"Menikah bukan untuk menjadi tokoh couple di drama Korea. Tapi menikah adalah satu jalan membuka pintu surga. Menikah dilakukan untuk menggapai rida-Nya. Bahkan dikatakan menikah adalah separuh dari agama. Betapa besar pahala menikah."
Oleh. Keni Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com )
NarasiPost.Com-Setuju gak kamu dengan pernyataan: "Semua laki-laki sama aja?"
Belakangan ini ramai banget berita artis selingkuh, bahkan isu KDRT seperti yang menimpa rumah tangga Leslar. Sebelumnya ada isu Reza Arap menyelingkuhi Wendy. Ada juga berita tentang suami Ayu Dewi yang diduga pacaran alias serong dengan Denise. Yang sempat ramai juga di netizen Indonesia dari kancah internasional Adam Levine (Maroon). Ia sempat dituduh selingkuh dari istrinya, Behati Prinsloo. Selain itu, viral Tweet sok bijak yang bunyinya: "Banyak pernikahan yang menginspirasi untuk tidak menikah dulu." Kelihatannya benar, ya. Padahal? Wah, kalau gini kita bersiap ambil ancang-ancang jaga jarak dengan kaum Adam gak, sih?
Bestie, jangan sampai kepikiran begitu, ya. Benar deh. Jangan jadi takut menikah karena banyak suami selingkuh dari istrinya. Ibarat ada satu mangga jatuh dari pohon karena dimakan ulat, bukan berarti kita gak bisa makan mangga yang lain 'kan mangga itu banyak, yang kualitasnya bagus juga gak kalah banyak. Begitu juga dengan lelaki saleh, dia tidak akan "jatuh dari pohon" hanya karena ada pria lain yang "jatuh."
Kalau kita pakai kaca mata manusia, mungkin yang terbayang menikah itu selalu bahagia. Seolah setelah menikah air mata tidak akan pernah lagi bercucuran. Menikah bak akhir dari kenestapaan menuju gerbang kebahagiaan hakiki. Padahal, enggak ya, Guys, ya. Kalau masih ada angan-angan begitu, tandanya kita belum siap menikah. Kok bisa? Ya, karena kita gak paham menikah itu apa.
Gara-gara banyak nonton drakor atau baca serial negeri dongeng sih. Endingnya selalu tertulis "happily ever after". Padahal 'kan di akhir cerita itu, si tokoh belum mati. Konsep happy bagi muslim itu kalau kembali ke Allah (meninggal dunia) dalam kondisi murni dan layak masuk surga. Karena ia telah mengantongi rida-Nya. Wah, kamu pakai konsep bahagia yang mana nih? Ala drama seri atau ala Nabi?
Menikah bukan untuk menjadi tokoh couple di drama Korea. Halu memang, karena yang ditampilkan adalah pasangan unyu, menggemaskan dan selalu ketawa ha ha ha. Tapi menikah adalah satu jalan membuka pintu surga. Menikah dilakukan untuk menggapai rida-Nya. Bahkan dikatakan menikah adalah separuh dari agama. Betapa besar pahala menikah!
Besar pahala, tentu sebanding dengan besar gelombang di dalamnya. Bisa dipastikan, track-nya gak akan lempeng kayak jalan tol. Pasti ada badai, hujan deras maupun gerimis. Kadang anginnya sepoi, kadang juga angin ribut. Termasuk perselingkuhan (misalnya) termasuk ombak besar bagi sebuah pernikahan. Jika nahkodanya ahli, bersama penumpang mampu bekerja sama, maka ombak itu atas izin Allah akan terlampaui.
Kita harus mengerti betul bahwa menikah itu menambah masalah. Ada tambahan hajat dan gharizah yang menuntut pemenuhan. Tadinya satu orang menjadi dua. Kalau jomlo butuh sepiring nasi soto untuk sarapan, maka couple butuh dua piring untuk menyelesaikan masalah perut ini. Kita masih bahas perkara makan ya, belum ranah ibadah, interaksi, ekonomi, sandang, pangan, papan, dan masih banyak sekali. Banyak daftar yang menunggu untuk dipenuhi setelah dua anak Adam menikah. Di situlah letak amanah.
Wah, menikah semakin terasa seram, ya? Tentu tidak, Bestie. Itulah pentingnya kita paham seluk-beluk pernikahan sebelum menjalaninya. Agar ilmu mengiringi langkah, bukan sebatas ekspektasi. Selain itu, kita juga harus paham mengapa kita menikah. Allah memberi manusia naluri berkasih sayang dan mewadahinya dalam bingkai rumah tangga. Tujuannya sungguh mulia, untuk melanjutkan peradaban manusia. Bisa dibayangkan bagaimana kalau semua orang memilih childfree? Atau mayoritas menjalani seks bebas akhirnya lahir anak siapa gak jelas. Nah, ini baru seram sesungguhnya.
Yang perlu ada dalam dada kita bahwa ketika kita menjalani apa yang telah Allah gariskan, maka yakinlah kita tak akan pernah sendiri. Allah pasti selalu membersamai langkah kita. Ke mana pun kita pergi, selama berada dalam rel syarak, Allah pasti menjaga. Yakinlah! Jangan lupa, ada rida yang kita nanti dan upayakan selama menjalani pernikahan yang naik turun gelombangnya. Maka PR-nya adalah apakah kita sudah tahu apa saja batas rel syarak dari Allah? Itulah pentingnya belajar.
Jadi, Bestie, jangan fokus pada proses, fokuslah pada tujuan. Rintangan dalam pernikahan itu proses, rida Allah itu tujuan. Bidik rida Allah dalam setiap ujian. Pilih setiap aktivitas yang mengantarkan ke sana. Kalau dapat pahala dan surga, jackpot! Itu namanya bonus. Sikat!
Kamu pernah dengar kisah cinta romantis gak? Bukan, bukan Romeo dan Juli. Ini kisah asli dari tokoh muslim sepanjang masa. Mari kita bercermin pada cerita Ali ra. dan kekasih tercinta, Fatimah ra. Kisah keduanya romantis banget, jauh sebelum drakor menjangkiti setiap jiwa sakit hari ini. Keduanya saling jatuh cinta, tapi tak ada satu pun yang menyadarinya. Bahkan setan pun tak tahu bahwa rasa itu ada. Tapi, romantisme pernikahan mereka bukan berarti tanpa ujian, alias lancar makmur. Yang ada adalah kisah cinta penuh rasa syukur. Keluarga mereka tidak bergelimang harta, tapi cinta pada Allah bertubi tak mampu dikata. Lihat saja tangan Fatimah terkenal penuh tanda cinta, akibat menumbuk gandum tanpa sedikit pun lisannya mencela. Semua dilakukannya dengan bahagia.
Lihatlah Asiyah, istri Fir'aun. Memiliki suami zalim, tidak membuatnya lalim. Beliau tetap yakin Allah Maha Penyayang dan mengasihi. Itulah selama ini yang benar-benar ia miliki. Allah pun menyambutnya dengan penuh kasih sayang. Pernikahan dengan sang raja mungkin bukan couple goals generasi muda hari ini. Tetapi, keridaannya pada ketetapan Allah mengantarkan Asiyah binti Muzahim menjadi salah satu wanita terbaik di surga.
Jadi, Teman, jangan berkecil hati dengan berbagai fakta yang menghantui. Tetap jalani hari dan bersiaplah menikah suatu saat nanti. Cukuplah ilmu dan iman membekali diri, tanpa ekspektasi. Jadikan Rasul, para sahabat, dan orang-orang saleh sebagai role mode, bukan artis. Bagaimana caranya biar ngerti? Ya ngaji, apa lagi? Wallahu a’lam bishawab.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayagkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]