Benarkah Lelah?

Perlu keinsyafan yang dalam untuk memahami lelah kita, khususnya dalam ketaatan pada syariat.


Oleh : Ahyani R.

NarasiPost.com - Lelah adalah fitrah. Sebagai sinyal tubuh bahwa kita butuh istirahat. Tapi pernahkah kita bertanya, mengapa kita merasa lelah hingga akhirnya menyerah melakukan aktivitas termasuk dalam melaksanakan ketaatan sebagai hamba-Nya?

Ada penjelasan menarik dari Jo Marchant, seorang doktor dalam bidang genetik dan mikrobiologi medikal. Dalam bukunya, Cure, lelah ini ternyata bukan disebabkan karena faktor fisik. Tapi karena sistem otak bernama Central Governor. Sistem ini mengirimkan sinyal agar kita berhenti sebagai bentuk pertahanan alami tubuh. Uniknya, sinyal ini bisa muncul saat energi kita belum sampai pada ambang maksimal. Artinya energi kita masih ada bahkan mungkin masih penuh tapi kita sudah berhenti dan menyerah dengan alasan lelah.

Memahami lelah, tercenung membaca kisah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam Istri Beliau, Aisyah Radhiallahu 'Anha berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam ketika melaksanakan shalat maka beliau berdiri hingga kedua kakinya bengkak. Aisyah Radhiallahua 'Anha lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, Apa yang engkau perbuat, sedangkan dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni.” Apa jawab beliau, “Wahai Aisyah, bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?” (HR. Muslim). MasyaAllah. Allahummashalli'alaa Muhammad.

Bukan sinyal lagi, tapi kaki bengkak itu sudah menjadi bukti kuat untuk berhenti. Tapi Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam tetap melaksanakan ibadah sebagai bentuk kesyukuran pada Rabbnya. Jika manusia mulia yang dijamin surga saja tak kenal lelah dalam ketaatan, lantas bagaimana dengan kita yang belum dijamin masuk surga?

Perlu keinsyafan yang dalam untuk memahami lelah kita, khususnya dalam ketaatan pada syariat. Sebab Allah Ta'ala telah berfirman, "Fattaqullaha mastatho'tum", bertakwalah kepada Allah menurut "kesanggupanmu". Ternyata makna kesanggupan di sini bukanlah yang minimalis tapi yang maksimal sampai energi habis dan akhirnya menghentikan kita. Inilah arti mastatho'tum.

Karenanya, pastikan lelah kita. Jangan-jangan rasa "lelah" yang muncul, yang membuat kita menyerah dan berhenti dalam menjalankan ketaatan, bukan karena kita tidak sanggup. Tapi karena memang kita enggan melaksanakannya. Na'udzubillah min dzalik.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Islam Solusi Kekerasan Anak
Next
Islam Menggantikan Demokrasi di Indonesia, Bisa?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram