Bukan Ibu RT Biasa

"Sosok demikian hanya bisa lahir dari seorang ibu rumah tangga ideologis. Ibu rumah tangga yang menjadikan Islam sebagai dasar pemikiran untuk setiap aktivitasnya. Maka layak jika disebut wanita sebagai tiang negara. Karena di tangan wanita negara ditentukan. Jika wanitanya baik, maka baik pula negara, begitu pula sebaliknya."

Oleh. R. Raraswati
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi dan Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.com-Menjadi Ibu Rumah Tangga (RT)? “Ah, aku maunya wanita karier.” Atau “Gengsi dong…, sekolah tinggi-tinggi, sarjana, kalau ujungnya hanya sebagai ibu rumah tangga.”

Bahkan ada yang balik bertanya, “Apa hebatnya jadi ibu rumah tangga?” Walau ada juga yang menjawab “Aku mau jadi ibu rumah tangga ‘saja’, gak pusing dan capek cari duit.”

Begitulah kurang lebih jawaban remaja putri saat ini ketika ditanya sudah siapkah menjadi Ibu RT alias ibu rumah tangga saat menikah nanti? Semua jawaban di atas terkesan merendahkan atau meremehkan gelar ibu rumah tangga. Dianggapnya itu pekerjaan biasa, tanpa bayaran, tidak ada jabatan apalagi jenjang karier. Lebih parahnya lagi dipandang rendah sesama teman yang bekerja. Padahal, justru di situlah letak kehebatan ibu rumah tangga. Seorang ibu rumah tangga bekerja tanpa batas waktu alias 24 jam penuh. Artinya, saat waktu istirahat pun jika dibutuhkan ia akan segera bergerak melaksanakannya.

Contoh, ketika seorang wanita yang baru melahirkan, ia harus segera bangun di tengah malam untuk memberikan ASI kepada bayinya yang tiba-tiba menangis karena haus. Bisa juga harus bangun mengganti popok bayi saat menangis di tengah malam karena sudah penuh pipis atau bahkan mungkin buang hajat besar.

Selain harus siap siaga 24 jam, ibu rumah tangga juga harus multitasking alias serba bisa. Bisa dibayangkan, seorang ibu harus mampu mengurus rumah dan sekitarnya (halaman depan dan belakang, jika ada). Mulai bersih-bersih, menata perabotan, memilih dan meletakkan pernak-pernik yang cocok untuk menghias ruangan sampai bagaimana merawat setiap benda yang ada. Kemudian ibu juga harus melayani suami, mulai urusan makan dan minumnya, pakaiannya, hingga tidur. Bahkan memotivasi dalam hal mencari nafkah.

Ketika sudah memiliki anak, seorang ibu rumah tangga bertambah amanah. Ia harus mampu merawat sang anak bagaikan baby sitter. Belum lagi urusan dapur yang juga harus pintar masak enak meski dengan bahan sederhana agar keluarga suka makan bersama di rumah. Masih ditambah urusan sumur, cuci pakaian, cuci peralatan dapur setelah masak ataupun makan dan seterusnya. Wow, ternyata ibu rumah tangga itu keren! Jika wanita karier hanya dituntut untuk bisa melakukan satu atau beberapa hal yang saling berkaitan saja, tapi ibu rumah tangga harus bisa semuanya.

Tidak cukup di situ, seorang ibu juga harus sigap dan mampu menjadi perawat dadakan ketika ada anggota keluarga yang sakit. Tahu cara memberikan kompres ketika demam, mengerti makanan apa saja yang tidak boleh atau yang harus diberikan kepada yang sakit, dan sebagainya. Bahkan terkadang seorang ibu harus bisa menjaga kesehatannya sendiri dan merawat secara mandiri ketika dirinya sakit. Tak jarang ia tetap melakukan aktivitas memasak, mencuci, merawat anak, dan melayani suami meski dalam kondisi sakit (selama masih mampu). Kenapa? Karena tugas ibu tidak bisa tergantikan. Kalaupun bisa dikerjakan orang lain, tak akan pernah sama.

Ketika suami sedang mengalami masalah dengan pekerjaannya, istri pun punya peran penting sebagai motivator yang terus memberikan semangat. Membesarkan hati suami bahkan memberi saran langkah apa yang bisa dilakukan. Menghibur suami agar tetap senang dan berpikir positif ke depan akan lebih baik. Ya, selain motivator juga berperan sebagai psikolog ala ibu rumah tangga, bahkan penasihat. Itulah sederet kehebatan ibu rumah tangga. Dalam urusan suami dan pekerjaannya saja, ibu rumah tangga bisa berperan menjadi tiga ahli sekaligus yaitu motivator, psikolog dan penasihat.

Uraian di atas, jelas ibu rumah tangga punya kemampuan mengurus rumah sekaligus penata ruangan, chef alias juru masak, tukang loundry atau pencuci pakaian sepaket dengan setrika, perawat bayi dan anak, motivator, psikolog, penasihat. Semua bisa dilakukan ibu rumah tangga. Tidak cukup berhenti di situ, ia juga harus bisa menjadi ahli keuangan yang handal. Pasalnya, banyak suami yang menyerahkan penghasilannya kepada istri untuk dikelola hingga mampu memenuhi semua kebutuhan keluarga. Nah, kalau istri suka belanja barang mewah untuk keperluan pribadinya saja, bisa ludes gaji suami sebulan dalam sekali belanja. Maka, di tangan istri atau ibu rumah tanggalah keuangan keluarga bisa aman atau justru merana. Ibu yang cerdas mampu mengetahui prioritas kebutuhan, selalu bisa memaksimalkan yang ada tanpa harus mengada-ada. Penuhi kebutuhan bukan keinginan, itu kunci mengatur keuangan keluarga. Sampai di sini semakin terbayang, ya, kehebatan ibu rumah tangga.

Ketika anak sudah mulai besar, sekolah, ibu memiliki peran lebih ekstra di bidang belajar mengajar. Menemani anak belajar, bahkan tak jarang membantu menyelesaikan tugas rumah yang diberikan sekolah. Meskipun mengajarkan sesuatu telah dilakukan sang ibu sejak anak usia balita. Ya, saat anak masih bayi pun sang ibu yang cerdas akan memberikan pembelajaran. Misalnya, baca basmalah sebelum memberi ASI, hamdalah setelahnya, bacakan doa sebelum bayi tidur maupun saat bangun dan sebagainya. Itu adalah proses ibu mendidik sang anak.

Maka, tidak salah jika disebutkan bahwa ibu adalah orang pertama dan utama pendidik, guru bagi anak. Hal ini terus berlaku hingga waktu batas usia. Lihat saja, seorang anak yang telah memiliki keluarga pun masih sering bertanya, minta pendapat pada ibunya saat ia memiliki masalah keluarga. Bahkan sampai menurun mendidik, membimbing cucu-cucunya. Itu karena ibu sebagai guru seumur hidup bagi anak-anaknya akan terus membimbing, mengajarkan nilai-nilai kehidupan. Inilah guru sejati tanpa tanda jasa.

Begitu banyaknya amanah yang harus dikerjakan, seorang ibu rumah tangga harus pandai memanfaatkan waktunya. Misalnya saja, memasak nasi di alat elektronik yang bisa ditinggal, juga mencuci pakaian di mesin cuci di waktu yang sama. Sementara ia memasak sayur dan lauk-pauknya di dapur yang memungkinkan juga disertai mencuci peralatan dapur setelah selesai digunakan sambil menunggu masakan matang. Ia juga harus tetap sigap mengurus anak yang tiba-tiba membutuhkannya (terutama jika memiliki balita) meski saat itu sedang masak.

Jadi, ketika suami akan berangkat kerja, makanan sudah siap, pakaian kotor sudah selesai dicuci, dapur dan peralatannya sudah kinclong, anak dan ibunya pun telah selesai mandi dan harum. Sehingga, seorang ibu rumah tangga yang tangguh mampu mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus dalam waktu yang sama. Tidak menyelesaikan satu pekerjaan baru mengerjakan yang lainnya, jelas tidak akan cukup waktu 24 jam untuk itu. Kepiawaian ibu memaksimalkan waktu ini akan terus terasah seiring dengan berjalannya waktu. Semakin banyak amanah, semakin cerdas ia menggunakan waktunya.

Apakah masih ada aktivitas ibu rumah tangga yang lain? Tenang, ada banyak peran penting seorang ibu yang ternyata juga bisa berpengaruh pada negara. Wow banget 'kan? Dari aktivitas ibu yang mendidik anaknya mulai baru dilahirkan hingga akhir hayatnya akan membentuk anak dengan kepribadian mulia. Jika sang ibu istikamah menanamkan aqliyah islamiyah (pola pikir Islam), maka akan terbentuk generasi yang memiliki nafsiyah islamiyah (pola sikap Islam). Dengan kata lain, menjadikan anak sebagai sosok manusia dewasa bersyakhshiyah islamiyah (berkepribadian Islam). Saat itulah sang ibu berhasil mencetak generasi yang mampu berpikir cemerlang.

Seseorang yang memiliki pemikiran cemerlang, mampu menganalisis keadaan dan membuat keputusan secara bijak. Kenapa demikian? Karena orang yang berpikir secara cemerlang seolah ia terbang dan mampu melihat fakta secara keseluruhan. Sehingga ketika menjadi seorang pemimpin, ia mampu menganalisis dan mengambil kebijakan yang tepat. Sosok demikian hanya bisa lahir dari seorang ibu rumah tangga ideologis. Ibu rumah tangga yang menjadikan Islam sebagai dasar pemikiran untuk setiap aktivitasnya. Maka layak jika disebut wanita sebagai tiang negara. Karena di tangan wanita negara ditentukan. Jika wanitanya baik, maka baik pula negara, begitu pula sebaliknya.

Semua pemaparan di atas merupakan aktivitas ibu rumah tangga di dalam rumah. Sebagian besar waktu muslimah memang sebaiknya ada di dalam rumah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu” (TQS. Al-Ahzab: 33).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa hendaklah wanita berdiam di rumahnya. Namun, bukan berarti tidak boleh keluar rumah sama sekali. Wanita bisa keluar jika ada kebutuhan. Misalnya menuntut ilmu, karena Allah memerintahkan manusia untuk menuntut ilmu sebagaimana disampaikan di dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11. Di dalam ayat tersebut berisi anjuran untuk berlapang-lapang di majelis dalam artian menuntut ilmu. Ini berlaku bagi kaum muslim laki-laki maupun perempuan. Maka boleh hukumnya ibu rumah tangga keluar rumah untuk menuntut ilmu. Bagaimanapun juga, seorang ibu butuh ilmu untuk mengurus rumah tangganya.

Selain menuntut ilmu, seorang muslimah termasuk ibu rumah tangga juga memiliki kewajiban berdakwah. Sebagaimana seruan Allah Swt. dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 104, bahwasannya hendaklah ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Sedangkan dakwah mengharuskan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini tentu mengharuskan keluar rumah meski dalam kondisi tertentu, bisa kita lakukan di rumah dengan memanfaatkan fasilitas komunikasi yang telah maju. Dengan dakwah, umat khususnya wanita dan anak-anak bisa memahami Islam dan menjadikannya sebagai pedoman hidup. Karena wilayah dakwah wanita adalah sesama wanita dan anak-anak. Tanpa kiprah seorang ibu dalam dakwah, memungkinkan banyak kaum hawa dan anak-anak kurang atau bahkan tidak mengenal Islam secara kaffah (menyeluruh).

Nah, itulah deretan aktivitas yang seharusnya dilakukan seorang ibu rumah tangga. Semua hanya bisa dilakukan oleh wanita tangguh bergelar ibu rumah tangga. Bukan ibu rumah tangga biasa yang dapat melakukan hal tersebut. Dia adalah ibu rumah tangga ideologis yang menerapkan Islam sebagai dasar pemikiran dan perbuatannya. Jadi, masih mengganggap ibu rumah tangga sebagai posisi yang biasa apalagi rendah? Nyatanya banyak wanita sekarang memilih sebagai wanita karier dan melepaskan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga karena merasa beratnya amanah yang ditanggung. Maka, berbahagialah wahai ibu rumah tangga yang dapat menjalankan fitrah dan amanah yang Allah berikan. Kedudukanmu mulia, derajatmu tinggi, bayaranmu tak ternilai materi karena diberikan langsung Sang Pemilik kehidupan ini yaitu Allah Swt. Tetap semangat, lakukan yang terbaik! Wallahu a’lam bishshawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
R.Raraswati Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Elegi Primbon
Next
Fanatisme Berlebihan, Nyawa Jadi Taruhan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram