"Umat harus sepakat, bahwa segala kerusakan yang terjadi termasuk pada generasi muda karena mereka dijauhkan dari ajaran Islam dengan menerapkan sekularisme dan liberalisme. Bahkan, ajaran Islam dijadikan kambing hitam sumber masalah yang ada dengan terus menggoreng isu radikalisme. Sekularisme dan liberalisme telah berhasil menjauhkan Islam dengan kekuatan potensi para pemuda, sehingga pemuda muslim teperdaya dan terbius atmosfer kebebasan."
Oleh. Sherly Agustina, M.Ag.
(Penulis dan Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-"Musuh-musuh Islam telah mengetahui fakta ini. Mereka pun berusaha merintangi jalan para pemuda muslim, mengubah pandangan hidup mereka, baik dengan memisahkan mereka dari agama, menciptakan jurang antara mereka dengan ulama dan norma-norma yang baik di masyarakat. Mereka memberikan label yang buruk terhadap para ulama sehingga para pemuda menjauh, menggambarkan mereka dengan sifat dan karakter yang buruk, menjatuhkan reputasi para ulama yang dicintai masyarakat, atau memprovokasi penguasa untuk berseberangan dengan mereka.” (Fatwa Syaikh Ibnu Baaz, 2/365). (Muslim.or.id)
Generasi Muda dalam Pusaran Liberalisasi
Umat menaruh harapan pada pemuda, namun realitas menunjukkan krisis sedang menghantui generasi muda. Bahkan generasi muda sedang menjadi korban derasnya arus liberalisasi. Masih hangat dalam ingatan, berbagai problem pelik mendera mereka. Pemuda menjadi pelaku dan korban kekerasan, kisah pilu siswa yang meninggal karena kekerasan seakan tiada henti. Kejadian yang menyayat hati, peristiwa itu terjadi di lembaga pendidikan umum dan pesantren.
Tempat yang seharusnya para siswa fokus menimba ilmu dan mengamalkannya. Tempat yang dipercaya para orang tua menitipkan anaknya, untuk saling berlomba dalam kebaikan dan amal salih, namun menjadi momok yang menakutkan. Deradikalisasi yang didengungkan rezim di dunia pendidikan nyatanya belum terlihat ada relevansi terhadap menurunnya tingkat kekerasan di kalangan pemuda. Bahkan, tingkat kekerasan makin meningkat terutama di dunia pendidikan.
Selain kekerasan, generasi muda terjebak seks bebas. Sudah berapa siswi yang hamil di luar nikah dan melahirkan di saat mereka masih duduk di bangku sekolah, baik sekolah dasar maupun menengah. Kejadian yang dianggap biasa, karena tak terbendungnya perilaku seks bebas di kalangan generasi muda. Atmosfer hidup bebas benar-benar sudah merasuk ke tubuh umat, terutama generasi muda. Ada yang rela pindah agama demi kekasih tercinta, atau rela menggadaikan agama demi menikah dengan belahan hati walau beda kitab suci.
Generasi muda saat ini lebih banyak yang tergiur di dunia hiburan, ingin dikenal bahkan viral secara instan. Lebih mengutamakan gaya hidup dari pada hidup apa adanya, sehingga terbawa arus hedonisme dan konsumerisme. Penting memiliki barang branded, walau dengan cara yang tidak halal. Ada yang katanya terpaksa menjadi simpanan hidung belang, demi mendapat cuan.
Generasi muda masuk dalam pusaran liberalisasi seksual, hingga banyak istilah dipakai sebagai kode dalam memuluskan syahwatnya. Sebut saja One Night Stand, Friend with Benefit, nge- room dan Sleepover Date istilah lain dari zina. Ya, generasi muda terperosok ke jurang kemaksiatan yang terkondisikan secara sistemik. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 mencatat 80% wanita dan 84% pria mengaku sudah pernah pacaran. Aktivitas dalam berpacaran yaitu berpelukan 17% wanita dan 33% pria, ciuman 30% wanita dan 50% pria, dan 8% pria dan 2% wanita berzina. Dari data yang ada, pertama kali berzina di usia 15-19 tahun, wanita 59% dan pria 74%. Ngeri-ngeri sedap.
Maka tak heran jika kasus HIV meningkat di kalangan generasi muda. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan, per Juni 2022 total kasus HIV di Indonesia mencapai 519.158 kasus yang tersebar di berbagai provinsi (Kumparannews.com, 31/8/2022). Catatan kelam ini menambah deretan problem di kalangan generasi muda yang harus segera dicarikan solusi.
Karena umat berharap lahirnya generasi yang berkualitas dan unggul sebagai aktor perubahan. Memiliki akidah yang kokoh, mengemban ideologi Islam yang sahih, menguasai ilmu baik agama maupun sains serta memiliki skill yang dibutuhkan untuk kemajuan bangsa dan agama. Dari tangan pemuda seperti ini Islam akan segera bangkit menuju peradaban yang dinanti.
Sayangnya, harapan itu masih sekadar angan-angan dan impian yang belum mewujud nyata. Karena pemuda yang seharusnya menjadi aktor perubahan serta estafet perjuangan risalah mulia Baginda Nabi tercinta dan para ulama, sedang terjerat derasnya arus liberalisasi. Bagai benang kusut yang sulit diurai, umat harus menyamakan persepsi apa akar masalahnya dan bagaimana menyelesaikannya?
Wahai Pemuda, Segera Bangun dari Tidur Panjang!
Umat harus sepakat, bahwa segala kerusakan yang terjadi termasuk pada generasi muda karena mereka dijauhkan dari ajaran Islam dengan menerapkan sekularisme dan liberalisme. Bahkan, ajaran Islam dijadikan kambing hitam sumber masalah yang ada dengan terus menggoreng isu radikalisme. Sekularisme dan liberalisme telah berhasil menjauhkan Islam dengan kekuatan potensi para pemuda, sehingga pemuda muslim teperdaya dan terbius atmosfer kebebasan. Satu-satunya solusi dari semua ini adalah, mengembalikan para pemuda muslim pada Islam dan membuang jauh-jauh ide sekularisme dan liberalisme di benak umat.
Ujung tombak pendidikan utama ada pada keluarga, yaitu kedua orang tua dalam mendidik anaknya. Maka, para orang tua memiliki peran yang sangat urgen untuk mengembalikan para pemuda pada tupoksinya yaitu sebagai aktor perubahan. Memberi pemahaman dan kesadaran pada mereka agar segera sadar dan lepas dari jeratan liberalisme jika ingin selamat.
Doa orang tua mustajab, maka sering doakan mereka agar berjalan sesuai pentunjuk Allah. Sehingga, menuntunnya kembali pada perannya yang sangat penting menuju perubahan besar negara ke arah yang lebih baik (Islam). Membentuk opini dan kesadaran umum di kalangan pemuda, bahwa kondisi umat saat ini sedang rusak dan terkena virus. Harus ada dokter dan obat yang bisa menyelamatkan umat.
Pada akhirnya, perang dan pergolakan pemikiran antara hak dan batil tidak terelakkan. Mau tidak mau, suka tidak suka harus umat hadapi, dan umat harus memenangkannya atau Allah menangkan (QS. Ash-Shaff: 9). Musuh Islam tahu betul, jika para pemuda Islam bangkit dan terbebas dari jeratan liberalisme maka kemenangan Islam di depan mata. Maka, musuh Islam akan melakukan berbagai cara agar pemuda muslim bisa tertidur pulas dalam mimpi panjangnya yang indah.
Butuh perjuangan ekstra dari umat yang sadar, baik orang tua maupun generasi muda yang lain agar pemuda yang terjebak liberalisme bisa terselamatkan atas izin Allah. Agar generasi bangun dari mimpi panjangnya dan bersegera menuju pertolongan Allah. Sulit, berat namun bukan berarti tidak bisa. Karena Allah telah menguatkan kita sebagai muslim dalam firman-Nya bahwa kesulitan disertai kemudahan, hal ini Allah ulang dua kali di dalam surat yang sama (QS. Al Insyirah: 5-6).
Dakwah Jalan Perubahan Menuju Peradaban Tinggi
Dakwah, adalah cara terdekat yang harus dilakukan saat ini di semua elemen. Dakwah yang terkoordinasi dan aktivitasnya politik. Karena politik dalam Islam adalah pengaturan urusan umat agar sesuai dengan Islam. Mengenalkan makna politik yang sahih di tubuh generasi, lalu memahamkan dan membinanya. Dakwah merupakan kewajiban dari Allah (QS. Ali Imran: 104), dan perbuatan yang dicontohkan oleh Rasulullah. Bahkan, sepanjang hidup Rasulullah hanya untuk dakwah mengemban risalah Allah.
Umat yang sadar ibarat dokter yang membawa obat, agar umat yang sakit bisa segera sembuh. Obat ini tak lain adalah ideologi Islam yang bersandar pada akidah Islam, dan terpancar darinya aturan yang sahih. Jika pemuda yang sakit ini tidak segera diobati, ancaman nyata di tubuh umat Islam dan negara ini.
Dakwah harus terus didengungkan di dunia nyata dan maya. Mengajak umat kembali memegang dan mengemban ideologi Islam, agar umat bisa segera bangkit dan kembali memimpin dunia. Harus yakin, sebaik apa pun musuh Islam membuat makar, makar Allah lebih baik (QS. Ali Imran: 54). Terus bergerak, berdakwah dan berjuang sebagaimana Rasul dan para sahabat dahulu mencontohkan. Tercatat dalam sejarah para pemuda di masa dahulu mengikuti Rasul, di antaranya Ali bin Abi Thalib, Mush'ab bin Umair, Zaid bin Haritsah, Utsman bin 'Affan, Abdullah bin Mas'ud, dan Zubair bin Awam.
Dari Rasul dan para sahabat khulafaurasyidin terwujud peradaban nan agung yaitu Daulah Islam di Madinah. Lalu, semakin berkembang di masa Kekhilafahan Umayah, Abbasiyah dan Utsmaniyah bahkan sampai menguasai dua per tiga belahan dunia. Dari peradaban tinggi itu lahir generasi ulama yang dikenal sepanjang masa, misalnya Imam Al Ghazali, Imam Syafi'i, Ibnu Sina, Al Khawarizmi, mereka faqih fiddin, hafal Al Qur'an dan menguasai sains. Karya mereka menjadi rujukan dunia.
Menarik apa yang pernah disampaikan oleh sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery Watt. Bahwa beliau menganalisis tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, " Kemajuan itu salah satunya disebabkan oleh pemikiran bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama atau dalam bahasa sekarang disebut dengan integrasi agama dan sains. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan napas yang sama. Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah untuk menemukan berbagai teori dan ilmu pengetahuan bagi kemakmuran umat manusia." (Agusmaimun.lecturer.uin-malang.ac.id)
Insyaallah dalam waktu dekat, akan terwujud peradaban tinggi atas izin Allah yaitu Khilafah 'ala Minhaj an Nubuwwah di tangan para pemuda berideologi Islam. Sebagai aktor perubahan dari gelap menuju cahaya, dari sistem batil menuju sistem sahih yaitu Islam. Amin.
Allahua'lam bishawab[]