”Namun, medsos terbukti berperan dalam menguatkan opini di tengah-tengah publik. Di sinilah pemuda bisa berperan untuk menyuplai air bersih menyucikan jiwa-jiwa manusia yang kotor oleh racun sekuler kapitalis dengan wahyu Allah Swt.”
Oleh. Novianti
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Jumlah pengguna internet Indonesia terus tumbuh dari tahun ke tahun termasuk di dalamnya pengguna media sosial (medsos). Menurut laporan We Are Social, jumlah pengguna aktif medsos di Indonesia sebanyak 191 juta orang pada Januari 2022. Jumlahnya meningkat 12,35% dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 170 juta orang. Mereka rata-rata menghabiskan waktu 197 menit atau sekitar 3,2 jam per hari berselancar di medsos.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa ruang digital sudah menjadi ruang sekunder bagi kehidupan manusia setelah ruang fisik sebagai ruang primer. Medsos seharusnya bisa digunakan anak muda sebagai mayoritas pengguna untuk hal yang produktif, tidak sekadar untuk memuaskan eksistensi diri. Terlebih jumlah kelompok anak muda ini diperkirakan akan mencapai hampir 70% pada tahun 2045 dari populasi penduduk Indonesia.
Potensi Medsos Membuat Perubahan
Kekuatan medsos telah terbukti pada beberapa peristiwa hingga tidak hanya berpengaruh pada circle pertemanan tapi sampai skala nasional hingga global. Suatu kekuatan yang dimobilisasi di dunia maya mendorong pergerakan di dunia nyata.
Di Tunisia, seorang pedagang kaki lima Bouazizi membakar dirinya pada 17 Desember 2010 karena protes terhadap penyitaan barang dagangannya dan praktik represif pejabat Tunisia. Kematiannya viral di Twitter dan Fb hingga menyulut kemarahan publik yang akhirnya memaksa Presiden Zine El Abidine mundur setelah 23 tahun berkuasa.
Perubahan di Tunisia menginspirasi rakyat Mesir yang sudah hilang kepercayaan akibat kemiskinan, pengangguran, korupsi, dan serangkaian penyiksaan dari pemerintah. Mereka menggunakan medsos untuk mendatangkan ribuan orang yang menyemut di Tahrir Square, Kairo. Jadwal aksi dan penentuan koordinat protes dilakukan melalui medsos berhasil memaksa Hosni Mubarak mundur dari jabatannya setelah 30 tahun berkuasa.
Kekuatan medsos juga terjadi di Indonesia. Tahun 2010, Buni Yani mengunggah potongan video pidato Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) di Fb dengan judul “Penistaan terhadap Agama”. Berita ini langsung menggerakkan kurang lebih 2 juta umat Islam yang menuntut memenjarakan Ahok. Peristiwa yang dikenal aksi 212 menambah bukti bahwa medsos memiliki kekuatan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Benturan Peradaban di Dunia Maya
Memasuki abad ke-20, Yahudi dan Nasrani dikomandoi Amerika mempresentasikan ideologi sekuler-liberalnya. Amerika berhasil menjadi kekuatan baru dan ingin menguasai dunia termasuk mengeksploitasi negeri-negeri muslim karena kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Pasca Perang Dunia II, Amerika mengubah strateginya agar makin menancapkan pengaruhnya di dunia muslim. Tidak lagi menggunakan perang fisik dengan senjata, amunisi atau pesawat yang memerlukan biaya besar dan mengorbankan banyak nyawa tetapi dengan perang pemikiran.
Obama menjadi presiden karena ditopang medsos. Barat pun mulai melirik medsos sebagai sarana menyebarkan pemikiran untuk menyetting umat Islam yang menguntungkan Barat. Di Indonesia ada isu terorisme, toleransi, muslim moderat yang berakibat terciptanya polarisasi di tengah-tengah umat Islam.
Perang pemikiran atau benturan peradaban sudah diwacanakan oleh Samuel P. Huntington dan yang terjadi adalah antara Islam versus Barat. Menurutnya konflik antara sekuler-liberal dengan sosialis-komunis hanyalah fenomena historikal yang bersifat sementara. Justru yang berada pada kubu berlawanan dengan Barat adalah Islam. Islam memiliki konsep menyatukan antara agama dengan politik sementara Barat memisahkan antara kekuasaan Tuhan dengan negara.
Pertarungan yang sudah Allah jelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 120, "Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti ‘millah’ mereka..” Muslim, tetapi gaya hidup dan cara pandangnya ala Barat.
Realitas ini seharusnya menantang para pemuda muslim untuk ambil bagian. Arus sekularisasi dilawan dengan lemparan aksara di medsos. Menyebarkan opini Islam sebagai ideologi tandingan yang akan memompa darah perubahan ke tengah-tengah umat yang akhirnya meruntuhkan peradaban Barat dengan sifat destruktifnya yang luar biasa.
Indonesia negara yang mayoritas penduduknya muslim dan lebih banyak anak mudanya jika beresonansi, memiliki frekuensi sama mengusung ideologi Islam, maka perubahan politik global akan terakselerasi menciptakan momentum yang mengubah kepemimpinan dunia.
Peran Pemuda dalam Arena Pertempuran di Era Digital
Kekuatan pemikiran bisa mengalahkan kekuatan senjata. Uni Soviet hancur berkeping-keping dengan runtuhnya konsep intelektual yang menjadi penopangnya. Rasulullah membangun negara di Madinah sebagai fondasi awal bagi berdirinya peradaban Islam dalam rentang hampir 13 abad lamanya. Ini bermula dari pembinaan oleh Rasulullah dengan membangkitkan pemikiran para sahabatnya.
Islam sebagai sebuah ideologi adalah kekayaan terbesar yang bisa ditawarkan untuk menciptakan tatanan dunia baru yang hari ini dalam cengkeraman sistem sekuler-kapitalis. Mantan penasihat Presiden Nixon, Ford dan Reagan menegaskan kegagalan Amerika di dunia muslim karena perjuangan untuk menghidupkan Islam kembali terus berlangsung dan semakin kuat. Islam tetap hidup meski kekuasaannya berakhir sejak Khilafah Utsmaniyah runtuh tahun 1924.
Mantan presiden Amerika Richard Nixon menulis dalam bukunya bahwa Islam bukan hanya agama tetapi dasar sebuah peradaban besar. Ini bentuk pengakuan jujur terhadap kebesaran ajaran Islam. Bukti Islam mampu menjawab pertanyaan besar manusia tentang identitas keberadaannya di bumi, termasuk soal demoralisasi, krisis pangan dan energi, pengembangan teknologi dan penataan dunia.
Tentang kelahiran kembali Islam sebagai peradaban berikutnya sudah Rasulullah kabarkan. Beliau bersabda bahwa akan kembali muncul Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian yang menerapkan hukum-hukum Allah. Lalu bagaimana peran generasi muda dalam rangka memperjuangkan tegaknya kembali sistem Khilafah yang menyatukan seluruh umat Islam di bawah satu kepemimpinan?
Imam Al-Ghazali menyiratkan pesan bahwa menulis adalah salah satu cara bagi seorang muslim untuk berdaya sebagaimana para ulama yang meninggalkan jejak ilmunya dalam kitab-kitab yang ditulisnya sebagai cahaya bagi umat. Maka, para generasi muda harus terpanggil untuk menulis di medsos dalam rangka melemahkan hingga akhirnya ideologi sekuler-kapitalis ini lumpuh. Hasil Google Trends menunjukkan popularitas dari waktu ke waktu kata kunci Caliphate lebih tinggi dua lipat dari nation state. Popularitas opini “Caliphate” atau khalifah yang merupakan pemimpin sistem Khilafah makin menguat.
Ini menunjukkan bahwa di abad ke-21, sinyal kebangkitan umat sudah cukup signifikan, geliat umat Islam memperjuangkan Khilafah semakin bergaung. Meski belum tentu di lapangan umat sudah siap menegakkan kepemimpinan Islam sebagai kekuatan politik di dunia. Tentunya dibutuhkan langkah-langkah strategis mengedukasi umat dan meluaskan literasinya terhadap konsep Islam kaffah secara langsung ke tengah-tengah umat.
Namun, medsos terbukti berperan dalam menguatkan opini di tengah-tengah publik. Di sinilah pemuda bisa berperan untuk menyuplai air bersih menyucikan jiwa-jiwa manusia yang kotor oleh racun sekuler kapitalis dengan wahyu Allah Swt. Jangan sampai tren opini Khilafah hanya berhenti sekadar wacana sesaat. Ia harus mengkristal menjadi bangunan ide dan pemikiran.
Wallahu a’lam bi ash-shawwab.[]