keesokannya ia pun melakukan perjalanan untuk memberikan sedekah tersebut, ia bertemu dengan seorang laki-laki yang menurutnya berhak untuk diberikan sedekah olehnya. Namun hal serupa pun terjadi, masyarakat setempat juga dihebohkan oleh sedekah laki-laki tersebut. Ternyata yang diberikan sedekah olehnya adalah seorang pencuri. Mendengar kabar tersebut ia merasa sedih karena salah memberikan sedekahnnya.
Pada malam ketiga laki-laki tersebut juga bermunajat kepada Allah untuk sedekahnya yang ketiga, dengan penuh harap dia meminta kepada Allah agar sedekahnya yang ketiga ini tidak lagi salah sasaran. Dalam perjalanan ia pun tetap menaruh harapan atas sedekah yang ingin ia berikan agar tidak lagi salah, namun hal yang tak di inginkannya pun terjadi lagi. sedekahnya yang ketiga ternyata ia berikan kepada seorang lelaki kaya raya. Tentu hal ini juga menimbulkan perbincangan di kalangan masyarakat, karena tak biasanya sedekah itu diberikan kepada orang kaya.
Berakhir sudah, harapannya untuk bersedekah membantu orang-orang yang membutuhkan ternyata tidak terealisasikan. Ketiga sedekahnya telah diterima oleh orang yang salah menurutnya. ia hanya bisa menyesali ketidak telitiannya dalam melakukan amal tersebut. Penyesalan itu sampai berada tahap pemikiran bahwa Allah tidak menerima semua sedekah-sedekah yang ia lakukan. Ia juga beranggapan bahwa Allah tidak mengabulkan doa-doanya.
Tapi ternyata kenyataan yang diterima laki-laki tersebut tidak seburuk dengan apa yang telah dipikirkannya. Pada malam keempat, saat pria itu tertidur Allah Swt. mengirimkan seorang malaikat untuk memberikan kabar kepadanya perihal sedekah yang telah ia lakukan.
Malaikat tersebut menyampaikan bahwa sedekah pertama yang ia berikan kepada seorang pelacur diterima oleh Allah Swt. Bahkan sedekahnya tersebut memberi manfaat yang besar bagi perempuan itu. Yaitu sedekah yang ia lakukan telah menghalangi perempuan tersebut untuk berbuat zina. Begitu pun Pada sedekahnya yang kedua, Allah juga menerima sedekah tersebut. Karena sedekahnya kepada seorang pencuri itu juga dapat menghalanginya untuk berbuat maksiat.
Tidak hanya kedua sedekah itu saja, malaikat tersebut juga menyampaikan bahwa sedekahnya yang ketiga kepada orang kaya juga Allah telah menerimanya, karena ternyata orang kaya yang telah ia berikan sedekah itu adalah orang yang kikir, namun karena sedekah itu, ia telah menyadarkannya dari kesalahan-kesalahannya terhadap harta yang ia miliki. Kini orang kaya yang kikir tersebut telah berubah menjadi seseorang yang dermawan.
Indah bukan? Sesuatu yang kita anggap tidak bernilai ternyata memiliki manfaat yang luar biasa pada akhirnya. Kisah ini memberikan pengajaran kepada kita tentang hikmah di balik peristiwa yang kita alami dalam hidup ini. Bahwa terkadang pemikiran kita yang terbatas tidak mampu menembus pengetahuan Allah yang luas. Duka yang kita rasa belum tentu akan berakhir sengsara dan suka yang kita rasa juga belum tentu akan berakhir bahagia.
Semua akan indah jika kita menjalani hidup dengan rasa percaya kepada Allah Swt. Kita percaya bahwa kesenangan dan juga kesulitan yang menerpa kehidupan ini merupakan ujian yang harus dijalankan dengan penuh ketakwaan dan kita percaya bahwa Allah Swt. tidak mungkin menyia-nyiakan hambanya yang bertakwa. Wallahu a’lam bishawab.[]