"Aneka tindak kriminalitas yang dilakukan para pelajar dalam sistem saat ini tak bisa dianggap sepele, karena sejatinya hal itu merupakan potret buram masa depan bangsa. Bagaimana mungkin sosok-sosok brutal nan tempramental bisa digantungkan asa untuk membangun negeri ini ke depan? Padahal yang kita butuhkan untuk membangun negeri adalah sosok-sosok visioner, intelek, kreatif, dan berkepribadian Islam. Sosok seperti itulah yang kelak akan mampu mewarnai peradaban masa depan dengan kegemilangan."
Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(RedPel NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com- Stigma pelajar sebagai kaum terdidik, sopan, dan memiliki ketinggian adab rasanya harus kandas ditelan zaman. Betapa tidak, semakin hari berita kriminal yang dilakukan oleh pelajar ramai memenuhi laman-laman media massa. Anak-anak belasan tahun mahir mem- bully bahkan membunuh temannya sendiri. Sungguh prestasi yang memprihatinkan!
Sebagaimana yang baru-baru ini terjadi, seorang pelajar SMP di Magelang tewas di tangan teman sekolahnya sendiri, IH (15). Sebelumnya HP korban hilang, setelah diselidiki oleh guru, ternyata pelaku IH yang mengambil HPnya. IH pun mengakuinya. Keesokan harinya, IH menjemput korban. Sampai kemudian korban dilaporkan hilang oleh keluarganya, kemudian sehari setelahnya korban ditemukan sudah tak bernyawa. (Kompas.com/08-08-22)
Kasus serupa terjadi di Tangerang, sebagaimana dilansir oleh detiknews.com (08-08-22), seorang santri pondok pesantren yang baru berusia 15 tahun tewas dianiaya temannya. Peristiwa tersebut berawal dari saling ejek.https://narasipost.com/2021/06/22/buramnya-pendidikan-dan-rusaknya-remaja/
Selain itu, pengeroyokan berbuntut hilangnya nyawa juga mengenai seorang pelajar SMP di Lampung. Di tangan enam teman sekelasnya sendiri, ia meregang nyawa. Jasadnya dibuang ke Sungai Way Kabul, Kecamatan Way Tenong, Lampung. (Tribunnews.com/08-08-22)
Demikianlah rentetan peristiwa kriminal yang menghantui pelajar kita hari ini. Mereka tak ubahnya sosok beringas yang mudah melakukan kekerasan demi meluapkan kemarahan. Tak hanya menyakiti, tapi menghilangkan nyawa. Naudzubillahi min dzalik….
Pelajar Terpapar Sekularisme
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia paham dalam agama” (Muttafaqun ‘alaihi)
Sabda Rasulullah saw tersebut menegaskan bahwa di dalam kepahaman seseorang terhadap agama terhimpun kebaikan. Jadi, jika ingin berkepribadian baik, maka pahamilah agama. Bercermin dari hal itu, wajar jika pelajar hari ini demikian beringas sebab kita dilingkupi oleh sistem kehidupan yang justru menjauhkan peran agama dalam mengatur segala urusan. Ya, sekularisme menjadi asas dalam kehidupan hari ini, termasuk dalam dunia pendidikan. Agama seolah berlaku hanya di dalam masjid, sementara di belantara kehidupan umum, agama sekadar melekat sebagai identitas di KTP seseorang.
Pemahaman agama tidak menjadi hal yang urgen dikejar dalam sistem pendidikan hari ini, yang lebih penting adalah nilai di ijazah. Hal itu sejalan dengan mindset yang dibentuk sistem hari ini, bahwa sekolah adalah untuk mendapatkan pekerjaan. Bukan tuntutan kewajiban seorang muslim, yang notabenenya Allah muliakan mereka yang berilmu. Akhirnya idealisme menuntut ilmu bergeser, bukan lagi untuk beribadah, tapi mengejar ijazah. Hal itu makin dikuatkan pula dengan program Merdeka Belajar yang digalakkan pemerintah, belum lagi adanya arahan agar output pendidikan diberikan akses yang memadai ke dunia industri. Lengkap sudah, amat nyata bahwa sistem pendidikan hari ini tak benar-benar serius mencetak generasi berkepribadian Islam, yang ada hanyalah mencetak bibit-bibit buruh pekerja yang kelak mengabdi pada korporasi.https://narasipost.com/2021/02/03/membelah-suramnya-masa-depan-generasi-z/
Oleh karena itu, wajarlah adanya jika banyak remaja yang kosong visi hidup, krisis jati diri, bahkan ambruk secara moralitas. Mereka seakan tak memiliki benteng diri ketika dihadapkan pada konflik. Sebaliknya, mereka menjadi kaum 'sumbu pendek', mudah meluapkan emosi tanpa berpikir apakah tindakan tersebut membawa keburukan ataukah tidak.
Akidah Islam, Benteng bagi Generasi
Aneka tindak kriminalitas yang dilakukan para pelajar dalam sistem saat ini tak bisa dianggap sepele, karena sejatinya hal itu merupakan potret buram masa depan bangsa. Bagaimana mungkin sosok-sosok brutal nan tempramental bisa digantungkan asa untuk membangun negeri ini ke depan? Padahal yang kita butuhkan untuk membangun negeri adalah sosok-sosok visioner, intelek, kreatif, dan berkepribadian Islam. Sosok seperti itulah yang kelak akan mampu mewarnai peradaban masa depan dengan kegemilangan.
Sebagaimana halnya tercermin tatkala sistem pemerintahan Islam tegak di atas muka bumi. Para pemudanya adalah sosok-sosok tangguh yang tak hanya cerdas secara intelektual, namun juga kokoh dalam keimanan. Sehingga lewat kiprah merekalah kemenangan Islam terwujud nyata. Islam menjadi mercusuar peradaban selama lebih dari 1300 tahun, menguasai 3/4 wilayah dunia. Di bawah panji Laa ilahaa ilallah Muhammadur Rasulullah, Islam berjaya menjadi negara adidaya yang disegani. Membawa rahmat bagi seluruh alam.
Demikianlah, potret kegemilangan tatkala akidah Islam menancap kuat sebagai fondasi bagi individu maupun negara. Hanya kebaikan dan kemuliaan yang akan dipanen. Maka, hanya dengan penancapan akidah Islamlah, para pelajar akan benar-benar menjadi sosok pemuda yang berkualitas, jauh dari kriminalitas. Karena akidah Islam akan menjadi benteng bagi mereka dalam berperilaku. Ketika dihadapkan pada konflik, akidah Islam yang telah terkristal di dalam dirinya akan mendorongnya berpikir dalam menyikapi konflik tersebut. Tidak membuatnya reaksioner, melainkan menimbang baik-buruk berdasarkan timbangan syariat. Oleh karena itu, dibutuhkan integrasi sistem Islam kaffah dalam kehidupan, agar upaya mewujudkan generasi berkepribadian Islam yang bertakwa kepada Allah dan Rasul-Nya nyata terealisasi. Firman Allah ta'ala berikut ini layak menjadi renungan bagi kita, "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS Al-A'raaf: 96)
Wallahu'alam bis shawab.[]