”Kenapa dugaan ini muncul? Karena negara yang saat ini mengadopsi kapitalis sekuler hampir tidak memiliki sense of crisis terkait hal-hal yang membahayakan masyarakat.”
Oleh. Gina Ummu Azhari
(Kontributor NarasiPost.Com dan Aktivis Dakwah)
NarasiPost.Com-Penyakit cacar monyet kini tengah merebak di banyak negara, termasuk Indonesia. Meski 9 orang telah dinyatakan negatif cacar monyet, namun kini ada satu orang suspect baru yang berasal dari Pati Jawa Tengah. Informasi ini diperoleh langsung dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Menurut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom cacar monyet saat ini terkategori penyakit darurat karena telah menyebar di lebih 70 negara. (Kompas.com 20/08/22)
Penyakit cacar monyet disebabkan oleh virus cacar monyet yang pertama kali ditemukan tahun 1958 pada kera yang dipelihara untuk diteliti. Penyebaran virus diperkirakan melalui manusia yang melakukan perjalanan antarnegara atau melalui binatang ternak.
Terdapat dua jenis virus cacar monyet, yaitu virus yang pertama kali ditemukan di Basin Kongo Afrika Tengah dan Afrika Barat. Kabarnya virus yang berasal dari Basin Kongo lebih cepat penularannya. Penyakit cacar monyet ini memiliki gejala yang hampir sama dengan cacar biasa. Penularan dari hewan ke manusia bisa melalui kontak cairan ataupun kontak dengan luka yang terbuka pada hewan yang terinfeksi. Ibu hamil juga bisa menularkan pada bayi yang sedang dikandungnya melalui plasenta maupun pada saat proses kelahiran.
Seperti biasanya, pemerintah terlihat kurang memahami bahaya dari penyakit menular ini. Padahal pada bulan Mei 2022, penyakit ini telah menyebar di 12 negara bahkan saat ini kabarnya sudah puluhan negara. Atas kondisi tersebut seharusnya pemerintah langsung melakukan pemeriksaan kepada siapa saja yang melakukan perjalanan luar negeri dan juga WNA yang masuk agar dapat langsung terdeteksi, jangan menunggu gejala muncul agar tidak menular kepada orang lain, mengingat keteledoran pemerintah terhadap Covid-19 telah menelan puluhan jiwa. Bukan tidak mungkin peristiwa yang serupa akan berulang jika pemerintah tidak melakukan tindakan preventif dengan menutup akses keluar masuk.
Kenapa dugaan ini muncul? Karena negara yang saat ini mengadopsi kapitalis sekuler hampir tidak memiliki sense of crisis terkait hal-hal yang membahayakan masyarakat. Terlebih landasan negara dalam sistem kapitalisme hanya melihat dari segi keuntungan materi semata dengan akidahnya yang menjauhkan tuntunan agama dari aktivitasnya sebagai pemimpin. Negara baru merespons dan melakukan penanganan jika telah ada masyarakat yang mengalami keluhan, itu pun bukan dengan cara mencegah penyebarannya.
Berbeda halnya dengan negara dalam sistem pemerintahan Islam yang memiliki sense of crisis dan pelayanan menyeluruh terhadap kebutuhan dan persoalan umat. Negara akan melakukan beberapa upaya untuk mencegah merebaknya penyakit menular. Pertama, memberikan pengawasan dan pengecekan khusus bagi WNI maupun WNA yang melakukan perjalanan luar negeri agar cepat terdeteksi, positif atau negatif. Kedua, memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyakit yang sedang merebak agar lebih waspada ketika perjalanan ke luar negeri atau tidak sama sekali keluar jika tujuan perjalanan adalah negara terkategori suspect.
Ketiga, memberikan pelayanan kesehatan yang optimal terhadap individu yang terpapar virus. Pelayanan kesehatan untuk korban yang terpapar virus akan dilakukan secara profesional dan gratis. Hal ini karena pemerintahan dalam sistem Islam akan memberikan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma bagi seluruh rakyat baik muslim maupun nonmuslim, untuk orang kaya maupun orang miskin. Karena pemimpin dalam Islam bertanggung jawab atas nasib rakyatnya. “Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan dia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR Bukhari)
Negara juga akan memberikan dana yang cukup besar untuk penelitian oleh tenaga ahli agar segera ditemukan obat-obatan dan vaksin untuk menangkal virus. Keempat, memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga pasien pasca terpapar virus hingga ia bisa beraktivitas normal kembali.
Begitulah negara yang menerapkan sistem Islam akan menjadi perisai terdepan yang mengutamakan keselamatan rakyatnya, tidak hanya amanah namun juga profesional dalam mengurus rakyatnya. Karena sistem Islam telah membebankan pada seorang pemimpin untuk melayani bukan dilayani. Semua riayah-nya adalah amanah yang akan diminta pertanggung jawaban kelak di hari akhir. Sosok pemimpin seperti inilah yang dibutuhkan dunia dengan seperangkat aturan sahih yang akan ia terapkan dalam institusi Islam kaffah. Maka suatu keniscayaan kondisi umat akan aman dan sejahtera, keberkahan terlimpah dari langit dan bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-A'raf ayat 96 “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan.”
Wallahu a'lam bi ash-showab.[]