"Apakah amalan terbaik dalam Islam? Rasulullah saw. menjawab, 'Berikanlah makan orang-orang dan tebarkanlah ucapan salam satu sama yang lain, baik kamu saling mengenal maupun tidak'."
(HR. Sahihain)
Oleh. Andrea Aussie
(Pemred NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com- "Ass, Ndre!" ucap sahabatku, Mila. Aku hanya menengok sekilas kepadanya dan tanganku kembali sibuk design image untuk publish naskah di website-ku.
“Asskum, Ndre! Mikum, Ndre! Asaa kum, Ndre!” terdengar suara Mila mulai jengkel.
“Ndre, telinga kamu tuli, ya? Aku berkali-kali mengucapkan salam saja tidak kamu jawab. Bahkan message dariku saja tidak kamu reply. Kamu kenapa, sih? Marah, ya?”
Kuhela napasku dan kutatap bola mata Mila. “Apa yang harus kujawab atas salammu, Mil? Menurutku tak ada satu pun dari salammu yang patut kujawab."
“Maksudmu?” tanya Mila heran.
“Gini lho, Mil, salam itu doa. Islam mempunyai salam yang sangat indah yaitu assalamualaikum warahmatullaahi wa barakaatuh wa maghfiratuh."
“Wah, itu 'kan kepanjangan, Ndre, salamnya. Makanya kusingkat jadi ass, asskum, mikum atau asaa kum!"
“Nah itu dia yang menjadikan salam Islam salah kaprah. Kamu tahu gak arti dari salam-salam yang tadi diucapkan olehmu?” tanyaku dengan sabar. Kulihat Mila hanya menggelengkan kepala tanpa suara.
“Saya tahu dan paham bahwa banyak orang yang suka salah kaprah dalam mengucapkan atau menuliskan salam Islam tersebut. Padahal, maknanya sangat jauh berbeda, lho. Contoh yang pertama adalah kata 'asaa..kum'. Ucapan atau penulisan ini sangat berbahaya, sebab kata 'lam' dihilangkan sehingga arti kata 'assa..kum' berubah menjadi kematian untukmu."
"Kedua, kata 'as..salam mualaikum', menurutku salam ini kurang karena huruf ain dibaca alif pada kata 'alaikum' yang artinya hilang. Ketiga adalah kata 'askum' yang mana artinya celakalah kamu. Keempat kata 'mikum', yakni kata yang berasal dari bahasa Ibrani yang artinya mari bercinta. Kelima kata 'assamu' yang artinya racun. Keenam, kata 'samlekum' artinya matilah kamu. Ketujuh, kata 'ass', kata yang benar-benar gak sopan karena artinya adalah pantat."
"Begitu, lho, Mila, beberapa kata yang disingkat dari ucapan Islam tersebut.”
“Waduh, ternyata ucapanku selama ini salah, ya? Maaf ya, Ndre, saya tidak tahu. Bolehkah dirimu jelaskan lebih rinci tentang salam Islam itu? Dalil dan maknanya yang lebih luas dari itu apa?”
"Oke, aku mulai dari makna salam dulu, ya. Pertama, salam itu bukan sekadar ungkapan kasih sayang, tetapi memberikan juga alasan dan logika kasih sayang yang diwujudkan dalam bentuk doa pengharapan agar kita selamat dari segala duka derita. Tidak seperti kebiasaan orang Arab yang mendoakan agar tetap hidup, tetapi salam justru mendoakan agar hidup dalam kebaikan. Yang kedua, salam mengingatkan kita bahwa kita semua bergantung kepada Allah Swt. Tak satu pun makhluk yang bisa mencelakai ataupun memberikan manfaat kepada siapa pun tanpa izin-Nya. Ketiga, perhatikanlah saat seseorang mengatakan kepada kita, 'Aku berdoa semoga kamu sejahtera,' maka ia menyatakan dan berjanji bahwa kita akan aman dari tangan (perlakuan), lidahnya (lisan), serta ia akan menghargai hak hidup, kehormatan, dan harga diri kita."
"Di dalam kitab Ahkamul Qur’an, Ibnu Al-Arabi menyatakan, 'Tahukah kamu arti salam? Orang yang mengucapkan salam itu memberikan pernyataan bahwa 'kamu tidak terancam dan aman sepenuhnya dari diriku'."
"Rasulullah saw. sangat menekankan penyebaran pengucapan salam antara sesama muslim dan beliau menyebutnya sebagai perbuatan baik yang paling utama di antara perbuatan baik lainnya. Ada beberapa sabda Rasulullah saw. yang menjelaskan pentingnya ucapan salam antara sesama muslim, yaitu pertama hadis riwayat Muslim yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah bersabda, 'Kamu tidak akan masuk surga kecuali bila kamu beriman. Imanmu belumlah lengkap sehingga kamu berkasih sayang satu sama yang lain. Maukah kuberitahu sesuatu yang jika kamu mengerjakannya maka kamu akan menanamkan dan memperkuat kasih sayang di antara kamu? Tebarkanlah ucapan salam satu sama yang lain, baik kepada yang kamu kenal maupun yang belum kamu kenal'."
"Yang kedua adalah hadis riwayat Sahihain. Abdullah bin Amr r.a mengisahkan bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., 'Apakah amalan terbaik dalam Islam? Rasulullah saw. menjawab, 'Berikanlah makan orang-orang dan tebarkanlah ucapan salam satu sama yang lain, baik kamu saling mengenal maupun tidak'."
"Ketiga, Abu Ummamah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda seperti dalam hadis Ahmad, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi bahwa 'Orang yang lebih dekat kepada Allah Swt. adalah yang lebih dahulu memberi salam'."
"Keempat, Abdullah bin Mas’ud r.a meriwayatkan bahwa Rasululllah bersabda seperti yang termaktub dalam Musnad Al-Bazar, Al-Mu’jam Al-Kabir oleh At-Tabrani bahwa 'Salam adalah salah satu asma Allah Swt. yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberimu salam kepada yang lain,derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jemaah suatu majelis tidak menjawab ucapan salam, maka para malaikat menjawab ucapan salamnya'."
"Kelima, Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. dalam sabdanya, 'Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir adalah orang yang kikir dalam penyebaran salam'."
"Nah, itu dulu beberapa dalil pentingnya ucapan salam. Sebenarnya masih banyak lagi dalil-dalil tentang pentingnya ucapan salam teraebut, lho, Mila!" ucapku panjang lebar.
“Hmm … kalau salam itu sangat penting, lalu kenapa kita tak boleh menyingkat ucapan salam tersebut? Apakah ada dalilnya?”
“Off course ada! Dalam Musnad Ad-Darami, Abu Daud dan Tirmidzi dari Imran bin Al-Hashin, dikisahkan bahwa seseorang datang kepada Rasululllah saw. dan mengucapkan 'Assalamualaikum!' Rasulullah menjawab, 'Sepuluh'. Kemudian datang yang lain memberi salam, 'Assalamualaikum warahmatullaahi” Rasulullah berkata, 'Dua puluh'. Dan orang ketiga datang mengucapkan 'Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh', maka dijawab oleh Rasulullah, 'Tiga puluh'. Dan orang terakhir mengucapkan 'Assalamualaikum warahmatullahi wa barakaatuh wa maghfiratuh', Nabi saw. berkata, 'Empat puluh pahala dan beginilah keutamaannya'.”
"Jadi intinya, ucapkanlah salammu dengan benar, baik lisan maupun tulisan sesuai dengan syariat Islam. Setidaknya ucapkanlah 'Assalamualaikum.' Kita punya kewajiban untuk membalas salam tersebut, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya QS. An-Nisa ayat 86, 'Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah dengan penghormatan yang lebih baik atau yang serupa. Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan'.”
"Di sini, mendahului memberi salam dan membalasnya termasuk yang diperhitungkan oleh Allah Swt. Hendaknya kita membiasakan memberi salam dan membalasnya demi menyenangkan Allah Swt. dan menyuburkan kasih sayang di antara kita. Hanya saja, ada pengecualian kewajiban membalas salam. Pertama, saat sedang salat. Membalas ucapan salam ketika salat akan membatalkan salatnya. Kedua, ketika sedang buang air besar atau berada di kamar mandi. Ketiga, seoranh khatib, yakni orang yang sedang membaca Al-Qur'an atau seseorang yang sedang mengumandangkan azan atau ikamah."
“Wah, subhanallah … ternyata ucapan salam Islam itu sangat luas ya pengertiannya. Terima kasih ya, Ndre, sudah berbagi ilmu yang selama ini kuanggap sepele."
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakaatuh wa maghfiratuh
Double Bay Sydney, 24 Agustus 2022[]
Masyaallah, Mom Andrea ternyata piawai dalam menulis. Bravo Mom! Barakallah Mom!.
Dua jempol for you
Masih ramai terdengar salam tak bermakna dan tak bernilai pahala. Amat disayangkan, tak memedulikan matematika langit.