Generasi Emas dalam Jebakan Kapitalisme, Mampukah Membawa Perubahan?

”Pemuda hanya dieksploitasi potensinya untuk menjadi pembebek peradaban Barat yang rusak dan penggerak mesin-mesin industri kapitalis. Negeri ini akan terus berkubang dalam kegelapan penjajahan sistematis oleh negara-negara Barat.”

Oleh. Dwi Indah Lestari
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-“Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia”. Ungkapan ini menggambarkan betapa besarnya potensi yang dimiliki pemuda untuk dapat mengubah wajah peradaban sebuah bangsa. Maka siapa pun yang mampu menguasai pemuda, dialah yang akan dapat mengarahkan perubahan sesuai kehendaknya.

Apa Itu Generasi Emas?

Menjelang seabad usianya, sebuah cita-cita besar rupanya tengah dipersiapkan. Tahun 2045 dipandang sebagai sebuah momentum emas bangsa Indonesia. Sebab, pada saat itulah negeri berjuluk zamrud khatulistiwa ini menggenapi usia 100 tahun. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya impian dan gagasan untuk mewujudkan Generasi Emas 2045. Harapannya generasi inilah yang akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang kuat, mandiri, dan mampu sejajar dengan negara maju lainnya.

Perlu diketahui, bahwa pada saat ini, penduduk Indonesia didominasi oleh pemuda, yang terdiri dari generasi Z dan milenial. Menurut data yang dihimpun melalui sensus Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2020 saja, generasi Z mencapai 27,94 persen atau 75,49 juta jiwa dari total penduduk Indonesia sebesar 270,2 juta jiwa. Sementara generasi milenial ditaksir sebesar 25,87 persen atau sebesar 69,90 juta jiwa.

Jumlah angkatan kerja Indonesia pada tahun 2021 pun mencapai angka 144 juta jiwa. Ini berarti Indonesia sudah mulai menerima bonus demografi saat ini, di mana jumlah kelompok usia produktif lebih banyak daripada kelompok usia tidak produktif. Diperkirakan puncak bonus demografi akan diraih pada tahun 2030-2035. Inilah yang mendorong upaya adaptasi dan transformasi dalam mempersiapkan pemuda untuk menyambut era Indonesia Emas 2045.

Dilansir dari menpan.go.id (8/10/2022), Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas saat menjadi pembicara dalam seminar bertema “Mempersiapkan Generasi Indonesia Emas 2045”, secara virtual, Sabtu (08/10), mengatakan generasi muda masa depan harus disiapkan. Mereka tidak boleh hanya kompeten dalam kemampuan digital dan melek sains, namun harus tetap membumi dan berbudaya.

Dikutip dari laman kalibawang.kulonprogokab.go.id (27/4/2022), profil generasi emas yang dicanangkan oleh pemerintah di antaranya adalah generasi yang memiliki kecerdasan komprehensif, inovatif dan produktif, mampu berinteraksi sosial dengan baik dan berkarakter yang kuat. Selain itu, generasi emas juga memiliki fisik dan mental yang sehat serta berperadaban unggul.

Jebakan Kapitalisme

Upaya membentuk pemuda untuk dapat bertransformasi menjadi generasi emas telah dilakukan sejak saat ini. Pendidikan disebut-sebut sebagai salah satu kuncinya. Secara garis besar persiapan yang dilakukan mencakup dua hal, yaitu membangun karakter dan mempersiapkan knowledge and skill pemuda masa kini.

Berkaitan dengan pendidikan karakter, pada tanggal 6 September 2017, lahir Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Pendidikan karakter dinilai sangat penting dalam membangun kualitas individu calon generasi masa depan. Pemuda berkarakter kuat akan mampu melakukan perubahan bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga masyarakat dan bangsa (jendela.kemdikbud.go.id, Juni 2022).

Membangun karakter sangat berkaitan dengan paradigma kehidupan yang dianut oleh sebuah bangsa. Bisa dikatakan karakter suatu bangsa akan ditentukan oleh ideologi atau sistem hidup yang diyakini dan diberlakukan. Tentu saja bisa dilihat dengan jelas bahwa negeri ini sekarang tengah menganut sistem kapitalisme, baik secara pemikiran maupun aturan.

Kapitalisme merupakan sebuah sistem hidup yang menyandarkan seluruh pemikiran dan peraturan pada sekularisme. Ide ini menggariskan adanya pemisahan antara agama dari kehidupan. Dalam program Pendidikan Penguatan Karakter (PPK) yang dicanangkan salah satu karakter yang harus dimiliki generasi muda, adalah religius. Namun, dalam hal ini mereka bukan didorong untuk taat menjalankan seluruh syariat agama, melainkan hanya menempatkan agama dalam ranah ibadah dan privatnya saja (sekuler).

Pada akhirnya kapitalisme telah berhasil menggiring pemuda pada jebakan pertamanya, yaitu berkarakter sekuler. Inilah yang bisa disaksikan saat ini, di mana para pemuda muslim hanya memahami Islam sebatas ritualnya saja. Sementara dalam kesehariannya mereka berkiblat pada nilai-nilai dan budaya Barat, yang justru telah melahirkan berbagai problematik generasi, seperti pergaulan bebas, kenakalan remaja, kerusakan moral dan lain-lain.

Karakter sekuler ini juga mendorong pemuda untuk bersikap individualis. Yaitu generasi yang hanya mengejar kesuksesan dunia untuk dirinya sendiri bukan untuk melayani kemaslahatan umat. Di sisi lain penanaman nasionalisme sebagai derivat dari kapitalisme, telah menempatkan kecintaan pemuda terhadap bangsa dan tanah air lebih tinggi dari apa pun, termasuk terhadap agama yang diyakininya. Hal inilah yang menjadi target dari moderasi beragama yang kini tengah deras diaruskan.

Sementara itu, langkah kedua yaitu mempersiapkan kompetensi pemuda dengan pengetahuan dan keterampilan, justru mengantarkan pemuda pada jebakan kedua, yaitu sebatas menjadi tenaga terampil. Hal ini terlihat dari arah dunia pendidikan saat ini yang mengikuti kehendak industri. Konsep Merdeka Belajar yang kini diterapkan hanya mengharapkan lulusan pendidikan menjadi tenaga kerja profesional. Padahal, dengan segenap potensinya, pemuda semestinya menjadi agent of change. Bukan sekadar buruh.

Dengan gambaran semacam ini, sulit rasanya mengharapkan generasi emas yang tercipta nantinya adalah generasi yang mampu membawa perubahan bangsa ini menuju peradaban unggul. Yang ada justru pemuda hanya dieksploitasi potensinya untuk menjadi pembebek peradaban Barat yang rusak dan penggerak mesin-mesin industri kapitalis. Negeri ini akan terus berkubang dalam kegelapan penjajahan sistematis oleh negara-negara Barat.

Generasi Emas Hanya Lahir dalam Sistem Islam

Dalam sejarah peradaban manusia, satu-satunya generasi emas yang pernah lahir adalah dari kaum muslim. Generasi ini lahir di awal Islam diturunkan kepada Rasulullah saw. yang kemudian diteruskan pada generasi-generasi berikutnya selama kurang lebih 13 abad lamanya. Selain Rasulullah saw., para sahabat menjadi representasi pertamanya. Sebut saja Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin Umair, Sa’ad bin Abi Waqqash, Khalid bin Walid, Utsman bin Affan, Umar bin Khatthab dan masih banyak lainnya.

Allah Swt. memuji mereka bahkan mengabadikannya di dalam banyak ayat Al-Qur’an. “Dan orang-orang yang terlebih dulu (berjasa kepada Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah telah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Dan Allah telah mempersiapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (TQS. At Taubah : 100)

Setelah masa sahabat, lahir generasi terbaik berikutnya, seperti Umar bin Abdul Aziz, Uwais Al-Qarni, Imam Syafi’i, Shalahuddin Al-Ayyubi, Muhammad Al-Fatih dan masih banyak lagi. Mereka adalah generasi terbaik yang pernah lahir di muka bumi. Mereka bukan hanya berakhlak mulia, namun menguasai banyak keahlian dalam berbagai bidang. Dari tangan merekalah peradaban Islam yang agung lahir dan pernah menjadi mercusuar dunia.

Generasi terbaik kaum muslim tersebut lahir dari sistem pendidikan Islam di mana Khilafah sebagai pelaksananya, yang menjadikan akidah Islam sebagai landasannya. Berdasarkan akidah Islam pula tujuan pendidikan dalam Khilafah ditentukan. Dalam buku Strategi Pendidikan Negara Khilafah, yang ditulis Abu Yasin, pada poin Tujuan Umum Pendidikan Negara Khilafah, dijelaskan bahwa tujuan pendidikan ada dua, yaitu;

Pertama, membangun kepribadian Islam, yakni pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah) Islam. Hal ini dilakukan dengan cara menanamkan tsaqafah Islam berupa akidah, pemikiran, dan perilaku islami ke dalam benak dan jiwa peserta didik.

Kedua, mempersiapkan generasi muda muslim untuk menjadi ahli dan pakar di berbagai aspek kehidupan, baik dalam keilmuan Islam, seperti menjadi ulama, ahli fikih, mujtahid, maupun ilmu-ilmu terapan, seperti menjadi dokter, ahli teknik, arsitek, dan lain-lain.

Maka tidak mengherankan dari rahim sistem pendidikan Islam, generasi yang terwujud adalah individu-individu yang saleh, yang taat dan takut bermaksiat kepada Allah. Generasi ini juga adalah generasi yang mengabdikan keilmuannya untuk kemaslahatan umat. Mereka senantiasa berpikir untuk kepentingan agama dan umat, bukan sosok-sosok yang mengejar ambisi pribadi. Maka tak heran dalam sekejap saja mereka mampu menciptakan sebuah peradaban tinggi yang belum ada tandingannya hingga kini.

Inilah yang semestinya menjadi profil bagi generasi emas yang ingin dibentuk. Generasi semacam inilah yang benar-benar akan dapat mengantarkan perubahan negeri ini menuju bangsa yang maju bahkan bisa menjadi pusat peradaban dunia. Maka tak ada jalan lain untuk mewujudkannya, kecuali dengan memperjuangkan kembalinya sistem Islam dalam naungan Khilafah di tengah kehidupan. Dengannya niscaya generasi terbaik itu akan kembali lahir di tengah umat.

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (TQS. Ali Imran: 110)
Wallahu’alam bisshowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Dwi Indah Lestari Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Fanatisme Berlebihan, Nyawa Jadi Taruhan
Next
Islam Wujudkan Rumah Tangga Samara Bukan Sandiwara
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram