"Dalam menyelesaikan persoalan yang menimpa wilayah muslim Palestina ini, harus ada upaya strategis dan sistematis untuk menghentikan kekerasan Zionis Israel yang berkepanjangan, bukan sekadar kecaman. Hal ini membutuhkan dukungan serta kekuatan yang seimbang dari umat Islam di seluruh dunia, yaitu dengan menggalang kekuatan dunia Islam dalam satu kepemimpinan. Kepemimpinan inilah yang nantinya akan membentuk kekuatan militer untuk menyerang dan menghentikan paksa kekerasan Zionis Israel."
Oleh: Nur Itsnaini Maulidia
(Aktivis Dakwah dan Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com- Kabar duka kembali terdengar dari Gaza, Palestina. Zionis Israel tak henti-hentinya membombardir wilayah Gaza. Kementerian daerah kantong Palestina melaporkan, sejak hari Jum'at (05/08/2022) operasi militer Israel, telah menewasakan 44 warga Palestina, termasuk 15 anak-anak dan empat wanita. Sebanyak 311 orang lainnya terluka di seluruh Gaza. (Detik.com, 08/08/2022)
Serangan Zionis Israel ini, menimbulkan banyak kecaman dari berbagai pihak. Salah satunya Aqsa Working Group mengecam keras langkah Zionis Israel yang kembali membombardir Gaza. (Republika.co.id, 07/08/2022)
Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina juga mengutuk agresi brutal Zionis Israel di Jalur Gaza yang memasuki hari kedua pada Sabtu (6/8/2022). Lembaga tersebut menyatakan Israel membuat wilayah Palestina layaknya lapangan latihan dan warga sebagai target tembak. (Republika.co.id, 07/08/2022)
Penguasa negeri-negeri muslim hanya bersikap prihatin dan mengecam, namun di sisi lain mereka terus berhubungan baik dengan Israel. Hal ini menyebabkan berbagai kecaman yang terus-menerus diserukan untuk membela negeri muslim tidak membuahkan hasil. Perilaku penguasa negeri-negeri muslim ini menunjukkan bahwa mereka tidak sepenuhnya membela Palestina yang merupakan salah satu negeri muslim. Begitulah realita negeri-negeri muslim dalam naungan sistem kapitalisme sekuler hari ini. Negeri muslim yang dulunya bersatu kini terpisah karena adanya sekat-sekat nasionalisme. Ketika salah satu negeri muslim terus-menerus dibantai, negeri-negeri muslim lainnya tidak bertindak tegas untuk membela serta mengembalikan wilayah hak umat muslim.
Dalam menyelesaikan persoalan yang menimpa wilayah muslim Palestina ini, harus ada upaya strategis dan sistematis untuk menghentikan kekerasan Zionis Israel yang berkepanjangan, bukan sekadar kecaman. Hal ini membutuhkan dukungan serta kekuatan yang seimbang dari umat Islam di seluruh dunia, yaitu dengan menggalang kekuatan dunia Islam dalam satu kepemimpinan. Kepemimpinan inilah yang nantinya akan membentuk kekuatan militer untuk menyerang dan menghentikan paksa kekerasan Zionis Israel. Sebagaimana dulu pada masa kepemimpinan Khilafah Utsmaniyah dengan kekuatan militernya yang berwibawa telah melarang Yahudi merampas tanah Palestina dan tinggal di dalamnya.
Kekuatan militer dalam kepemimpinan Islam dibentuk dengan tujuan membantu pemerintah dalam menjaga keamanan negera, membela kehormatan agama Islam, melindungi saudara sesama muslim, serta menghadapi para penentang dan pemberontak. Kekuatan ini juga digunakan untuk mempertahankan kekuasaan Islam, termasuk menjaga pemikiran dan pemahamannya, serta mengemban pemikiran dan pemahaman tersebut ke luar negeri.
Salah satu bukti kekuatan militer yang dimiliki Islam terjadi pada masa Khalifah al-Mu’tashim Billah. Kisah ini dicatat dalam kitab al-Kamil fi al-Tarikh karya Ibn Al-Athir. Pada masa Khalifah al-Mu’tashim Billah ada seorang budak muslimah dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar Kota Ammuriah. Ia meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi. Karena peristiwa tersebut, khalifah segera mengirim puluhan ribu pasukan untuk menyerbu Kota Ammuriah (Turki).
Kota Ammuriah kemudian dikepung oleh tentara muslim selama kurang lebih lima bulan. Kota tersebut berakhir takluk di tangan Khalifah al-Mu’tasim pada tanggal 13 Agustus 833 M. Puluhan ribu prajurit Romawi terbunuh dan puluhan ribu lainnya ditawan. Hal ini juga dimaksudkan oleh khalifah sebagai pembebasan Kota Ammuriah dari jajahan Romawi.
Inilah bukti kekuatan militer yang dimiliki Islam. Hanya satu orang yang dilecehkan, puluhan ribu pasukan bergerak untuk menyelamatkan saudaranya. Kekuatan ini jugalah yang membebaskan Kota Ammuriah dari penjajahan.
Namun yang terjadi saat ini, ribuan umat muslim di Palestina bahkan di berbagai negeri telah mengalami penderitaan yang luar biasa akibat perlakuan keji yang dilakukan oleh Zionis Israel dan perlindungan yang diberikan kepada mereka oleh para penguasa zalim. Namun, tidak ada satu pun pemimpin yang bergerak mengirimkan kekuatan militernya untuk menyelamatkan saudara-saudara yang sedang mendapat perlakukan zalim ini. Yang terjadi justru mereka menormalisasi serta berhubungan baik dengan Zionis Israel. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan yang menimpa umat muslim di Palestina butuh kekuatan yang seimbang, yaitu kekuatan militer sebagaimana yang dimiliki oleh kepemimpinan Islam pada masa kejayaan Islam dalam naungan khilafah. Wallaahu a'lam.[]