Kenapa Ada Ibu yang Tidak Bahagia?

"Perasaan kesepian dapat merasuki perasaan ibu dari level mana pun tanpa terkecuali. Aspek kejiwaan ibu yang kompleks tidak bisa dianggap enteng dan diserahkan pada kecakapan masing-masing keluarga. Oleh karena itu, peran negara dan masyarakat turut menentukan kebahagiaan seorang ibu."

Oleh. Alga Biru
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.com-Ibu adalah tempat pertama kita mengenal kenyamanan, kehangatan, dan kasih sayang. Sosok yang berjuang demi kehidupan kita sejak dari alam rahim, kelahiran hingga membesarkan anak yang dulu dikandungnya selama 9 bulan. Dalam pengorbanan seolah yang tiada habisnya, bagaimana bisa seorang ibu kemudian memilih menghabisi nyawa sang buah hati? Tidakkah ini bertolak belakang dengan cinta dan kasih sayang itu sendiri?

Patut diingat, selain sosoknya yang lembut, ibu merupakan figur yang rentan. Sistem sosial yang tidak mendukung aktivitas ibu yang paripurna akan menggoyahkan ibu hingga keluar dari fitrahnya. Ketika seorang ibu melahirkan bayi yang dikandungnya, ia langsung bekerja untuk menyusui sekehendak permintaan bayi. Sementara itu, aktivitas menyusui tidaklah semudah kelihatannya. Aktivitas pengasuhan bukanlah sesuatu yang nature, tetapi lebih dekat kepada nurture yang artinya perlu effort alias ada usaha untuk memahami, menganalisis, mempelajari, dan memilih pada akhirnya. Jika aktivitas maha berat yang tidak mengenal distraksi ini tidak disokong oleh sistem kehidupan yang mumpuni, beratnya menjadi ibu akan melahirkan respons berkebalikan dari ibu, yakni pengabaian, sumber penderitaan, kesepian bahkan kematian.

Seorang ibu gantung diri di Pinrang, Sulawesi Selatan. Sebelum gantung diri, wanita itu meracuni kedua putranya hingga tewas. Dalam olah TKP, ditemukan rekaman voice note yang dikirimkan kepada suaminya, yang mana sang ibu merasa malu karena tidak sanggup membayar utang. Sampai di sini kita mendapati bahwa ibu tidak hanya menanggung beban pengasuhan tetapi boleh jadi tanggung jawab finansial dan domestik rumah tangga lainnya. Ibu yang putus asa ini bahkan “mengajak” anaknya untuk meninggalkan dunia ini dan percaya dengan membunuh kedua anaknya artinya membebaskan anak-anak dari derita dunia menuju alam surga.

"Dia bilang dia sudah kirim ke surga anaknya (minum racun)," ungkap Kasat Reskrim Polres Pinrang AKP Muhalis menjelaskan isi rekaman tersebut. Kita merasa ngilu tatkala mendapati fakta senada tentang ibu yang tega menampar anak balita dan menggantung anaknya tersebut. Lantaran sang suami tidak menafkahi, ibu asal Lampung tersebut gelap mata dengan melampiaskan kemarahan kepada anak. Maka benarlah sebuah ungkapan yang menyebutkan bahwa titik kebahagiaan sebuah keluarga berasal dari sosok ibu. Kebahagiaan ibu adalah kebahagiaan seluruh keluarga dan seharusnya sistem masyarakat kita lebih peka dengan aspek yang melingkupi kehidupan para ibu.

Kenapa ada ibu yang tidak bahagia? Bagaimanakah pemicu stres menjauhkan ibu dari kebahagiaannya? Faktor ekonomi memberi porsi yang cukup besar memicu stres di kalangan ibu-ibu, baik ibu rumah tangga maupun ibu bekerja. Namun, bukan berarti ibu yang memiliki kecukupan finansial pasti terbebas dari risiko depresi atau stres. Rachel Gurevich, penulis buku "The Doula Advantage: Your Complete Guide to Having an Empowered and Positive Birth with Help of a Professional Childbirth Assistant" mengatakan bahwa kehadiran anak sering kali menjadikan seorang ibu terisolasi dan kerap merasa kesepian. Satu sisi, ibu merasa senang dengan hadirnya anggota keluarga baru dan di sisi lain hidupnya yang dulunya “bebas” seolah “terkekang” dalam rutinitas keseharian selama mendampingi anak-anak terutama sejak kelahiran bayi.

Perasaan kesepian ini dapat merasuki perasaan ibu dari level mana pun tanpa terkecuali. Aspek kejiwaan ibu yang kompleks ini tidak bisa dianggap enteng dan diserahkan pada kecakapan masing-masing keluarga. Peran negara dan masyarakat turut menentukan kebahagiaan ibu. Contoh saja, perasaan terisolasi ibu dapat berasal dari tuntutan masyarakat bahwa untuk menjadi ibu yang baik maka terus menerus di sisi anak sepanjang waktu, tetap berada di rumah, dan lainnya. Ini hanya salah satu contoh saja mengapa masyarakat juga punya peran. Faktor negara pun demikian.

Tidak henti-hentinya kita mendengar berbagai agenda pemberdayaan perempuan yang erat kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi. Singkatnya, bagaimana perempuan yakni ibu yang berdaya didefinisikan dengan ibu yang mampu menghasilkan uang. Sehingga, satu sisi ada tuntutan untuk jadi ibu yang baik (berada di rumah), ditambah lagi tuntutan finansial oleh negara untuk menggenjot ekonomi keluarga yakni dengan berdaya secara ekonomis.

Jika begini, akankah kebahagiaan ibu menjadi sebuah utopia? Selalu disebut-sebut tetapi sangat sulit untuk diwujudkan? Jangan sampai kita turut menjerumuskan para ibu dalam depresi dengan menciptakan stigma dan paradigma yang keliru memandang hidup ini. Biarlah kebahagiaan hidup itu hadir lewat perasaan cukup dan penuh syukur. Bahkan kita bisa bahagia tanpa harus menjadi siapa-siapa selain diri sendiri yakni hamba Allah yang apa adanya. Tulisan ini dibuat dengan keresahan untuk mencari jawaban dengan perenungan-perenungan selanjutnya. Wallahu a’lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Alga Biru Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Pemuda Muslim di Jebak, Islam Solusi Haq
Next
Parpol Menolak Kenaikan BBM, demi Rakyat?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram