Aroma Pengkhianatan di Balik Kerja Sama Turki dan Israel

”Di titik ini, ada sebuah kontradiktif yang terjadi. Bagaimana mungkin di satu sisi Turki menyatakan akan terus membela hak-hak kaum muslimin di Palestina, namun dalam kesempatan yang sama bisa bermanis muka dan berjabat erat dengan penjajah umat Islam. Bukankah ini merupakan sebuah bentuk pengkhianatan?”

Oleh. Rahmiani. Tiflen, Skep
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Agaknya keputusan Turki sudah bulat untuk kembali menjalin kerja sama dengan Israel, meski disadari atau tidak hal itu semakin melukai kaum muslimin. Padahal, selama ini Turki kerap melontarkan kecaman keras terhadap tindakan brutal yang dilakukan Israel kepada penduduk Palestina. Namun kini, langkah kerja sama yang diambil oleh pemerintah Turki semakin menunjukkan wajah aslinya, yang lebih mirip sebagai pengkhianat umat Islam. Terlebih Turki merupakan pusat institusi umat Islam terakhir (Khilafah Usmaniyah) dan diruntuhkan oleh Inggris, Perancis, dan para sekutunya. Sungguh ironis.

Kembalinya Hubungan Kerja Sama Turki dan Israel

Melansir dari Sindonews.com, 11 September 2022, bahwa akan ada pertemuan yang dilakukan oleh Perdana Menteri Israel Yair Lapid dan Presiden Turki Tayyip Erdogan selama Sidang Umum PBB di New York. Hal ini turut ditegaskan oleh Reuters, yang mana dalam pertemuan tersebut akan memperbaiki hubungan kedua negara yang telah lama memanas.

Peristiwa itu pun menjadi penanda bersejarah bagi Turki dan Israel, setelah beberapa tahun belakangan sempat menegang. Salah satunya lewat kejadian yang terjadi tahun 2018, di mana pemerintah Turki berhasil mengusir duta besar Israel sehingga memicu konflik di antara mereka. Bulan lalu pun, Turki dan Israel telah mengumumkan bahwa mereka akan kembali menunjuk duta besar masing-masing untuk kembali menjalin diplomasi khususnya dalam bidang ekonomi.

Namun, langkah normalisasi tersebut mendapat kecaman keras dari Hamas. Disampaikannya bahwa, Hamas menolak semua bentuk normalisasi yang dilakukan oleh Palestina dan Israel, sebab hal itu bertentangan dengan konstanta nasional dan juga kepentingan rakyat Palestina, serta negara-negara Arab dan muslim lainnya.

Kontradiktif Langkah Pemerintah Turki

Di titik ini, ada sebuah kontradiktif yang terjadi. Bagaimana mungkin di satu sisi Turki menyatakan akan terus membela hak-hak kaum muslimin di Palestina, namun dalam kesempatan yang sama bisa bermanis muka dan berjabat erat dengan penjajah umat Islam. Bukankah ini merupakan sebuah bentuk pengkhianatan?

Terlebih ketika mengetahui fakta bahwa sesungguhnya antara Turki dan Yahudi telah lama memiliki hubungan diplomatik, bahkan Turki adalah negara muslim pertama yang mengakui keberadaan penjajah Yahudi di Palestina sejak 1949. Bahkan, hubungan kerja sama itu telah mencapai tingkat aliansi politik secara strategis serta hubungan militer, sebagaimana diungkap oleh angka-angka resmi.

Jika memang Turki benar-benar ingin membela Palestina, bukan dengan jalan memberi pengakuan terhadap kebiadaban Yahudi lewat hubungan diplomasi. Akan tetapi wajib dengan mobilisasi pasukan militer Turki, guna membebaskan negeri Islam yang dijajah.

Sikap Erdogan ini, dengan sendirinya akan menghancurkan semua pernyataan yang pernah dikumandangkannya terkait masalah Palestina. Menjilati seluruh tutur katanya tentang Al-Quds (Yerusalem), serta mengingkari janjinya kepada rakyat Gaza, bahwa duta besar Turki tidak akan kembali menjalankan tugasnya dengan Yahudi selama pemblokadean masih dilakukan.

Pandangan Islam terhadap Hubungan Diplomasi

Menyikapi tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Turki, maka sudut pandang kita mesti diarahkan menurut mainframe Islam. Di mana dalam dunia Islam, geopolitik dibagi menjadi dua.
Pertama, Dar Al-Islam (wilayah Islam) yaitu seluruh wilayah negara Khilafah.
Kedua, Dar Al-Kufr (wilayah kufur) yaitu seluruh wilayah di luar Dar Al-Islam termasuk Israel, Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Rusia, dan Cina. Bahkan, Israel pun adalah dar al-harb al-muharibah fi’lan (negara kafir yang nyata memerangi kaum muslimin).

Adapun negeri-negeri kaum muslim baik yang telah bergabung dengan Khilafah Islamiah maupun yang belum, disebut sebagai bilad Islamiah (negeri muslim), yang kini telah terpecah menjadi lebih dari 50 negara di dunia. Dengan tidak adanya Khilafah yang memayungi mereka maka, wilayah-wilayah tersebut termasuk dalam kategori dar al-kufr (wilayah kufur). Hal itu pun yang menyebabkan negeri-negeri kaum muslim saat ini, berada dalam cengkeraman para kafir penjajah termasuk yang dialami Palestina atas pendudukan Zionis Israel.

Untuk itu selayaknya umat Islam dan seluruh penguasa Islam, termasuk aparat keamanan di seluruh negeri Islam harus memiliki mainframe juga kesadaran politik yang benar. Sehingga, dengannya akan menjadikan umat Islam melek terhadap setiap tindakan yang dilakukan oleh negara-negara kafir penjajah. Hal ini sangat penting dalam upaya membebaskan negeri-negeri kaum muslimin dari jeratan kafir penjajah.

Sementara itu, negara kafir penjajah diklasifikasi oleh para ulama dan dibedakan menjadi:

  1. Daulah muharibah fi’lan, yaitu negara yang secara terang-terangan memusuhi Islam dan kaum muslimin. Contohnya seperti Israel, USA, Inggris, Perancis, Rusia, dan Cina. Kondisi ini dapat berubah, sesuai dengan kebijakan politik negara-negara tersebut terhadap Islam dan kaum muslimin di seluruh dunia.
  2. Daulah muharibah hukman, adalah negara kafir yang tidak secara terang-terangan memusuhi Islam dan kaum muslimin. Sebab mereka tidak terikat dan mengikatkan diri dalam perjanjian damai dengan negara Islam. Misalnya: Jepang dan Korea Selatan.
  3. Daulah mu’ahadah, yaitu negara yang terikat dan mengikatkan diri dalam perjanjian damai dengan negara Islam. Negara seperti ini termasuk dalam kategori muharibah hukman terutama ketika masa perjanjiannya telah berakhir.

Maka sikap politik dasar negara Islam (Khilafah Islamiah) terhadap seluruh negara kafir adalah ’hubungan perang’ meski pada kondisi riilnya, belum tentu ada peperangan. Namun sikap dasar tersebut, sangat penting untuk ditegaskan. Agar senantiasa tertancap kuat kesadaran serta kewaspadaan terhadap negara-negara tersebut. Dengan sikap dasar inilah, maka strategi pertahanan dan keamanan negara dapat dibangun secara tepat dan efektif.

Dengan demikian maka, Israel adalah termasuk dalam kategori negara kafir harbi fi’lan. Yang berarti bahwa hubungan negara Islam termasuk Turki dengan mereka, seharusnya adalah hubungan perang, bukan hubungan damai, persahabatan, ataupun hubungan kerjasama diplomatik. Artinya, kedutaan mereka di negeri-negeri kaum muslim pun seharusnya tidak ada.

Kemudian jikalau ada warga negara kafir harbi fi’lan yang memasuki wilayah negeri-negeri kaum muslim maka, mereka ditetapkan sebagai musta’min (orang yang masuk menggunakan visa). Itu pun dengan catatan bahwa mereka masuk untuk mempelajari Islam, bukan yang lain. Selanjutnya apabila diketahui bahwa mereka melakukan aktivitas yang dapat mengancam negara, misalnya spionase (mata-mata) maka, wajib dideportasi atau bisa juga dijatuhi hukuman mati. Hal serupa pun diberlakukan bagi yang berada di luar kafir harbi fi’lan.

Khatimah

Terkait dengan semua ini, maka kami nyatakan kepada para pemimpin Turki, agar menghentikan hubungan kerja sama diplomatik bersama Zionis Israel, sebab tindakan Anda tidak saja melukai hati seluruh umat Islam tapi juga merupakan sebuah pengkhianatan besar. Seharusnya yang dilakukan oleh para pemimpin Turki adalah menggantikan sistem pemerintahannya yang sekuler dan hina, kemudian mengembalikan Turki sebagai basis Khilafah Rasyidah yang memiliki prioritas utama adalah pembebasan Palestina. Bukan malah melakukan normalisasi dengan Yahudi laknatullah alaihi. Sungguh suatu tindakan yang memalukan dan hina. Allah Subhanahu wa taala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali ‘Imran : 118). Wallahu a’lam bis showab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Rahmiani. Tiflen, Skep Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Jungkir Balik Intelektual
Next
Standar Gaul Remaja Muslimah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram