”Munculnya generasi sumbu pendek ini adalah hasil dari pendidikan ala sekuler, mereka tak memahami hakikat penciptaan dirinya. Sehingga jiwanya jauh dari takwa, dan arah pandang hidupnya tak jelas mau ke mana. Inilah penyebab utama rusaknya generasi muda.”
Oleh. Silvia Anggraeni, S. Pd.
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Tawuran di Jalan Basuki Rahmat, Bali Mester, Jatinegara, Jakarta Timur, yang menewaskan seorang remaja, berawal dari saling ejek antargeng.
Kepolisian Sektor (Kapolsek) Jatinegara Kompol Entong Raharja menyebutkan kedua geng yang mengatasnamakan Bembem dan Kamboja awalnya saling ejek di WhatsApp. (Kompas.com, 19/09/2022)
”Oh oh Astaga, apa yang sedang terjadi ?
Astaga, hendak ke mana semua ini?
Bila kaum muda sudah tak mau lagi peduli
Mudah putus asa dan kehilangan arah”
Lirik lagu yang tenar di era 80-an ini menggambarkan kekhawatiran akan kondisi para kaum muda saat ini. Usia muda yang seharusnya dimanfaatkan untuk hal positif dan produktif, sekarang justru digunakan untuk hal sia-sia yang negatif. Sungguh memprihatinkan, jika harapan bangsa harus diampu oleh jiwa-jiwa rapuh yang jauh dari takwa.
Sekularisme Menciptakan Generasi Sumbu Pendek
Lagi-lagi sekularisme melahirkan permasalahan kehidupan. Kebebasan yang menjadi ciri khasnya menjadikan perilaku manusia termasuk kaum remaja tak lagi terpaut pada norma. Secara fitrah manusia akan selalu butuh aturan Tuhan agar hidupnya teratur dan aman. Dan sekularisme melanggar fitrah tersebut dengan memisahkan agama dari kehidupan. Tak heran jika para penganut sekularisme seperti orang yang kehilangan arah tujuan. Berbuat semaunya tanpa aturan, sebab dia tak tahu akan batasan. Baginya hidup di dunia tak perlu dipertanggungjawabkan.
Munculnya generasi sumbu pendek ini adalah hasil dari pendidikan ala sekuler, akalnya tak berkembang dengan sempurna sebab tujuan ilmunya mencakup urusan dunia saja. Mereka tak memahami hakikat penciptaan dirinya. Sehingga jiwanya jauh dari takwa, dan arah pandang hidupnya tak jelas mau ke mana. Inilah penyebab utama rusaknya generasi muda.
Pemuda dan Peradaban
Pemuda adalah sosok yang diperhitungkan dalam menciptakan sebuah perubahan. Fisiknya yang kuat serta semangat yang tinggi menjadikan langkah pemuda lebih cepat dibandingkan kaum tua. Sejarah Islam menggambarkan betapa besar peran pemuda dalam mendukung dakwah Islam.
Sedangkan peradaban adalah hasil kecerdasan yang berupa perilaku manusia. Dalam KBBI peradaban berarti kemajuan lahir dan batin yang meliputi kecerdasan dan kebudayaan dengan objek sebuah bangsa. Dapat diartikan bahwa peradaban terbentuk dari ilmu.
Islam sendiri memandang pemuda sebagai orang yang mempunyai motivasi tinggi dalam memajukan peradaban. Di dalam Al-Qur’an banyak disebut kisah pemuda yang patut kita renungkan kisahnya sebagai pemacu semangat dan juga sebagai teladan yang baik. Seperti kisah Nabi Yusuf alaihisallam, kisah Ashabul Kahfi, dan kisah Nabi Sulaiman alaihisallam. Juga kisah para pemuda yang menjadi sahabat Rasulullah saw. seperti Mus’ab bin Umair, Usamah bin Zaid atau Hasan Husein bin Ali dan juga Muhammad Al-Fatih dari kerajaan Ottoman yang berhasil menaklukkan Konstantinopel ketika usianya masih 19 tahun.
Pemuda dalam kisah inilah yang menjadi tonggak peradaban yang kokoh. Sehingga, peradaban Islam menyinari dunia Barat/Eropa yang kelam di masa itu. Inilah bukti bahwa pemuda memiliki peran yang potensial untuk menentukan arah masa depan suatu bangsa atau peradaban, sebab pemuda adalah tonggak kejayaan Islam dan peradaban bisa dibangun karena pemuda.
Selamatkan Generasi Muda dengan Islam
Dapat kita simpulkan bahwa menggantungkan harap pada generasi muda produk sekularisme adalah hal yang mustahil. Pemuda Islam harus dikembalikan menjadi pemuda sejati yang mampu membangun peradaban. Tak ada jalan lain selain mengembalikannya pada Islam. Sebab hanya Islam yang mampu menjadikan manusia sebagai manusia, yang akan memahamkan tentang hakikat penciptaan dirinya sebagai seorang manusia sekaligus hamba bagi Tuhannya.
Tahapan yang perlu dilakukan adalah melakukan pembinaan secara intensif untuk membangun tsaqofah keislaman yang utuh. Selanjutnya mengajak pemuda untuk turut andil dalam perjuangan menegakkan Islam, sebagai bentuk ibadah dalam mengimplementasikan keimanannya.
Allah Swt. berfirman dalam QS. Az-Zariyat ayat 56 yang artinya: “Allah menciptakan manusia dan jin semata-mata agar mereka beribadah kepada-Nya.”
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tujuan hidup bagi manusia dalam Islam adalah menunaikan penghambaan dan pengabdian kepada Allah Swt., perannya di muka bumi adalah sebagai khalifah. Inilah hakikat penciptaan manusia yang sesungguhnya. Pemahaman akan hal ini hanya dapat diperoleh dengan penancapan akidah yang kokoh dalam diri para generasi muda. Sebab akidah yang kokoh akan menciptakan keimanan yang produktif. Generasi muda akan mampu melaksanakan tugasnya membangun peradaban. Hanya Islam yang mampu menyelamatkan generasi muda serta mengembalikannya menjadi manusia seutuhnya. Penerapan Islam secara kaffah adalah satu-satunya solusi dari semua kerusakan yang terjadi saat ini.
Wallahu alam bisshowab.[]