Nasib Perempuan Afganistan di Tangan Taliban

”Pemberlakuan syariat Islam secara parsial oleh Taliban, menciptakan gambaran buruk masyarakat dunia terhadap Islam. Adanya larangan bagi perempuan untuk menuntut ilmu, bekerja, dan berpolitik, menimbulkan satu pandangan yang salah terhadap Islam.”

Oleh. Mariyatul Qibtiyah, S.Pd.
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Satu tahun sudah Taliban berkuasa di Afganistan. Pemerintah Taliban menetapkan hari itu sebagai hari libur nasional. Para anggota Taliban pun memperingatinya dengan melakukan konvoi menggunakan motor dan kendaraan lain, sambil meneriakkan slogan-slogan kemenangan. Mereka tampak bergembira, karena tidak lagi berada di bawah kekuasaan Amerika Serikat.

Afganistan Sekarang

Satu tahun sejak berakhirnya pendudukan Amerika Serikat atas Afganistan, negeri para mullah itu belum mendapatkan pengakuan dunia. Para pemimpin Taliban telah berkali-kali berupaya dan menyerukan kepada dunia untuk mengakui keabsahan pemerintahan Taliban. Namun, hingga sekarang, upaya itu belum mendapatkan hasil. (liputan6.com, 16/8/2022)

Dalam satu tahun ini, kehidupan rakyat Afganistan semakin terpuruk. Krisis ekonomi yang parah telah terjadi sejak Taliban berkuasa Agustus tahun lalu. Amerika Serikat dan negara-negara Barat membekukan dana bank sentral Afganistan sebesar 9 miliar USD. Penyaluran bantuan asing bagi Afganistan juga dihentikan.https://narasipost.com/2022/01/29/kapan-mimpi-buruk-muslimah-afganistan-berakhir/

Akibatnya, terjadi kelaparan yang parah. Laporan dari International Rescue Committee (Komite Penyelamatan Internasional) menyebutkan, sebanyak 43% rakyat Afganistan hanya makan kurang dari satu kali per hari. Untuk mendapatkan makanan, para ibu berkumpul di dekat toko roti dan menunggu pembeli yang menyedekahkan roti untuk mereka. Harga berbagai kebutuhan pokok yang melonjak membuat masyarakat tidak mampu membelinya. (merdeka.com, 16/8/2022)

Pembatasan Hak-Hak Perempuan

Setelah Amerika Serikat meninggalkan Afganistan, Taliban pun mengambil alih kekuasaan di sana. Saat itu, banyak yang khawatir jika kaum perempuan akan kembali dikekang seperti pada masa Taliban sebelumnya. Karena itu, beberapa negara membekukan dana pemerintah Afganistan yang disimpan di negara-negara tersebut.

Taliban pun menyadari kekhawatiran dunia itu. Maka, penguasa baru itu pun berjanji akan memberikan hak-hak perempuan. Misalnya, hak untuk memperoleh pendidikan, bekerja, maupun berpolitik.

Namun, janji tinggallah janji. Segera setelah menaiki tampuk kekuasaan, Taliban pun menetapkan peraturan yang baru. Mulai dari menghapus kementerian perempuan, hingga memberhentikan para perempuan yang menempati posisi sebagai pegawai di kantor pemerintah.https://narasipost.com/2022/02/06/islam-kaffah-untuk-muslimah-afganistan/

Di samping itu, Taliban juga melarang anak-anak perempuan yang berusia lebih dari 12 tahun pergi bersekolah. Para perempuan juga dilarang bekerja di luar rumah. Mereka juga tidak boleh bepergian tanpa mahram jika perjalanan mereka mencapai 78 km.

Aturan yang berkaitan dengan perempuan tidak hanya itu. Menurut Fawzia Koofi, seorang aktivis dan politikus perempuan Afganistan, ada 28 perintah eksekutif khusus untuk perempuan. Karena itu, Fawzia menganggap hari itu sebagai hari paling menyedihkan bagi warga Afganistan, khususnya perempuan serta anak perempuan. Sebab, harapan mereka musnah sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Afganistan. (voaindonesia.com, 16/8/2022)

Karena itu, setelah satu tahun Taliban berkuasa, Amerika Serikat masih menahan cadangan devisa negara itu. Amerika menyatakan akan mencairkan dana tersebut jika Afganistan memperbaiki pemberian hak-hak kaum perempuan. Di samping itu, Amerika juga menuntut dibentuknya pemerintahan yang inklusif.

Inilah yang mendorong para aktivis perempuan di Afganistan berusaha mengubah nasib kaum mereka. Misalnya seperti yang dilakukan oleh Pashtana Durrani. Secara sembunyi-sembunyi, ia membuka sekolah khusus untuk perempuan.

Sementara aktivis perempuan lainnya, Huda Khamosh mendesak kaum perempuan agar bersuara menuntut hak-hak mereka. Sebab, menurut Khamosh, perempuan juga memiliki martabat serta hak hidup. Bukan hanya hak untuk memilih suami.

Islam dan Perempuan

Pemberlakuan syariat Islam secara parsial oleh Taliban, menciptakan gambaran buruk masyarakat dunia terhadap Islam. Adanya larangan bagi perempuan untuk menuntut ilmu, bekerja, dan berpolitik, menimbulkan satu pandangan yang salah terhadap Islam. Agama yang dibawa oleh Rasulullah saw. ini dianggap telah memosisikan perempuan sebagai warga negara kelas dua. Akibatnya, perempuan pun menderita karenanya.

Padahal, ajaran Islam bukan seperti anggapan mereka. Sejatinya, Islam adalah agama yang melindungi, mengayomi, dan menyejahterakan umat, termasuk perempuan. Islam akan memberikan perhatiannya kepada setiap individu yang menjadi warga negaranya. Laki-laki, perempuan, anak-anak, orang tua, semua akan mendapatkan hak mereka. Penerapan Islam sejak didirikannya Daulah Islam yang pertama oleh Rasulullah saw. di Madinah, telah membuktikan hal itu.

Kaum laki-laki mendapatkan hak-hak mereka. Demikian pula dengan kaum perempuan. Baik itu hak untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasar, hak pendidikan, kesehatan, maupun rasa aman. Misalnya dalam hak mendapatkan pendidikan, disebutkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari,

يا رسول الله غلبنا عليك الرجال فاجعل لنا يوما

”Ya Rasulullah, kaum laki-laki telah mengalahkan kami. Maka, berilah kami waktu satu hari khusus untuk mengkaji ilmu darimu.”

Karena itu, kita mendapati banyak orang hebat yang lahir dalam peradaban Islam. Tidak hanya laki-laki, tetapi juga perempuan. Di antara perempuan hebat itu ada yang menjadi perawi hadis, seperti Aisyah binti Abu Bakar r.a. Salah satu istri Rasulullah saw. Itu telah meriwayatkan 2.210 hadis. Ada pula Sutayta Al-Mahamali yang ahli matematika, Mariyam Al-Astrolabiyah Al-Ijliya, seorang ahli astronomi yang menemukan astrolab, dan lain-lainnya.

Demikian pula, Islam memberikan kepada perempuan hak untuk berpolitik. Karena itu, mereka boleh menjadi anggota majelis syura. Mereka juga boleh menduduki posisi di pemerintahan, asalkan tidak berkaitan dengan kekuasaan, seperti khalifah atau wali. Mereka juga boleh menyampaikan nasihat kepada penguasa. Hal itu pernah dilakukan oleh seorang perempuan yang mengkritisi kebijakan Khalifah Umar bin Khattab saat menetapkan batas maksimal mahar sebesar 400 dirham.

Dalam Islam, perempuan memang tidak berkewajiban mencari nafkah. Namun, mereka dibolehkan bekerja di luar rumah. Terlebih, jika pekerjaan itu sangat dibutuhkan umat, seperti mengajarkan Al-Qur’an atau tsaqafah Islam. Tentu saja, ia harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan bagi perempuan saat keluar rumah. Misalnya, mendapat izin dari walinya dan mengenakan jilbab.

Karena itu, semestinya para aktivis perempuan di Afganistan memperjuangkan diterapkannya syariat Islam secara kaffah, bukan kesetaraan gender. Kesetaraan gender justru akan membuat mereka sekadar alat untuk menghasilkan uang dan menghancurkan keluarga. Pada akhirnya, bukan kebahagiaan yang mereka dapatkan, tetapi kehancuran umat Islam. Maka, musuh-musuh Islam yang memetik hasilnya. Sedangkan umat Islam hanya akan menjadi korbannya.

Wallaahu a’lam bishshawaab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Tujuh Puluh Tujuh Tahun
Next
Oleh-oleh Investasi Asing, Senang atau Galau?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram