”Museum memegang peranan penting dalam proses pembelajaran sejarah. Keberadaan museum akan mampu mentransformasi proses pendidikan sejarah dari suatu proses kajian terhadap informasi menjadi bukti fisik berupa jejak peninggalannya.”
Oleh. Tsuwaibah Al-Aslamiyah
(Wakil RedPel NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Museum Rasulullah menjadi ikon wisata religi di Kota Angin. Kehadirannya disambut antusias oleh masyarakat dan tokoh bahkan pejabat. Namun nahas, usianya tak lama. Awal September 2022 menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. museum ini justru gulung tikar, tanpa ada uluran tangan dari pemerintah setempat.
Dilansir dari News.Detik.com (22/9/2022) bahwa Museum Rasulullah yang menjadi kebanggaan masyarakat Probolinggo ditutup sejak 8 September 2022. Pihak pengelola mengaku telah mengalami kerugian signifikan imbas pandemi Covid-19. Tak ada bantuan dari pihak lain.
Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin mengonfirmasinya melalui story WhatsApp (19/9/2022) bahwa Museum Rasulullah telah ia tutup sejak 4 September lalu. Di tempat berbeda, Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Probolinggo, Sardi mengaku kaget dengan pemberitaan itu. Pasalnya, tak ada pemberitahuan secara tertulis dari pihak pengelola museum.
Lantas, seperti apa gambaran unik dari Museum Rasulullah yang ikonik ini? Apa urgensi museum dan siapa sajakah pihak yang seharusnya ikut memeliharanya? Alangkah bijaksananya jika pemerintah pun ikut mengabadikan jejak Khilafah di Nusantara pada Museum Rasulullah.
Museum Rasulullah Probolinggo Ikonik
Museum Rasulullah merupakan destinasi wisata religi ikonik yang berlokasi di Jl. Suroyo No.17 Kel. Tisnonegaran Kec. Kanigaran, Probolinggo Jawa Timur. Gedung ini dibangun pada 1814 dengan gaya khas arsitektur ala Empire Style. Pada mulanya bangunan ini merupakan sebuah Gedung Societiet Gebow Harmony yang difungsikan sebagai Ballroom. Berbagai peninggalan sejarah seperti mata uang kertas Probolinggo, artefak, replikasi patung, benda-benda pusaka, juga dokumentasi Kota Probolinggo masa lampau dipamerkan di sini.
Pada masa kepemimpinan Wali Kota Hadi Zainal Abidin, tanggal 22 Oktober 2020 bertepatan dengan Hari Santri sekaligus menyambut Maulid Nabi Muhammad saw. museum ini diresmikan menjadi wisata sejarah religi umat Islam yaitu Museum Rasulullah saw. yang menampilkan aneka barang bersejarah asli milik Rasulullah saw. dan para sahabat. Adapun artefak yang dipamerkan seperti rambut, jenggot, sorban, darah bekam, dan sandal Nabi Muhammad saw. Sedangkan, artefak milik sahabat di antaranya baju perang Othmani yang dikenakan pasukan militer Sultan Al-Fateh dalam Perang Kurdi dan selama meletusnya perang saudara di Iran. Salah satu pedang milik Khalid bin Walid, sang panglima perang Islam yang pemberani dan selalu berhasil memenangkan banyak pertempuran.
Tak hanya itu, Museum Rasulullah ini juga turut menampilkan barang-barang bersejarah yang ada di Baitullah Makkah, di antaranya kiswah (penutup Kabah) bagian dalam dan pintu Kabah, kunci dan batu dinding Kabah serta karpet Taman Rauddah.
Puluhan artefak yang berada di Museum Rasulullah ini dimiliki oleh Prof. Dr. Abdul Manan Embong dari Universitas Malaya Malaysia yang telah teruji kebenarannya dan bersertifikat Commission for Tourism and National Haritage Saudi Arabia. Pria berusia 70 tahun ini telah mengoleksi barang-barang pusaka peninggalan Rasulullah dari Makkah, Madinah, Brunei, Syria, Bangalore hingga India.
Museum Bangkrut, Terpaksa Tutup
Sejak Museum Rasulullah diluncurkan pada Oktober 2020 pengunjung terus membanjiri tempat ini. Mereka berasal dari berbagai kalangan, dari pejabat, tokoh, ulama baik dalam maupun luar negeri, ibu-ibu majelis taklim, bapak-bapak pengajian, santri, pelajar, bahkan kalangan nonmuslim pun tak mau ketinggalan. Museum ini bagai magnet bagi wisata religi.
Banyak kalangan mengapresiasi museum ini, sebab keberadaannya mengalirkan manfaat untuk wisata religi dan edukasi bagi pelajar. Terlebih memompa kecintaan akan sosok mulia sepanjang masa, Habibana Muhammad saw.
Namun sayang, antusiasme publik meredup seiring PPKM yang diberlakukan pemerintah dalam merespons pandemi Covid-19. Jumlah pengunjung makin menurun dari waktu ke waktu, sementara perawatan barang pusaka dan kebersihan museum harus terus dijaga. Walhasil, pengelola Museum Rasulullah, Tjoe Yudhis Gatri mengaku kelabakan, karena terus alami kerugian. Tidak ada uluran tangan dari pihak lain, termasuk Pemkot Probolinggo. Dengan berat hati, akhirnya museum ikonik itu ditutup pada 8 September 2022. Barang-barang pusaka yang ada di Museum Rasulullah dipindahkan ke Jakarta, untuk dikembalikan pada pemilik asalnya.
Urgensi dan Konten Museum
”Sungguh pada kisah-kisah mereka (para nabi dan umat mereka) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang memiliki akal (sehat). Al-Qur’an adalah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang terpercaya.” (TQS. Yusuf: 111)
Sejarah itu mata rantai kehidupan yang tidak boleh diabaikan. Sebab, ada ibrah dan pelajaran berharga yang dapat dipetik untuk keberlangsungan hidup masa kini dan akan datang. Pun demikian dengan Sirah Nabawiyah berikut sejarah peradaban Islam, maklumat yang utuh dan benar harus terpatri dalam benak generasi muslim. Tujuannya agar mereka mengetahui keparipurnaan ajaran Islam dan kegemilangan peradabannya selama 13 abad. Apa saja faktor-faktor yang mampu menghantarkan pada kejayaan Islam berikut penyebab keruntuhannya? Bagaimana langkah masa kini dalam menghadirkan kembali kejayaan Islam itu di muka bumi.
Dari tujuan itu, museum memegang peranan penting dalam proses pembelajaran sejarah. Keberadaan museum akan mampu mentransformasi proses pendidikan sejarah dari suatu proses kajian terhadap informasi menjadi bukti fisik berupa jejak peninggalannya. Hanya saja, agar Museum Rasulullah memiliki daya tarik lebih, seharusnya ada gebrakan kreatif dan inovatif.
Selain pemanfaatan media audio visual berupa barang pusaka peninggalan sejarah, seperti artefak dan arsip. Pun dilengkapi dengan suguhan tayangan audio visual tentang peristiwa sejarah seperti film dokumenter. Kemudian, agar lebih beragam dan komplet, ditampilkan juga konten sejarah sebagai berikut:
Pertama, Sirah Rasulullah saw., Sebab posisi Beliau sangat istimewa. Rasulullah Muhammad saw. merupakan khatam an-nabiyyin yang menjadi qudwah (teladan bagi umat Islam seluruh dunia. Uswatun hasanah bagi penerapan ajaran Islam. Dengan menampilkan artefak sekaligus informasi yang menyertainya, akan tampak gamblang bahwa Islam merupakan sebuah ideologi, tidak sekadar agama semata. Inilah puncak perjuangan dakwah Rasulullah, bukan hanya menyebarkan Islam di Makkah, namun sebagai peletak dasar peradaban Islam, di mana Islam bisa terimplementasikan secara kaffah dalam sebuah institusi negara yakni Madinah Al-Munawwarah. Terbukti bahwa Rasulullah saw. bukan sekadar nabi, tapi juga kepala negara.
Kedua, peradaban Islam yang ditorehkan oleh Khulafaur Rasyidin dan para Khalifah selanjutnya (Umayyah, Abbasiyah, Utsmaniyah) Merekalah para pemimpin Islam pengganti Muhammad, bukan menggantikan posisi Beliau saw. sebagai nabi dan rasul, namun pengganti dalam hal kepemimpinan negara Islam. Risalah Islam harus tetap diterapkan walaupun Rasulullah saw. telah wafat. Hal ini ditegaskan dalam sabdanya: “Dahulu Bani Israil dipimpin/diurus oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, datang nabi lain untuk menggantikan. Sesungguhnya tidak ada nabi setelahku, yang ada hanyalah para khalifah yang banyak.” Para sahabat bertanya, “Apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab: “Penuhilah baiat yang pertama, yang pertama itu saja. Berikanlah kepada mereka haknya, karena Allah nanti akan menuntut pertanggungjawaban mereka atas rakyat yang diurusnya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Ketiga, mengabadikan jejak Khilafah di nusantara. Kaum muslim pada masa Khulafaur Rasyidin dan Bani Umayyah gencar berdakwah dan berjihad ke berbagai wilayah, demi meluaskan dan menghimpun kekuatan politik Khilafah sebagai negara adidaya saat itu. Salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang masyhur saat itu yakni Khalifah Umar bin Abdul Aziz getol mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia, termasuk nusantara. Setali tiga uang, banyak negara yang meminta kepada sang khalifah untuk mengirimkan kepada mereka orang-orang yang dapat mengajarkan Islam. Hal yang sama juga dilakukan oleh penguasa Kerajaan Sriwijaya yang saat itu berpusat di Sumatera. Menurut Fatimi, Maharaja Sri Indravarman, sang penguasa Sriwijaya, menulis surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz di Damaskus. Inilah gerbang pertama hubungan politis dan dakwah yang dibangun Sriwijaya dengan Bani Umayyah.
Tak berhenti sampai sana, Khalifah Bani Abbasiyah pun menjalin relasi dengan kerajaan yang mula-mula berdiri di nusantara yakni Samudera Pasai, Kesultanan Aceh, Banten, Mataram, Ternate, Makassar. Sepanjang abad ke-17, para raja di nusantara yang mengirimkan utusan ke Makkah atau Istanbul untuk menyatakan ketundukannya pada Khilafah Utsmaniyah dan mendapatkan legitimasi sebagai ’wakil Khalifah' di masing-masing wilayahnya. Inilah bukti bahwa Khilafah pernah eksis di wilayah Indonesia.
Sejarah dalam Perspektif Islam
Sejarah (tarikh) terkategori tsaqafah. Sebab, isinya dipengaruhi oleh akidah dan sudut pandang tertentu. Di dalamnya terkandung informasi politik yang sangat penting, baik sejarah tentang umat Islam maupun umat lain. Oleh karena itu, mempelajarinya menjadi sesuatu yang urgen, sebab di dalamnya sarat dengan ibrah dan pelajaran.
Namun jangan lupa, sejarah merupakan realitas tangan ke dua (second-hand reality), keberpihakannya bergantung pada penulisnya, siapa dan apa kepentingannya? Oleh karena itu, sejarah berkelindan dengan dominasi politik saat sejarah itu diukir. Intinya, sebaik apa pun sebuah perumusan sejarah, posisinya tetap menjadi objek pemikiran (mawdhuut tafkir) dan bukan sumber hukum atau pemikiran (mashdarul hukm). Seorang muslim wajib menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunah sebagai sumber pemikiran, sedangkan sejarah menjadi pendukung dari sumber pemikiran utama itu.
Sejarah sebagai untaian peristiwa masa lampau bisa dijadikan pelajaran sekaligus bahan kajian tentang penerapan syariat Islam oleh manusia. Apakah manusia pernah melaksanakannya ataukah hanya mitos belaka? Pun kita bisa mengetahui dampaknya jika syariat Islam diabaikan. Bagaimana pun, manusia sebagai pelaksana hukum Islam, memiliki peluang untuk melakukan kesalahan. Sebab, mereka tidaklah ma'shum, sebagaimana sosok Rasulullah saw.
Peranan Negara
Negara sebagai institusi penghimpun masyarakat mayoritas muslim memiliki peranan yang sangat penting dalam meluruskan sejarah Islam, menyosialisasikan keutuhan dan kebenaran sejarah Islam, membangun dan atau memelihara museum peradaban Islam sebagai pendukung sejarah sekaligus merawat situs sejarah Islam yang ada. Pemahaman yang benar akan membentuk sikap yang tepat, pun akan mendorong mereka ikut berperan aktif melanjutkan estafet perjuangan demi membela agamanya.
Setidaknya, ada beberapa hal penting yang harus dilakukan negara untuk memberikan pengajaran tentang sejarah Islam bagi generasi muslim yakni memastikan ruang lingkup pembahasan peradaban Islam tidak parsial, namun holistik menampilkan Islam sebagai ideologi di kancah dunia. Kemudian, memastikan negara merujuk pada sumber-sumber terpercaya dan diakui validitasnya. Selanjutnya, perumusan konten sejarah peradaban Islam paket komplet seperti yang sudah diulas sebelumnya. Selain itu, tanamkan pula informasi sejarah yang benar melalui metode pembelajaran yang efektif.
Semua upaya tadi tentu saja tidak gratis, namun ada dana yang harus digelontorkan. Tapi itu semua tidaklah dibebankan pada rakyat dalam hal pembiayaannya, tentu saja negaralah yang bertanggung jawab untuk menanggungnya. Negara tidak boleh berdiam diri ketika ada aspek yang tidak terpenuhi. Misalnya, ketika Museum Rasulullah tutup karena merugi terus, maka pemerintah melalui Pemkot harus peka dan sigap untuk mendukung pembiayaan demi mempertahankan eksistensinya.
Namun, sepertinya hal tersebut mustahil terwujud sebab rezim saat ini tampaknya tak peduli dengan kebutuhan rakyat. Alih-alih mempertahankan Museum Rasulullah yang mungkin pemerintah sendiri pun kurang memahami urgensi kehadirannya, memenuhi kebutuhan primer rakyat seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan pun tak ditunaikan. Padahal, siapa pun tahu bahwa mandat awal mereka diangkat jadi penguasa adalah untuk mengurusi rakyat.
Berkaitan dengan sejarah, kini kita saksikan terjadinya penyesatan dan distorsi di dalamnya, namun negara bergeming tak mengindahkannya. Terlebih berkaitan dengan Khilafah dan jejaknya di nusantara. Alih-alih mendukung, siaran YouTube-nya pun diblokir. Lebih dari itu, opini Khilafah terus dijegal karena dianggap membahayakan ideologi negara.
Wajar saja, negeri ini sudah lama mengadopsi sistem kapitalisme yang diusung Barat. Ideologi ini memang menjadikan Islam sebagai rivalnya. Alih-alih diberikan panggung untuk membuktikan konsep yang selama ini ditawarkan, Islam justru dipersempit ruang geraknya menjadi sekadar agama ritual belaka.
Oleh karena itu, dakwah perlu digencarkan agar pemerintah dan masyarakat menyadari kebobrokan sistem kapitalisme yang telah menghantarkan kita pada kehancuran seperti yang kita alami sekarang. Mari kita telaah fikih Islam yang berkaitan dengan pengaturan Islam terhadap pengurusan rakyat dan negara secara keseluruhan. Buktikan jejaknya dengan membaca sejarah yang benar tanpa manipulatif.
Jika pemerintah tersadarkan dan ikut meyakini kebenarannya. Kelak Islam akan diadopsi sebagai sebuah ideologi yang aturan-aturannya dijalankan secara kaffah. Inilah momen di mana apa yang kita bahas sebelumnya bisa benar-benar terealisasi dalam kehidupan. Semoga Allah beri kemudahan.
Khatimah
Sesungguhnya perwujudan nyata atas kecintaan kita pada manusia paling mulia sepanjang masa, yakni Rasulullah saw. dengan cara mengikuti setiap langkah perjuangannya hingga terealisasi penerapan Islam kaffah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sejarah telah membuktikannya. Lantas, masihkah kita ragu?
Wallahu a’lam bi ash-shawwab.[]