"Apakah sampai hari ini kita tidak menyadari bahwa dengan diturunkannya Al-Qur'an ke dunia adalah bukti cinta Allah yang paling pertama dan utama untuk hamba-Nya? Tidakkah kita mengambil hikmah bahwa dengan adanya Al-Qur'an Allah tidak membiarkan kita dipenuhi rasa kebingungan dalam menjalani hidup?"
Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(RedPel NarasiPost.Com)
NarasiPost.com-Sahabatku, pernahkah kita berada di posisi selemah-lemahnya iman? Jika pernah, maka itulah upaya terakhir kita berpasrah atas apa yang menimpa diri. Selemah-lemahnya iman bukan berarti kita memiliki hati yang rapuh atau hati yang sedang tidak baik-baik saja, akan tetapi inilah kondisi di mana gambaran sebuah kehidupan telah terlukis nyata di depan mata kita. Keadaan ini menyadarkan kita tentang sebuah luka, kekecewaan, bahkan ketakutan yang mungkin tak pernah kita pikirkan sebelumnya.
Sebagai manusia yang sempurna dengan akal, tentu kita tidak akan membiarkan diri kita berlarut pada kondisi kekecewaan yang mendalam atau semisalnya. Kita akan mencari cara untuk mengubur kekecewaan, ketakutan, dan luka agar mampu menata hidup yang lebih berharga dan bermakna. Di sinilah pentingnya sebuah penenang jiwa agar luka, kekecewaan, bahkan ketakutan yang dirasakan tadi berubah menjadi ketenteraman.
Menata hati memang tidaklah mudah semudah mengedipkan mata. Bahkan ada manusia-manusia yang justru larut dalam keadaan demikian. Rasa sakit, kekecewaan, dan luka mengubahnya menjadi manusia pemarah, suka merutuk, bahkan tak segan menyalahkan Sang Pencipta atas keadaan yang menerpa dirinya. Padahal telah jelas dalam Al-Qur'an bahwa Allah itu Maha Rahman dan Rahim. Bahkan ada satu surah khusus yang membahasnya, yakni Ar-Rahman yang berjumlah 78 ayat.
Jangan Salahkan Sang Pencipta
Menyalahkan Sang Pencipta atas keadaan tadi tentu adalah sikap yang keliru. Perlu kita ketahui bahwa Sang Pencipta itu baik dan penyayang. Bahkan cinta-Nya pada hamba-Nya tak ada yang menandingi. Sebab cinta Allah adalah cinta yang tidak terbatas pada apa pun, bahkan tak bisa disamakan dengan kasih sayang siapa pun di alam semesta ini. Sebagaimana firman-Nya,
نَبِّئعَذَابِىٓ أُصِيبُ بِهِۦ مَنْ أَشَآءُ ۖ وَرَحْمَتِى وَسِعَتْ كُلَّ شَىْءٍ
“Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat (kasih sayang)-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raf: 156)
Apakah sampai hari ini kita tidak menyadari bahwa dengan diturunkannya Al-Qur'an ke dunia adalah bukti cinta Allah yang paling pertama dan utama untuk hamba-Nya? Tidakkah kita mengambil hikmah bahwa dengan adanya Al-Qur'an Allah tidak membiarkan kita dipenuhi rasa kebingungan dalam menjalani hidup? Ketahuilah bahwa Allah menurunkan Al-Qur'an sebagai penuntun dan pedoman hidup manusia, agar meraih keridaan Allah yang berakhir pada kenikmatan surga.
Bukti kecintaan Allah pada kita yang lain adalah dengan tidak membiarkan manusia berjalan "sendirian" di atas muka bumi ini. Allah memberi karunia berupa "best friend" yang akan menemani kita menuju kebahagiaan hakiki. Dialah Rasulullah saw. yang hingga hari ini kita yakini Keesaan Allah sebab darinya kita mengenal Sang Pencipta yang Maha Rahman. Bahkan Rasulullah mengajarkan kita bagaimana menjalin hubungan dengan Allah (hablum minallah) dan dengan sesama manusia (hablum minannas) melalui hadis dan sunah-sunah beliau yang diwariskan kepada para ulama pewarisnya.
Masih banyak lagi bukti cinta Allah kepada hamba-Nya, seperti diciptakannya alam semesta, termasuk di dalamnya tumbuh-tumbuhan dan binatang untuk memenuhi kebutuhan manusia. Belum lagi dengan luasnya ampunan Allah ketika mendapati hamba-Nya bermaksiat dan mendustakan-Nya hingga sang hamba betul-betul bertobat. Bahkan digambarkan dalam sebuah hadis bahwa "tangan" Allah Swt. terbuka setiap saat bagi mereka yang mau bertobat. Rasulullah saw. bersabda,
"Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang berbuat keburukan di siang hari bertobat, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat keburukan di malam hari bertobat. (Ini akan terus berlaku) hingga matahari terbit dari arah Barat." (HR Muslim)
Maka akan sangat merugi orang-orang yang telah menyalahkan Sang Pencipta atas keadaan yang menerpanya. Ketahuilah bahwa selama berada dalam area kuasa manusia, maka sejatinya mereka sendirilah yang telah memilih jalan hidupnya dan tentu Allah akan meminta pertanggungjawaban atas pilihan hidupnya. Berbeda ketika takdir terjadi di luar kuasa manusia, dalam hal ini takdir tersebut berada dalam kekuasaan Allah, maka itu merupakan "kode" atau peringatan dari Allah agar manusia pandai bersyukur dan senantiasa mengingat Allah dalam keadaan apa pun.
Berbaik Sangkalah!
Allah memberikan limpahan rahmat dan curahan kasih sayang-Nya kepada manusia agar mereka meninggikan rasa syukur. Sesungguhnya ujian hidup, bencana silih berganti, bahkan ketika kita ditinggalkan oleh orang-orang yang kita cintai tidak lain ada hikmah di baliknya. Bisa jadi dengan ujian bertubi-tubi Allah ingin mengangkat derajat kita. Bisa jadi dengan bencana silih berganti Allah ingin agar kita muhasabah kolektif di tengah gempuran pemikiran sekuler dan liberalisme yang menggerogoti sendi-sendi kehidupan di dunia ini. Bahkan bisa jadi dengan perginya orang-orang yang kita sayangi lebih dulu, Allah ingin mengajarkan kita arti sebuah keikhlasan dan bahwa segala yang kita punya bahkan yang melekat di badan sekalipun hanyalah titipan yang fana.
Hendaknya manusia berbaik sangka kepada Allah Swt. baik dalam kondisi tertinggi maupun terendah yang tengah dialaminya. Sebab Allah berfirman dalam sebuah hadis qudsi,
“Anaa inda zhanni abdii-bi.” Yang artinya, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku.”
Oleh karena itu Sahabatku, tanamkan sikap optimisme dalam menjalani hidup sebab ia merupakan bentuk prasangka baik pada Allah. Sebaliknya, buang jauh-jauh sikap pesimisme, sebab itu merupakan bentuk buruk sangka kepada Allah Swt. Karena ada jawaban atas luka dan sedih yang membelenggu, ada harapan dikala rasa kecewa dan ketakutan bertarung, dan sungguh ada doa-doa yang dilangitkan hingga "aminnya" mengguncang arasy Allah Swt.
Khatimah
و عن جابِر بن عبدِ اللَّه ، رضي اللَّه عنهما ، أَنَّهُ سَمِعَ النَبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، قَبْلَ موْتِهِ بثلاثَةِ أَيَّامٍ يقولُ : « لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُم إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّه عزَّ وَجَلَّ » رواه مسلم
"Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma bahwasanya ia mendengar Nabi shalallahu alaihi wasalam, sebelum wafatnya kurang tiga hari pernah bersabda: “Janganlah seseorang dari engkau semua itu meninggal dunia, melainkan ia harus berbaik sangka kepada Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Muslim)
Wallahu a'lam bi ash-shawab.[]