Potret Buram para Pekerja Migran

”Mereka pun mencoba merajut mimpi agar perekonomian keluarga tercukupi. Namun sayang, kenyataan yang dihadapi tidak seindah mimpi.”

Oleh. Atien
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-”Orang bilang tanah kita tanah surga tongkat kayu dan batu jadi tanaman.”

Penggalan lirik lagu ”Kolam susu” di atas menggambarkan betapa kekayaan alam negeri ini begitu melimpah. Tidak heran jika orang menyebutnya tanah surga. Namun sayang, semua itu hanya tinggal kenangan dalam sebuah lagu. Kekayaan negeri yang melimpah ternyata tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan rakyatnya.

Maka tidak heran jika banyak saudara-saudara kita yang mengadu nasib di negeri orang dengan menjadi pekerja migran. Mereka berharap bisa memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak untuk menghidupi keluarganya. Namun bukan pekerjaan yang didapatkan, mereka justru menderita di negara orang.

Sungguh malang nasib 60 WNI yang disekap di Kamboja. Berita penyekapan para pekerja migran tersebut dibenarkan oleh Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan. Brigjen Ahmad menyampaikan bahwa 55 WNI sudah dibebaskan oleh kepolisian Kamboja. Brigjen Ahmad juga menjelaskan bahwa WNI yang sudah bebas terdiri dari 47 laki-laki dan 8 perempuan. Hal tersebut disampaikan oleh Ahmad di Mabes Polri, Jakarta Selatan pada Sabtu ( 30/7/2022, tvonenews.com).

Peristiwa penyekapan WNI di Kamboja menjadi pelajaran berharga untuk kita semua. Betapa masih banyak dari saudara-saudara kita yang menganggap bahwa mencari pekerjaan di negeri orang lebih menjanjikan. Gaji yang besar menjadi alasan utama mereka bekerja ke negara tujuan. Mereka rela meninggalkan keluarga untuk mencoba peruntungan. Mereka pun mencoba merajut mimpi agar perekonomian keluarga tercukupi. Namun sayang, kenyataan yang dihadapi tidak seindah mimpi.

Jika Bisa Memilih

Menjadi pekerja migran sepertinya masih menjadi pilihan bagi sebagian orang. Meskipun bahaya terkadang menghampiri, mereka cenderung tidak peduli. Padahal, sering kali terjadi masalah dan kasus yang sama. Terkadang gaji tidak dibayar atau jam kerja yang tidak sesuai perjanjian. Belum lagi kasus-kasus penganiayaan, penyiksaan, maupun tindak kekerasan. Akan tetapi minat untuk bekerja di luar negeri masih tinggi. Apabila hal itu dibiarkan bukan tidak mungkin kasus serupa dapat terulang kembali.

Mengadu nasib di negeri orang memang bukan pilihan yang tepat. Namun, pada kenyataannya mencari pekerjaan di negeri sendiri adalah sesuatu yang sangat sulit. Imbas pandemi Covid-19 masih menghantui. Kasus PHK marak terjadi. Hal itu tentu saja menjadikan angka pengangguran semakin tinggi. Jumlah angka pengangguran mencapai 9,77 juta di akhir tahun 2021. Jumlah tersebut akan terus bertambah jika masalah pengangguran ini tidak segera ditangani secara serius (JawaPos.com).

Peran Negara

Berbagai permasalahan yang terjadi di atas adalah tanggung jawab negara. Begitu juga dengan masalah penyekapan yang menimpa para WNI di Kamboja. Masalahnya tidak sekadar membebaskan para WNI. Namun, harus sampai kepada akar permasalahannya yaitu menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyat. Di samping itu, rakyat juga harus dimudahkan dalam mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok dengan harga terjangkau. Begitu pula dengan pemenuhan kesehatan, pendidikan dan hal-hal yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, semuanya menjadi tanggung jawab negara.

Penganut Sistem Kufur

Namun, adanya kepengurusan negara yang begitu melindungi rakyatnya sepertinya hanya isapan jempol belaka. Perlindungan dan kepengurusan negara yang berpihak kepada rakyat kini telah dikebiri oleh sistem yang sedang bercokol di negeri ini. Perlindungan dan kepengurusan negara hanya diberikan kepada segelintir orang dan sekelompok golongan. Hal itu bisa dilihat dari aspek pengelolaan kekayaan alam negeri ini. Kekayaan alam yang begitu melimpah ternyata hanya dikuasai oleh orang-orang yang serakah. Tanpa rasa bersalah mereka menguasai dan mengambil apa yang bukan menjadi haknya.

Sistem ini menjadikan penganutnya hanya mementingkan keuntungan materi. Mereka tidak peduli benar salah yang sesuai dengan hukum syariat. Tolak ukur sistem kufur ini memang hanya materi dunia. Agama hanya diambil sebagian itu pun yang dinilai menguntungkan. Begitulah buah pemikiran sistem rusak buatan manusia. Semuanya demi kebahagiaan dunia semata. Kebahagiaan akhirat tidak dipikirkan, bahkan sengaja dilupakan.https://narasipost.com/2022/07/23/kapitalisme-neoliberal-menyebarkan-wabah-krisis-di-barat-dan-timur/

Asas sistem ini yang bersandar kepada kebebasan menjadikan penganutnya bisa berbuat apa saja. Ada empat pilar kebebasan yang membuat sistem ini bisa terus tegak berdiri. Kebebasan berperilaku, berpendapat, beragama, dan kepemilikan. Pilar terakhir ini menjadikan munculnya keserakahan dengan menguasai kekayaan alam yang notabene merupakan hajat hidup rakyat. Kekayaan alam tersebut seharusnya dikelola dengan benar untuk kesejahteraan rakyat. Namun yang terjadi justru sebaliknya, kekayaan alam yang merupakan kepemilikan umum ternyata hanya dinikmati oleh sekelompok tertentu yaitu para pengusaha sebagai pemilik modal dan orang-orang yang dekat dengan kekuasaan.

Itulah cara kerja sistem kufur kapitalisme dalam melanggengkan kedudukannya. Sistem ini membuat penganutnya mengabaikan hati nurani. Hal itu menjadikan mereka tidak memiliki empati ataupun rasa simpati dengan penderitaan orang lain. Bagi mereka kesenangan diri sendiri lebih penting.

Setali tiga uang dengan negara yang menerapkan sistem kapitalisme. Negara dalam sistem ini hanya menjadi fasilitator bagi para pemilik modal. Negara tidak memiliki wewenang untuk mengambil kebijakan dalam urusan mengelola sumber daya alam. Semua dikendalikan oleh para pemilik modal. Maka tidak heran apabila kesejahteraan tidak merata. Kesejahteraan di negeri ini menjadi timpang. Keadaan tersebut membuat yang miskin makin miskin sedangkan yang kaya semakin kaya. Sebagai sistem buatan manusia yang lemah dan terbatas, dipastikan sistem ini tidak akan bisa menjadi solusi. Masihkah berharap kepada sistem yang rusak ini?

Islam Hadir sebagai Solusi

Sangat berbeda keadaannya jika sistem Islam yang menjadi sandaran. Sistem Islam dengan aturannya yang datang dari Allah Swt. akan memberikan panduan yang jelas dan benar di seluruh aspek kehidupan. Islam juga mengatur tentang kepemilikan umum yaitu pengelolaan kekayaan alam. Kekayaan alam yang ada akan dikelola oleh negara. Setelah itu hasilnya akan diperuntukkan untuk kesejahteraan rakyat. Sebab dalam Islam, kekayaan alam merupakan kepemilikan umum, berarti hasilnya juga untuk masyarakat umum. Rasul saw. bersabda yang artinya: "Kaum muslim berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput dan api." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Hadis di atas menyebutkan benda-benda yang dibutuhkan dan menguasai hajat hidup orang banyak. Dengan demikian, barang apa saja yang dibutuhkan dan menguasai hajat hidup orang banyak maka kepemilikan atas barang tersebut bersifat umum. Contoh dari benda yang menjadi milik umum adalah hasil hutan dan barang tambang.

Dengan aturan Islam, negara benar-benar memberikan kesejahteraan dan perlindungan untuk seluruh rakyat tanpa terkecuali. Negara dalam naungan Islam juga akan memberikan kemudahan bagi seluruh rakyat dalam memenuhi kebutuhan hidup yaitu tersedianya barang-barang kebutuhan pokok dengan harga terjangkau. Begitu pula dengan kebutuhan akan pendidikan, kesehatan, dan rasa aman pasti mendapat jaminan.

Sebab, kepala negara dalam Islam sadar betul akan beban dan amanah yang dipikulnya. Seorang kepala negara atau imam adalah pemimpin yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Swt. Abdullah bin Umar mengatakan, Rasulullah saw. berkata, "Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka." (HR. Abu Dawud)

Negara dalam Islam juga akan menyediakan lapangan kerja yang memadai bagi laki-laki. Sebab dalam Islam, seorang laki-laki memiliki tanggung jawab untuk menafkahi keluarganya. Perintah tersebut terdapat dalam firman Allah Swt. yang artinya: "….. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut." (TQS. Al-Baqarah [2]: 233)

Dengan begitu para suami tidak akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Negara juga akan membantu permodalan saat rakyat membutuhkan modal untuk membangun sebuah usaha. Negara akan berperan semaksimal mungkin demi kesejahteraan seluruh rakyat. Negara akan menjadi pengurus dan pelindung rakyat di seluruh lini kehidupan. Dalam naungan Islam tidak akan ada lagi pekerja migran yang merana dan menderita di negeri orang.

Namun, untuk mewujudkan hal itu bukan perkara yang mudah. Semuanya harus disandarkan kepada penerapan Islam secara kaffah. Dengan Islam kaffah seluruh permasalahan hidup pasti teratasi. Sebab Islam kaffah hadir sebagai solusi. Penerapan Islam secara kaffah pasti akan membawa keberkahan bagi seluruh alam. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Atien Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Kala Pakaian Takwa Ternodai
Next
Ngopi, Haram?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Yuli Sambas
Yuli Sambas
1 month ago

Ternyata fakta pilu pekerja migran Indonesia sudah terjadi jauh2 hari. Di tahun 2022 juga udh terjadi. Bahkan di bbrp pemberitaan menyebut sejak masuk masa pandemi.

Mirisnya sampai sekarang pilunya PMI berjuang untuk mendapat kehidupan yg layak, yg tiasa mereka dapatkan di dalam negeri, terus berulang samapi sekarang... Tahun 2024!

Yuli Juharini
Yuli Juharini
2 years ago

Ada istilah, lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram