Kaum Liberal Gerah terhadap Jilbab Si Bocah

Dunia, pun negeri ini, sedang di bawah cengkeraman ideologi sekuler kapitalis yang memisahkan agama dengan kehidupan. Peradaban inilah yang menghimpun para korporasi mengendalikan dunia semau mereka. Adanya Islam politik dianggap menghambat laju korporasi menguasai dunia, maka mereka merasa wajib untuk menghilangkan pemahaman ini dalam benak kaum Muslim, salah satunya menebar islamofobia.


Oleh: Vita Fatimah

NarasiPost.com -- “Apakah anak-anak yang dipakaikan #jilbab itu memiliki pilihan atas apa yang ia kenakan?” Itulah cuit akun Twitter Deutch Welle (DW) Indonesia pada beberapa waktu lalu (25/09 2020) sebagai keterangan konten video mereka. Alhasil, media asal Jerman tersebut menuai ribuan hujatan dari warganet dan para tokoh, yang mensinyalir video tersebut penuh tuduhan miring terhadap ajaran Islam.

Di video tersebut, DW Indonesia menyoal fenomena berhijab sejak dini di Indonesia. DW mewawancarai orang tua yang mewajibkan putrinya menggunakan hijab sejak dini, serta mewawancarai psikolog yang mengulas dampak negatif yang akan dialami anak jika berhijab dari kecil. “Mereka menggunakan atau memakai sesuatu tapi belum paham betul konsekuensi dari pemakaiannya itu. Permasalahannya apabila di kemudian hari bergaul dengan teman-temannya, kemudian agak punya pandangan yang mungkin berbeda, boleh jadi dia mengalami kebingungan,” ucap Rahajeng Ika, psikolog tersebut (pikiran-rakyat.com, 26/09/2020).

DW Indonesia juga mewawancarai feminis Indonesia, Nong Darol Mahmada. Menurutnya, sesuatu yang wajar jika seorang ibu mengharuskan anaknya memakai hijab sejak kecil, namun hal demikian bisa menghantarkan pada eksklusivitas.
Lantas, apakah pembiasaan berhijab sejak dini adalah sebuah bentuk pemaksaan? Lalu mengapa hujatan terhadap ajaran Islam terus diaruskan? Bagaimana peran negara dalam menghalau narasi jahat para pencela agama?

Serangan Islamofobia

Genderang islamofobia terus ditabuhkan ke kaum muslim dari segala arah. Apa yang dilakukan DW adalah bentuk serangan media sekuler. Mereka berupaya sedemikian rupa membentuk opini di tengah-tengah umat, bahwa Islam kafah adalah agama yang berdampak buruk bagi masyarakat. Begitu pun serangan dari kaum feminis liberal. Mereka coba menanamkan pada umat bahwa pembiasaan berhijab sejak dini adalah bentuk pemaksaan yang dapat berdampak buruk pada psikologi anak dan sosialnya.

Islamofobia pun semakin mewabah. Lihat saja bagaimana propaganda Islam sebagai agama intoleran. Radikalisme menjadi alat membangun opini bahwa Islam kafah adalah musuh bersama.

Makar Kapitalisme

Inilah makar para pembenci agama. Geliat hijrah kaum Muslim membuat mereka gerah. Umat makin sadar bahwa peradaban besar yang menaungi kehidupan kaum Muslim saat ini bukanlah peradaban yang menerima Islam secara kafah.

Dunia, pun negeri ini, sedang di bawah cengkeraman ideologi sekuler kapitalis yang memisahkan agama dengan kehidupan. Peradaban inilah yang menghimpun para korporasi mengendalikan dunia semau mereka. Adanya Islam politik dianggap menghambat laju korporasi menguasai dunia, maka mereka merasa wajib untuk menghilangkan pemahaman ini dalam benak kaum Muslim, salah satunya menebar islamofobia.

Mereka terus membuat propaganda yang menyerang Islam. Tujuannya adalah agar Islam dijauhi dan ditinggalkan, bahkan oleh pemeluknya sendiri.

Parahnya, penguasa negeri-negeri Muslim justru dengan sukarela tunduk pada agenda Barat ini. Mereka menggunakan kaum Muslim sendiri untuk melancarkan aksi kebencian terhadap Islam dan umatnya. Karena itulah tak heran jika di negeri-negeri kaum Muslim, islamophobia makin gencar terjadi. Sesama Muslim pun akhirnya saling serang. Tak menyadari bahwa ini upaya Barat untuk melemahkan kaum Muslim, agar mereka bercerai berai.

Standar ganda pun dilakukan kepada Islam. Atas nama kebebasan, para pelaku islamophobia dimaklumi dan dibiarkan, meski telah menista agama. Namun, ketika Muslim yang membela agamanya dianggap sebagai tindak kekerasan, melanggar HAM, radikal dan stigma lainnya.

Makar jahat Barat terhadap Islam akan terus terjadi selama sistem sekuler liberal ini tetap bercokol di bumi. Para pengusungnya jelas tak akan rela ideologi mereka digeser oleh Islam. Eksistensi mereka akan sangat terancam jika Islam tegak. Maka, segala cara dilakukan agar Islam tak bangkit kembali di tengah manusia.

Oleh karena itu, islamofobia yang menjangkiti umat bukanlah penyakit biasa. Harus ada upaya luar biasa dan sistematis untuk menghancurkan penyakit tersebut, dan kita tidak bisa mengandalkan peradaban hari ini untuk bisa bangkit dari keterpurukan.

Membiasakan Anak Taat Sejak Dini

Dan hendaklah takut kepada Allah SWT orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS An-Nisa: 9)

Para mufasir menafsirkan ayat tersebut sebagai ayat tentang kewajiban orang tua mendidik anak-anaknya dan menanamkan akidah agar tertancap kuat keimanan dalam dada-dada mereka. Sebab, sesungguhnya pendidikan pertama dan utama berasal dari rumah. Allah SWT sematkan amanah besar ini pada kedua orang tuanya, terkhusus ibunya.

Menanamkan adab pada anak sejak dini tentu sangatlah perlu, agar mereka mampu bersikap “ahsan” kepada orang tuanya, guru, saudara, hingga teman-temannya, agar terjalin hubungan sosial yang harmonis. Begitupun halnya yang wajib bagi orang tua mendampingi pembiasaan anak dalam menerapkan syariat. Pembiasaan disertai penjelasan terhadap syariat akan menumbuhkan “jawil iman” yang prima. Hingga tertanam dalam benak anak sedari dini bahwa dirinya adalah Muslim yang harus “taat tanpa tapi” pada Rabnya.

Islam memang agama yang berbeda dengan agama lainnya. Para pemeluknya wajib meyakini agama Islamlah satu-satunya agama yang benar dan akan membawa kehidupannya pada keberkahan. Para orang tua harus bisa memahamkan pada anak-anak perempuan mereka bahwa hijab itu bukan pilihan, tapi kewajiban. Pemahaman yang benar disertai penerapan Islam kafah pada diri anak tak mungkin ada jika akidah belum bersemayam dalam dada-dada mereka.

Karena ini sebuah serangan Pemikiran, maka kita juga harus menyerangnya dengan pemikiran dimana harus mengetahui maksud serta tujuan penyerangan ini sembari mengoreksi total kesalahan pemikiran ini. Narasi jahat yang dilontarkan kaum liberal sungguh tak masuk akal. Pembiasaan tentu berbeda dengan pemaksaan. Sebelum balig, anak-anak belum terkena beban taklif. Artinya, kewajiban mereka untuk menutup seluruh auratnya belumlah ada pada pundaknya. Jika ada anak yang ingin melepaskan kerudungnya saat di pasar, karena kegerahan misalnya, maka hal demikian jelas bukanlah sesuatu yang dilarang.

Selain bukanlah paksaan, pembiasaan dan pemahaman yang diberikan sejak dini kepada anak-anaknya adalah bentuk tanggung jawab orang tua. Karena kelak di yaumulhisab, kita sebagai orang tua akan dimintai pertanggungjawaban atas anak-anak kita.

Pendidikan yang serba bebas lahir dari peradaban Barat. Sering kita temui cara mendidik anak ala Barat itu adalah dengan tidak mengganggu kebebasannya dalam bertingkah laku. Seperti teori parenting Barat yang tidak boleh mengatakan “tidak” pada apa yang dilakukan anak-anaknya, karena dianggap dapat menghambat daya kreativitas.Bila kita cermati teori ini lahir dari pemahaman liberal yang tak mengenal aturan Sang Pencipta, serba boleh dan mendewakan kebebasan. Berbeda dengan Islam. Jika anak melakukan sesuatu yang dapat mencelakakannya atau melakukan hal yang ditentang syariat, maka wajib bagi orang tuanya untuk melarang dan menjelaskan. Bahkan, nasihat Nabi Luqman kepada anak-anaknya diawali dengan kata ‘jangan’.

(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar’.” (QS Luqman: 13)

Islam mengajarkan pada umatnya untuk senantiasa taat pada seluruh aturan agamanya. Bagi muslim yang taat, aturan tersebut tak akan dimaknai sebuah pengekangan. Justru aturan tersebut merupakan wujud kasih sayang Allah SWT pada umat manusia. Dengan mengikuti aturan Sang Pembuat Kehidupan, kita bisa berjalan dengan selamat di dunia juga akhirat.

Kembali kepada Syariat

Sederet pertanyaan tentang mengapa media sekuler begitu leluasa dalam menyebarkan idenya? Mengapa para aktivis feminis liberal terus mendestruksi ajaran Islam? Mengapa penguasa dengan kebijakannya terus menderaskan islamofobia di tengah umat? Dsb.
Semua itu tak lain akibat dicampakannya syariat Islam. Negeri ini seperti lebih rela mengadopsi aturan para penjajah dibanding aturan agamanya sendiri.

Oleh karena itu, mari kita kembalikan syariat Islam pada posisinya semula. Dengan menerapkan Islam secara kaffah dalam setiap sektor kehidupan, termasuk bernegara. Tegaknya syariat Islam dalam bingkai negara khilafah akan menghentikan segala bentuk serangan terhadap Islam dan umatnya. Wallahu a'lam bishawab.[]

Picture Source by Bing Images

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected].

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Jilbab Disoal, Islamofobia kian Mengental
Next
Cara Islam Mempersiapkan Generasi Penakluk Layaknya Muhammad Alfatih
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram