"Ketika mengharapkan keberhasilan dalam hidup, maka harus bersungguh-sungguh menjalaninya dan bersungguh-sungguh meraih cita-cita mulianya. Agar cita-citanya tidak menjadi angan-angan saja. Betapa banyak hari ini orang mendamba surga namun masih terlena dengan gemerlap dunia yang fana. Masih banyak yang berharap kesuksesan namun masih membiarkan waktu luang mengelabuinya."
Oleh. Erni Susanti
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.com-Sahabat Ali ra. pernah berkata, "Tingginya tekad adalah bagian dari keimanan." Maka sudah selayaknya seorang muslim memiliki himmah atau tekad yang kuat serta cita-cita yang menjulang tinggi. Bahkan mendamba surga dan berharap perjumpaan dengan Allah Swt. haruslah menjadi cita-cita tertinggi dalam diri seorang muslim.
Namun, sudah menjadi kepastian untuk meraih cita-cita tinggi tersebut tidaklah mungkin dicapai hanya dengan berangan-angan atau bermalas-malasan saja. Sudah menjadi sunatullah bagi siapa saja yang menginginkan barang berharga, barang yang istimewa, ia harus rela membayarnya dengan harga yang sangat mahal. Apalagi jika mengharapkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Lantas bagaimana agar seorang muslim mampu mewujudkan cita-citanya?
Perlu Adanya Keseriusan
Seorang muslim diperintahkan untuk mengerjakan segala amal kebaikan dengan bersungguh-sungguh. Dalam perkara dunia maupun akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah dan masing-masing berada dalam kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam (mengerjakan) hal-hal yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan dari Allah dan janganlah bersikap lemah.” (HR. Muslim)
Hadis di atas menegaskan kepada seorang muslim untuk selalu memohon pertolongan hanya kepada Allah Swt. Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah saja seorang muslim mampu meraih keberhasilan dalam hidupnya. Namun sebelum pertolongan itu datang, seorang muslim tetap diharuskan mengerahkan segenap kemampuan dalam meraih keberhasilannya.
Mari kita ingat bagaimana kisah Muhammad Al-Fatih yang mampu menaklukkan Konstantinopel. Sekaligus menjadi jawaban bisyarah Rasulullah saw. tentang Kota Heraclius yang akan ditaklukkan oleh kaum muslimin. Ternyata proses penaklukannya tidak ditempuh dengan bersantai-santai saja. Muhammad Al-Fatih tidak langsung menyerah setelah menemui kesulitan menembus jalur laut, benteng, dan bawah tanah Konstantinopel. Tapi ia kemudian mengangkut kapalnya ke bukit untuk menembus jalur darat yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Begitulah gigihnya Muhammad Al-Fatih hingga Allah izinkan baginya menjadi sebaik-baik pemimpin dalam penaklukan Konstantinopel. Tentu masih banyak kisah heroik yang terjadi pada kaum muslimin dalam menghiasi peradaban gemilang Islam. Semuanya dihasilkan dari keseriusan bukan main-main belaka.
Kita juga bisa merasakan bagaimana kesungguhan para ulama terdahulu menjaga khazanah keilmuan Islam. Hingga hari ini kita bisa dengan mudah menjumpai atau mempelajari kitab-kitab fikih, hadis, sirah, dan sebagainya. Kitab yang berjilid-jilid itu pada mulanya adalah tulisan tangan yang ditulis dengan penuh keseriusan. Mengorbankan banyak waktu dan tak memberi ruang untuk kesia-siaan.
Maka demikianlah seorang muslim hari ini. Ketika mengharapkan keberhasilan dalam hidup, harus bersungguh-sungguh menjalaninya. Bersungguh-sungguh meraih cita-cita mulianya. Agar cita-citanya tidak menjadi angan-angan saja. Betapa banyak hari ini orang mendamba surga namun masih terlena dengan gemerlap dunia yang fana. Masih banyak seseorang yang berharap kesuksesan namun masih membiarkan waktu luang mengelabuinya.
Manfaatkan Waktu Sebaik-baiknya
Banyak nasihat para ulama yang bisa kita temukan hari ini. Mereka menekankan agar setiap muslim benar-benar memanfaatkan waktunya dengan baik. Artinya jangan sedikit pun dihabiskan dengan hal yang sia-sia. Bahkan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata,
"Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskan dirimu dari dunia dan penduduknya." Masih perkataan beliau, "Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil."
Apa yang dikatakan Ibnu Qayyim juga tampak pada gurunya, yakni Ibnu Taimiyah. Seorang ulama yang memiliki karya tulis hingga 500 jilid. Setiap hari tak ingin melewatkan waktunya kecuali untuk mengajar, menulis, dan beribadah. Bahkan dalam kondisi sakit ataupun bepergian selalu menyempatkan untuk menelaah suatu ilmu. Betapa mereka menyadari nikmat waktu yang tidak akan pernah kembali.
Tak jarang demi berlangsungnya proses menuntut ilmu, para ulama harus mengorbankan waktu makannya, tidurnya, dan bersenang-senangnya. Bahkan mereka benar-benar akan meninggalkan perkara yang tidak ada manfaatnya. Sebagaimana perkataan Ibnu Qayyim di atas, ketika terlalu sering melakukan hal yang batil akan semakin menjauhkan seseorang dari upaya melakukan kebaikan.
Maka benar, sangat merugi orang-orang yang lalai dengan waktunya. Di dunia tak memberi kontribusi yang berarti, di akhirat menyesal karena tak cukup bekal. Perbandingan usia seseorang dengan usia sebuah peradaban tampaknya sangat jauh. Usia seseorang mungkin hanya sebuah noktah dari sebuah garis panjang yang menjulang. Betapa sangat singkat sekali kehidupan di dunia ini.
Namun kesempatan untuk memberikan kontribusi pada sebuah peradaban sebenarnya sangat terbuka lebar. Kita hanya perlu mengikuti jalan yang telah diajarkan Rasulullah saw. Jalan yang telah dibuktikan oleh para ulama dengan karyanya yang tetap hidup di tengah-tengah kita hingga hari ini. Yakni jalan yang bermula dari memanfaatkan waktu dengan sangat baik. Kemudian menetapkan cita-cita yang tinggi. Lalu dengan tekad yang kuat dan kesungguhan berusaha meraih cita-cita tersebut.
Khatimah
Mari kita renungkan firman Allah Swt. dalam surat Al-Baqarah ayat 214 yang artinya,
"Apakah kalian mengira akan (dapat) masuk surga sedang belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncang (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat."
Dalam ayat di atas Allah Swt. telah mengabarkan bahwasanya orang-orang yang mendamba surga akan diuji terlebih dahulu. Maka kita harus sadar bahwa menempuh jalan menuju surga itu tidak akan mudah. Tidak bisa dilalui dengan bersenda gurau. Tapi harus dibuktikan dengan penuh kesungguhan. Mengerahkan segenap waktu, tenaga, dan pikiran.
Namun kita pun harus yakin, jika kita selalu berusaha menempuh jalan keberhasilan di dunia, dengan izin Allah jalan ini akan sampai pada puncak tertinggi. Yaitu mampu memasuki surga yang di dalamnya terdapat sungai dan mata air yang mengalir, diberikan perhiasan berupa emas dan mutiara, serta berpakaian indah dari bahan sutra. Wallahu a'lam bishawab.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]